Anda di halaman 1dari 68

Nursing Care Patient with Tubing

Tim ICU Dewasa


RSCM Jakarta
Pasien di unit perawatan kritis
Memerlukan observasi kontinyu
Memerlukan tindakan pemasangan
alat-alat invasif
Beresiko tinggi terhadap angka
kejadian infeksi

Memerlukan perawatan alat-alat


invasif yang adekuat demi prevensi
terhadap infeksi
Jenis-jenis alat invasif
Intra Venous Catheter
Central Venous Catheter
Urine Catheter
Nasogastrik tube
Endotrakeal tube
Trakeostomi
Intra Venous Catheter
Adalah kateter yang dimasukkan
melalui kulit kedalam pembuluh
darah vena
Tujuan pemasangan IVC adalah
untuk tempat pemberian obat-
obatan dan cairan
Tujuan pemberian Cairan IV adalah
untuk mengoreksi atau mencegah
gangguan cairan dan elektrolit.
Peralatan IV
 Seleksi dan penyiapan peralatan yang benar
memungkinkan pemasangan kateter IV menjadi
aman dan cepat
 Tehnik Steril
 Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Larutan dan selang IV
2. Jarum atau Kateter
3. Antiseptik
4. Torniquet
5. Sarung tangan
6. Balutan
( Bila perlu digunakan papan penopang
lengan, mis: anak-anak
Mempertahankan Sistem
Atur kecepatan aliran segera
setelah IV dipasang
Bantu dalam mempertahankan rasa
nyaman dalam melakukan hygiene,
makan dan ambulasi
Awasi pemberian obat-obatan dan
cairan yang dapat menimbulkan
sensasi tidak nyaman seperti
kalium yang dapat menimbulkan
rasa terbakar
Komplikasi IV
Infiltrasi
Plebitis
Beban cairan berlebih
Perdarahan
Infeksi
Infiltrasi
 Terjadi ketika cairan IV memasuki ruang
subkutan disekeliling tempat punksi
vena
 Terbentuk pembengkakan (peningkatan
cairan di jaringan
 Palor (sirkulasi menurun)
 Nyeri (edema dan peningkatan proporsi
jumlah infiltrat)
Yang harus dilakukan  stop infus,
tingkatkan drainase edema dgn
meninggikan ekstremitas, kompres
handuk hangat 20’, sirkulasi baik, edema
berkurang, nyeri berkurang.
Plebitis
 Adalah peradangan vena yang
disebabkan oleh kateter atau iritasi
kimiawi zat aditif dan obat-obatan yang
diberikan secara IV
 Tanda dan gejala spt nyeri, peningkatan
suhu kulit diatas vena. Timbul
kemerahan ditempat insersi atau
sepanjang jalur vena.
Yang harus dilakukan  stop Infus, cabut
dan pasang baru di tempat vena yang
lain, kompres hangat, lembab dan panas
dapat mengurangi nyeri.
Plebitis dapat menyebabkan pembentukan
emboli (trombeplebitis)
Beban cairan berlebih
Dapat terjadi pada saat klien
menerima pemberian larutan yang
terlalu cepat.
Tanda dan gejala yang nampak
adalah dypsnea, krekels di paru-
paru, dan takikardi.
Yang harus dilakukan  perlambat
kecepatan aliran infus, kolab untuk
pemberian diuretik. Tepat dan cepat
dapat mencegah kematian pasien
Perdarahan
Dapat terjadi disekitar tempat
punksi vena selama infus
terpasang
Perdarahan umum dapat terjadi
pada klien yang mendapatkan
terapi heparin atau yang mengalami
pembekuan darah.
Yang harus dilakukan  Balut tekan
hingga perdarahan stop
Infeksi
 Disebabkan oleh karena sistem IV,
tempat punksi vena atau larutan infus
terkontaminasi mikroorganisme.
 Manifestasi klinis berupa tromboplebitis
purulen, selulitis, kemerahan, bengkak
dan nyeri disekitar punksi vena.
Yang harus dilakukan  pasang dan rawat
luka infus dengan tehnik steril, cuci
tangan dan ganti larutan tiap 24 jam atau
ganti IV setelah 72 jam
Central Venous Catheter

