Anda di halaman 1dari 72

Obat Analgetika dan

Antipiretik
NURUL, M.Farm., Apt
Definisi
• Analgetik  obat yang digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri
• Analgetik  berfungsi meningkatkan ambang
nyeri pada penderita, sehingga memungkinkan
penderita untuk tidak merasakan nyeri
• Antipiretika  Obat yang digunakan untuk
mengurangi suhu tubuh/demam
• Nyeri  “gejala” suatu penyakit atau adanya
kerusakan jaringan di dalam tubuh
Cont,,
• Nyeri bisa disebabkan oleh adanya stimulus
kimia, mekanik, panas, ataupun listrik yang
menyebabkan kerusakan sel yang kemudian
melepaskan mediator nyeri
• Bersifat subjektif  kualitas dan tingkatan
nyeri tiap individu bisa berbeda-beda
• Berkaitan dengan nilai ambang nyeri individu
yang berbeda-beda
• Namun, sebenarnya nyeri merupakan sinyal
bagi tubuh atau otak bahwa telah terjadi
kerusakan jaringan
Jenis-jenis nyeri
• Akut (ringan, sedang, atau berat)
• Kronik
• Superficial
• Somatic (Tulang, otot rangka dan sendi)
• Visceral atau nyeri dalam
Jenis Nyeri
Jenis Nyeri
Patofisiologis nyeri
• Stimulasi

Rangsangan Pelepasan Timbulnya


nyeri mediator nyeri potensial aksi

- Mekanik, Kimia, - Bradikinin, ion kalium, histamin, Diteruskan melalui serabut


Fisika serotonin, (pada saat nyeri awal) saraf aferen menuju sumsum
- Terjadi kerusakan - Prostaglandin, leukotrin (terlibat tulang belakang
jaringan dalam nyeri yang lama)
- Mengaktiivasi reseptor nyeri (no
siseptor) pada ujung saraf
Patofisiologis nyeri
• Transmisi

Ujung
Penghantaran
Penghantaran serabut saraf
Pelepasan impuls nyeri
nosiseptor aferen
mediator ke talamus
(impuls) membentuk
otak
sinaps

- Serabut Aᵟ bermyelin Serabut C tidak bermyelin sehingga


sehingga menghantark penghantarannya lambat,
an respon cepat  me menghasilkan nyeri yg tumpul, dan
nghasilkan sensai nyeri panas
tajam dan terlokalisasi
Patofisiologis nyeri
• Persepsi  dari talamus, impuls diteruskan ke
bagian otak lain  lokalisasi nyeri  penilaian
sensasi nyeri
• Modulasi  tubuh memodulasi sensasi nyeri
dengan beberapa sistem
• Sistem opioid endogen yang terdiri dari
neurotransmitter (enkefalin, dinorfin, dan β-
endorfin), dan reseptor opiod (mu, delta,
kappa) yang terdapat di seluruh SSP.
• Opioid endogen tsb berinteraksi dengan
reseptor opioid untuk menghambat transmisi
nyeri.
Patofisiologis nyeri
• Reseptor NMDA yang terdapat pada dorsal
horn sumsum tulang belakang, dapat
menurunkan sensitifitas opioid Mu terhadap
Opiod
Klasifikasi Obat Analgetik

Analgetik Narkotik

NSAID
Analgetik Narkotik
• Analgetik narkotik disebut juga opioida
(=mirip opiate), adalah obat yang daya
kerjanya meniru opioid endogen dengan
memperpanjang aktivasi dari reseptor-
reseptor opioid
Analgetik Narkotik
• Analgetik narkotik (Narkotik) bekerja
terutama pada reseptor opioid khas di system
saraf pusat, hingga persepsi nyeri dan respon
emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi)
• Ada 4 jenis reseptor opioid
Jenis reseptor opioid
• μ (Mu), analgesic selektif endorphin, agonis
morfin pendudukannya dapat menyebabkan
euphoria, depresi napas, miosis, penurunan
motilitas saluran cerna
• Κ (Kappa) : analgesic selektif dinorfin, spinal,
agonis pentazosin, pendudukannya
menyebabkan ketagihan-sedasi-miosis-depresi
napas lebih ringan daripada agonis μ
Jenis reseptor opioid
• ϑ (delta) : selektif enkefalin, analgesia sumsum
tulang belakang, efek emosi
• Σ (sigma) : pendudukannya berefek
psikotomimetik dandisforia, halusinasi
Analgetik narkotik
• Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri,
tetapi juga menekan pernapasan dan batuk
dengan bekerja pada pusat pernapasan dan
batuk pada medulla di batang otak
• Salah satu contoh dari narkotik adalah morfin,
yang diisolasi dari opium merupakan analgesic
kuat yang dapat dengan cepat menekan
pernapasan
Analgetik narkotik
• Kodein tidak sekuat morfin, tetapi dapat
meredakan nyeri yang ringan sampai sedang
dan menekan batuk.
• Kodein juga dapat diklasifikasikan sebagai
penekan batuk (antitusif)
• Banyak obat narkotik mempunyai efek anti
batuk dan antidiare selain dari
kemampuannya meredakan nyeri
Analgetik narkotik
• Dalam tubuh terdapat opioid (zat mirip
opioid/narkotika) endogen yaitu enkefalin,
endorphin dan dinorfin
• Dalam keadaan nyeri opioid endogen
menduduki reseptornya untuk mengurangi
nyeri
• Apabila nyeri tidak tertanggulangi, dibutuhkan
opioid eksogen, yaitu analgetik narkotik
Analgetik narkotik
• Analgetik narkotik bekerja dengan menduduki
sisa nosiseptor yang belum diduduki endorphin
• Pada penggunaan kronis terjadi stimulasi
pembentukan reseptor baru dan penghambatan
produksi endorphin di ujung saraf otak
• Untuk memperoleh efek analgesic yang sama
semua reseptor harus diduduki, untuk itu dosis
perlu dinaikan
• Akibatnya terjadilah kebiasaan (toleransi) dan
ketagihan (adiksi)
Efek Faali
• Secara fisik pendudukan reseptor opioid oleh
opioid endogen (enkefalin, endorphin dan
dinorfin)bersifat :
1. Analgesia : rangsang listrik pada bagian tertentu
otak  peningkatan kadar endorphin (misalnya,
akupuntur, cedera hebat, placebo)
2. Efek endokrin : menstimulasi pelepasan
kortikotropin, somatotropin, prolactin, dan
menghambat pelepasan LH dan FSH
3. Pada hewan : β-endorphin akan menekan
pernapasan, menurunkan suhu tubuh dan
menimbulkan ketagihan
Penggunaan klinik analgetik narkotik
• Analgesia : Nyeri hebat misalnya kanker, luka
bakar, fraktur, nyeri pasca-bedah
• Batuk : sudah berkurang pemakaiaanya oleh
antitussive non-narkotik
• Medikasi pre-anestetik dan membantu obat
anestetik pasien yang nyeri : sifat sedasi,
anksiolitik dan analgetik, ES di atasi dengan
nalokson
Efek Samping Umum Opioid
• Supresi SSP; sedasi, depresi pernapasan dan
batuk, hipotermia, perubahan suasana jiwa
(mood), mual muntah (Stimulasi CTZ). Dosis
tinggi : menurunnya aktivitas mental dan
motoris
• Saluran cerna : obstipasi, kontraksi sfingter
kandung empedu
• Saluran urogenital : retensi urin, waktu
persalinan diperpanjang
Efek Samping Umum Opioid
• Saluran napas : bronkhokonstriksi
(pernapasan lebih dangkal dan frekwensi
turun)
• Sistem sirkulasi : vasodilatasi, hipotensi,
bradikardia
• Histamine liberator : urticaria dan gatal
• Kebiasaan : adiksi, bila heti  gejala
abstinensi
Analgetik Narkotik
Agonis Reseptor Opiod

Antagonis Reseptor Opioid

Campuran Agonis dan Antagonis Reseptor Opioid


Agonis Reseptor Opioid
• Obat ini mengaktivasi reseptor MU dengan
afinitas tinggi, dan reseptor delta dan kappa
dengan aktivitas rendah
• Opioid  opium, candu getah Papaver
somniferum L yang telah dikeringkan
• Contoh obat : Morfin, kodein, fentanil,
heroin, meperidin, metadon, tramadol,
sufentanil, bremazosin, oksimorfon,
dektropropoksifen
Papaver somniferum L
Morfin
• Indikasi : mengurangi rasa nyeri sedang s/d
hebat, sebagai analgetik pasca bedah,
• Dosis : nyeri akut, melalui injeksi subkutan
(tidak cocok untuk penderita udem) atau
injeksi intramuskular, 10 mg setiap 4 jam bila
perlu
• Nyeri pasca bedah, melalui injeksi subkutan
atau intramuskular, 10 mg setiap 2-4 jam jika
diperlukan
• Indeks kehamilan : C
Morfin
• Efek samping
• Mual muntah, konstipasi, dan rasa mengantuk;
dosis lebih besar menyebabkan depresi napas,
hipotensi, dan kekakuan otot; efek samping lain
termasuk kesulitan kencing, spasme bilier atau
ureter, mulut kering, berkeringat, sakit kepala,
muka memerah, vertigo, bradikardia, takikardia,
palpitasi, hipotensi postural, hipotermia,
halusinasi, disforia, perubahan suasana hati
(mood), ketergantungan, miosis, menurunnya
libido atau potensi, ruam kulit, urtikaria, dan
pruritus;
Fentanil
• Indikasi : nyeri tiba-tiba pada pasien yang
sudah dalam terapi opioid untuk nyeri kanker
kronik; nyeri kronik yang sukar ditangani;
indikasi lain.
• Indeks kehamilan : C
• Fentanil bersifat sangat poten dengan potensi
lebih dari 80 kali dibandingkan morfin namun
mempunyai durasi yang pendek
Petidin
• Indikasi : nyeri sedang sampai berat; analgesia
obstetrik; analgesia perioperatif
• Dosis : Analgesia obstetrik, injeksi subkutan atau
intramuskular, 50-100 mg, diulang 1-3 jam kemudian
bila perlu; maksimum 400 mg dalam 24 jam.
Pramedikasi, injeksi intramuskular, 25-100 mg 1 jam
sebelum pembedahan; anak 0,5-2 mg/kg bb.
Nyeri pasca bedah, injeksi subkutan atau intramuskular,
25-100 mg setiap 2-3 jam jika diperlukan; anak, injeksi
intramuskular, 0,5-2 mg/kg bb.
Tramadol
• Indikasi : Nyeri sedang sampai berat
• Dosis : oral, 50-100 mg tidak boleh lebih sering
dari 4 jam; total pemakaian lebih dari 400 mg per
hari tidak selalu dibutuhkan
• Nyeri pasca bedah, dosis awal 100 mg kemudian
50 mg tiap 10-20 menit, jika diperlukan selama 1
jam pertama hingga total maksimum 250 mg
(termasuk dosis awal) pada 1 jam pertama,
kemudian 50-100 mg tiap 4-6 jam, maksimum
600 mg per hari. Anak-anak tidak
direkomendasikan.
Antagonis Reseptor Opiod
• Bekerja berinteraksi dengan reseptor opiod
namun tidak menimbulkan efek
• Contoh obat: Nalokson, naltrekson, nalorfin
• Nalokson merupakan obat lini pertama pada
penanganan over dosis narkotika terutama
dengan gejala depresi pernapasan
Campuran Agonis dan Antagonis
Reseptor Opioid
• Contoh obat : pentazosin, siklazosin
• bersifat antagonis pada reseptor opioid MU,
namun agonis parsial pada reseptor kappa
dan delta.
•  menyebabkan disforia, tidak euforia yang
mempunyai afinitas sama dengan opioid
lainnya pada reseptor mu namun efek yang
dihasilkan lebih rendah atau efikasinya rendah
NSAID
Pendahuluan
• Inflamasi  inflammare  Membakar 
peradangan
•  merupakan respon biologis berupa
pengiriman cairan, senyawa terlarut maupun
sel-sel dari sirkulasi darah menuju ke jaringan
interstisial pada daerah luka
•  merupakan respon tubuh terhadap adanya
kerusakan sel atau jaringan yang disebabkan
karena bahan kimia, ultraviolet, panas atau
adanya rangsangan agen berbahaya misalnya
virus, bakteri dll.
Inflamasi
• Inflamasi tidak selalu berkaitan dengan infeksi
• Namun bila terjadi infeksi biasanya pasti akan
terjadi inflamasi
• Peradangan merupakan suatu reaksi yang
tidak di inginkan atau merugikan
• Namun ini sebenarnya merupakan suatu
proses yang menguntungkan  faktor
pertahanan tubuh dan netralisasi terhadap
agen asing berbahaya, penghancuran jaringan
yang rusak, dan pembentukan kondisi untuk
proses pemulihan jaringan
Jenis dan Tanda Inflamasi
• Inflamasi/peradangan di bagi menjadi 2 :
• Peradangan akut  respon awal tubuh untuk
rangsangan berbahaya, berlangsung dalam
beberapa hari
• Respon terjadi secara langsung terhadap
kerusakan sel atau jaringan yang terjadi
melibatkan sistem vaskuler lokal, sistem imun
dan beberapa sel
Jenis dan Tanda Inflamasi
• Tanda-tanda klasik pada Peradangan akut :
• Rubor  kemerahan  terjadi karena pembuluh
darah arteriol yang mensuplai darah ke daerah
luka mengalami vasodilatasi sehingga darah lebih
banyak mengalir ke mikrosirkulasi lokal
• Terjadinya vasodilatasi dikarenakan, sel yang
rusak membutuhkan suplai darah yang banyak
untuk suplai oksigen dan nutrisi untuk proses
pemulihan
• Sel darah putih (leukosit) juga disuplai ke daerah
luka untuk sistem pertahanan : neutrofil, sel
mononuklear yaitu monosit dan makrofag
Jenis dan Tanda Inflamasi
• Kalor  panas  terjadi manakala aliran
darah banyak yang tersuplai ke jaringan luka
pada proses peradangan
• Dolor  sakit atau nyeri  karena adanya
kerusakan jaringan yang melepaskan mediator
nyeri yang akan merangsang resptor nyeri.
• Mediator nyeri tersebut antara lain : ion
hidrogen, histamin, serotonin, asetilkolin, dan
bradykinin, Prostaglandin
Jenis dan Tanda Inflamasi
• Tumor  pembengkakan  karena adanya
suplai cairan maupun sel darah merah
maupun sel darah putih dari sirkulasi darah
menuju jaringan interstisial
• Kumpulan cairan beserta sel-sel tersebut
dalam jaringan luka dinamakan eksudat
Jenis dan Tanda Inflamasi
• Fungsio laesa  perubahan fungsi  dampak
reaksi peradangan yang berupa perubahan
fungsi lokal yang abnormal
Jenis dan Tanda Inflamasi
• Peradangan kronis  inflamasi disebabkan
adanya kerusakan jaringan yang simultan 
terjadi dalam waktu lama (beberapa bulan
bahkan sampai menahun)
•  terjadi pergeseran progresif jenis sel yang
hadir pada jaringan luka
• Melibatkan peran sel darah putih terutama sel
mononuklear (monosit, makrofag, dan limfosit)
dan peran dari fibroblast
• Fibroblast  sel utama pada jaringan pengikat,
sel yang mensintesis matriks ekstraseluler dan
kolagen, berperan dalam proses penyembuhan
luka sel/jaringan
Obat NSAIDs
•  Non Steroidal Anti inflammatory Drugs
•  mempunyai 3 efek farmakologi yaitu :
Antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik
• Bekerja menghambat enzim siklooksigenase,
selanjutnya terjadi penghambatan pada
produksi prostaglandin dan tromboksan
Obat NSAIDs
• Obat NSAIDs generasi awal menghambat baik
pada COX-1 dan COX-2, bahkan lebih dominan
menghambat COX-1
• Efek samping iritasi lambung
• Perkembangan berikutnya diarahkan NSAIDs
yang bekerja lebih selektif terhadap COX-2
yang hanya terekspresi pada sel inflamasi
Obat NSAIDs
• Efek anti inflamasi berkaitan dengan
penghambatan pada manifestasi inflamasi
yaitu vasodilatasi, edema, dan nyeri
• Manifestasi inflamasi tersebut diperantarai
oleh mediator-mediator yang merupakan
produk dari aksi COX-2
• NSAIDs beraksi menghambat COX,
menurunkan produksi vasodilator
prostaglandin (PGE2 dan PGI2), sehingga
menurunkan vasodilatasi menurunkan
edema sel inflamasi akan berkurang
Obat NSAIDs
• NSAIDs  termasuk obat analgetik karena
menghambat salah satu manifestasi inflamasi
yaitu nyeri.
• Pada reaksi inflamasi, prostaglandin
mensentisasi nosiseptor (reseptor nyeri)
terhadap mediator nyeri yaitu bradikinin atau
5-hidroksitriptamin
• Obat NSAIDs digunakan untuk kasus nyeri
ringan hingga moderat : artritis, sakit gigi,
pusing, dismenorea (nyeri haid)
Obat NSAIDs
• Suhu tubuh diatur oleh pusat keseimbangan
panas di hipotalamus
• Pusat keseimbangan tsb ibarat suatu
termostat
• Demam/panas diakibatkan terjadinya
gangguan pengaturan keseimbangan panas di
hipotalamus yang mengakibatkan kenaikan
suhu
Obat NSAIDs
• Demam disebabkan oleh bakteri endotoksin
menyebabkan pelepasan pirogen yaitu IL-1
dari makrofag  produksi PEG mengubah
suhu menjadi meningkat
• NSAIDs berperan menurunkan suhu tubuh
Efek samping NSAIDs
• Dalam jangka panjang adalah iritasi lambung
 akibat penghambatan COX-1
• COX-1 bertanggung jawab dalam produksi
prostaglandin yang dapat menghambat
sekresi asam lambung
• Prostaglandin berperan sebagai agen proteksi
mukosa lambung
Efek samping NSAIDs
• NSAIDs yang selektiv terhadap COX-2 efek
lambung rendah
• Namun berpotensi meningkatkan resiko
trombosis pada pasien dengan gangguan
kardiovaskuler
• Penghambatan COX-2  menurunkan
produksi PG2 yang merupakan penghambat
agregasi platelet
• Agregasi platelet akan memicu terjadinya
pengentalan darah yang beresiko terhadap
kardiovaskular
Efek samping NSAIDs
• Gangguan fungsi ginjal akut  bersifat
reversible
• PGE2 dan PGI2 terlibat dalam pemeliharaan
ginjal  merangsang produksi renin 
menaikan aliran darah renal
• NSAIDs dapat menurunkan aliran darah ginjal
totaln vasokonstriksi akut  menurunkan
fungsi renal
Penghambatan Siklooksigenase
• Selektif COX-1  ketorolak, suprofen
• Selektif COX-2 celecoxib, meloxicam,
rofecoxib,
• Selektif COX-3  paracetamol
Asam Mefenamat
• Indikasi : Nyeri ringan s/d sedang, seperti
sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer,
termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan
nyeri pasca operasi. sifat antiinflamasinya
rendah
• Dosis: 500 mg 3 kali sehari sebaiknya setelah
makan; selama tidak lebih dari 7 hari.
• Efek samping : Diare, anemia hemolitik
(pengobatan harus dihentikan), granulositosis,
anemia aplastika
• Indeks Kehamilan : Kategori C
Asam Mefenamat
• Peringatan:
Risiko kardiovaskular; AINS dapat meningkatkan
risiko kejadian trombotik kardiovaskuler serius,
infark miokard, dan stroke, yang dapat fatal. Risiko
ini bertambah dengan lamanya penggunaan. Pasien
dengan penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko
untuk penyakit kardiovaskuler berada dalam risiko
yang lebih tinggi. Gunakan dengan hati-hati pada
pasien lansia, pengobatan jangka lama lakukan tes
darah.
Hanya digunakan apabila manfaat yang didapat
lebih baik dibanding dengan resiko
Ibu Profen
• Merk dagang : Arfen, Arthrifen, Brufen,
Bufect/Bufect Forte, Farsife, Iprox,
Proris/Proris Forte, Prosic, Prosinal,
Rhelafen/Rhelafen Forte, Spedifen, Yariven
Ibuprofen
• Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri
pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca
bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala
osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, demam.
• Dosis: Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4
kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4 kali sehari. 3-7
tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250
mg 3-4 kali sehari. Tidak boleh dipergunakan pada anak
dengan berat badan kurang dari 7 kg. Sebaiknya
diminum setelah makan. Osteoartritis, artritis
reumatoid. 1200 mg – 1800 mg 3 kali
sehari. Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400
mg/hari, jika kondisi sudah stabil selanjutnya dosis
dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari.
Ibuprofen
• Peringatan : Tidak direkomendasikan pada
kehamilan trimester 3
• Kategori Kehamilan : Kategori C
Asetosal (asam asetilsalisilat)
• Indikasi: nyeri ringan sampai sedang; demam
• Dosis: 300-900 mg tiap 4-6 jam bila
diperlukan; maksimum 4 g per hari. Anak dan
remaja tidak dianjurkan
• Peringatan : asma; penyakit alergi; gangguan
fungsi ginjal ; menurunnya fungsi hati;
dehidrasi; sebaiknya hindarkan pengunaan
pada demam atau infeksi virus pada remaja
(risiko Sindrom Reye); kehamilan; pasien
lansia;
Asetosal (asam asetilsalisilat)
• Kontraindikasi: anak dan remaja di bawah usia 16
tahun dan ibu menyusui (Sindrom Reye; riwayat
maupun sedang menderita tukak saluran cerna;
hemofilia; tidak untuk pengobatan gout.
HIPERSENSITIVITAS. Asetosal dan AINS lainnya tidak
boleh diberikan kepada penderita dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lain;
termasuk mereka yang terserang asma; angioudema;
urtikaria atau rinitis yang ditimbulkan oleh asetosal
atau AINS lain. SINDROM REYE. Karena hubungannya
dengan Sindrom Reye, maka sediaan yang
mengandung asetosal tidak diberikan pada anak dan
remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali ada indikasi
yang spesifik misalnya untuk pengobatan Sindrom
Kawasaki.
Asetosal (asam asetilsalisilat)
• Efek Samping: biasanya ringan dan tidak
sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk
terjadinya iritasi saluran cerna dengan
perdarahan ringan yang asimptomatis;
memanjangnya bleeding time; bronkospasme;
dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif
Aspirin
• Merk dagang : Aspilets, Farmasal, Miniaspi 80,
Thrombo, Aspilets.
• Indikasi dan Dosis
• Demam325-650 mg tiap 4-6 jam sekali
tergantung kondisi. Dosis maksimal adalah 4
g/hari.
• Rheumatoid arthritis 80-100 mg/hari dibagi
ke dalam 5-6 dosis. Untuk kondisi akut, bisa
dikonsumsi sampai 130 mg/hari.
Diclofenak
• Merk dagang : Anuva, Araclof, Bufaflam,
Emulgel, Cataflam/Cataflam D, Deflamat-75
CR/ Deflamat-100 CR, Eflagen, Elithris 50,
Flamar, Flamar Eye Drops, Flazen 50, Galtaren,
Gratheos, Kaditic, Laflanac, Megatic Emulgel,
Merflam, Nacoflar, Nadifen Eye Drops, Raost,
Readinac, Tirmaclo, Troflam, Voltaren,
Voltaren Emulgel, Volten, Yariflam, Zegren
Diclofenak
• Dosis dan indikasi :
• Radang dan nyeri terkait sendi dan
tulang pada orang dewasa75-150 mg/hari
dibagi ke dalam beberapa dosis.Migrain pada
orang dewasa
• Dosis awal adalah 50 mg. Dosis tambahan
sebesar 50 mg bisa diberikan setelah 2 jam.
Dosis maksimal adalah 200 mg/hari
Celecoxib
• Merk dagang : celebrex
• Indikasi dan Dosis :
Nyeri menstruasi400 mg dan dapat ditambah 200
mg jika diperlukan pada hari pertama. Dosis
Lanjutan 200 mg.
Osteoarthritis pada orang dewasa 200 mg/hari
dibagi ke dalam 1-2 dosis.
Arthritis rheumatoid pada orang dewasa 100-200
mg/hari.
Arthritis pada anak di atas 2 tahun dengan berat
badan 10-25 kg 50 mg/hari.
Etoricoxib
• Merk dagang : Arcoxia
• Indikasi dan Dosis
Osteoarthritis pada orang dewasa30 mg/hari.
Gout akut pada orang dewasa120 mg/hari.
Indomethacin
• Merk dagang : Dialon
• Indikasi dan Dosis :
Nyeri dan inflamasi pada orang dewasa 25
mg/hari
Nyeri menstruasi 75 mg/hari.
Gout akut pada orang dewasa 150-200 mg/hari
dibagi ke dalam beberapa dosis.
Paracetamol (acetaminophen)
• Merupakan pilihan pertama agen antipiretik
dan analgetik untuk ibu hamil
• Obat golongan bebas
• Bisa digunakan untuk swamedikasi
Paracetamol (Acetaminophen)
• Indikasi : Nyeri ringan-sedang, nyeri sesudah operasi cabut
gigi, pireksia, demam, tidak mempunyai aktifitas
antiinflamasi, lebih aman karena kurang mengiritasi
lambung
• Dosis: oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4
gram per hari; anak–anak umur 2 bulan 60 mg untuk pasca
imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3 bulan
(hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb
jika jaundice), 3 bulan–1 tahun 60 mg–120 mg, 1-5 tahun
120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini dapat
diulangi setiap 4–6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali
dosisdalam 24 jam), infus intravena lebih dari 15 menit,
dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih dari 50
kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram per hari,
dewasa dan anak–anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15
mg/kg bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari
• Indeks Kehamilan : Kategori A
Paracetamol (Acetaminophen)
• Peringatan: gangguan fungsi hati, gangguan
fungsi ginjal (lampiran 3), ketergantungan
alkohol.
• Kontraindikasi: gangguan fungsi hati berat,
hipersensitivitas.
• Efek Samping: jarang terjadi efek samping, tetapi
dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam
kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia,
leukopenia, neutropenia), hipotensi juga
dilaporkan pada infus, PENTING: Penggunaan
jangka panjang dan dosis berlebihan atau
overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati,
lihat pengobatan pada keadaan darurat karena
keracunan.

Anda mungkin juga menyukai