Adalah kateter yang diinsersi


kedalam vena sentral
Tujuan pemasangan CVC adalah
untuk memberikan informasi
mengenai volume darah
intravaskuler, tek diastolik akhir
vent kanan dan fungsi vent
kanan
Tehnik pemasangan CVC  steril
UJUNG CVC
Lokasi Pemasangan CVC
Vena antecubital
Vena subclavia
Vena jugular
Vena femoral
Vena brachialis
Alat-alat yang diperlukan
1. Set CVC lengkap, terdiri dari lumen (single,
double, triple), bisturi, needle, marker, disp
2.5 ml, 5 ml @1 bh
2. Set medifix
3. Set instrumen CVC lengkap dan duk bolong
4. Sarung tangan steril
5. Masker
6. Tutup Kepala
7. Manometer
Komplikasi

Infeksi
Trombosis
Embolisme udara
infeksi
Infeksi dapat terjadi didalam atau
disekitar luka insersi
Infeksi sistemik dapat terjadi dan
diketahui melalui pem kultur darah
Tanda dan gejala infeksi muncul
seperti tanda infeksi pirogenik
Yang harus dilakukan  pertahankan
tehnik steril, ganti kateter sesuai
dengan kebijakan CDC
trombosis
 Trombus dapat terjadi dari fibrin tipis
kecil yang dapat membesar
 Adanya trombus besar dapat diketahui
dengan hilangnya gelombang
hemodinamik dan aliran cairan menjadi
terhambat
 Timbul edema pada area yang paling
dekat dengan luka insersi, nyeri leher
dan distensi vena juguler
Yang harus dilakukan  upayakan untuk
mengaspirasi (sesuai kebij RS), heparin
dalam dosis kecil, informasikan kepada
tim medis.
Emboli udara
 Terjadi akibat udara masuk kedalam
sistem dan melewati vena cava menuju
vent kanan saat kateter lepas dari tubing
IV
 Tanda dan gejala awal adalah hipotensi
akibat penurunan kardiacoutput, pasien
mengeluh nyeri kepala, cemas dan
bahkan penurunan kesadaran dan
cardiac arrest
Tindakan  memiringkan pasien kekiri
pada posisi tredelenburg memudahkan
udara bergerak kedinding vent kanan
dan meningkatkan aliran darah. Beri
oksigen.
Urine chateter
Adalah dengan memasukkan slang
plastik atau karet melalui uretra ke
dalam kandung kemih
Tipe chateter :
Indweling /intermitten bentuk lurus
sekali pakai
Kateter foley / menetap memiliki
balon balon kecil dapat di
gembungkan memiliki dua / 3
lumen.
lanjutan
Lumen satu
mengeluarkan urin
ke urin bag
Lumen dua
mengisi air steril
ke balon
Lumen tiga dapat
di gunakan untuk
memasukkan
cairan atu obat
obatan ke
kandung kemih.
Indikasi chateter
Intermitten
Meredakan rasa nyaman akibat
distensi kandung kemih
(menurunkan distensi)
Mengambil spesimen urin yg steril
Mengkaji residu urin setelah
pengosongan kandung kemih
lanjutan
Penata laksanaan jangka panjang
klien yang mengalami cidera
medula spinalis
Chateter menetap jangka pendek
 obstruksi aliran urin misalnya pada
pembesaran prostat
Perbaikan kandung kemih, uretra
dan struktur sekeliling melalui
pembedahan
Mengukur haluaran urin pada
penderita kritis
lanjutan
Irigasi kandung kemihsecara
intermitten atau berkelanjutan
Menetap jangka panjang
Retensi urin yang berat disertai
episoda ISK yang berulang
Ruam kulit atau iritasi akibat kontak
dengan urin
Penderita penyakit terminal yang
merasa nyeri ketika linen tempat
tidur di ganti
Sistem drainage tertutup
Mempertahankan sistem drainage
tertutup meminimalkan resiko
infeksi
Menggantungkan kantung / urin
bag tidak menyentuh lantai
Tidak boleh menaikkan kantung
melebihi kandung kemih dapat
terjadi refluk
Perawatan
Klien yang terpasang chateter
menetap membutuhkan perawatan
khusus
Tindakan keperawatan diarahkan
pada tindakan mencegah infeksi &
mempertahankan kelancaran aliran
urin pd sistem drainage
Asupan cairan mengkonsumsi
caairan sebanyak 2000 – 2500 ml if
di izinkan
lanjutan
Jumlah cairan yang besar
membilas kandung kemih
menghindari kateter bebas dari
sendimen
Lanjutan
Higiene perineum : pembentukan
sekresi atau krusta pada tempat
insersi merupakan sumber iritasi
potensial menyebabkan infeksi
perineal higiene sekurang –
kurangnya dua kali sehari sesuai
dengan kebutuhan klien.sabun dan
air efektif mengurangi mikro
organisme
lanjutan
Pencegahan infeksi :
Mempertahankan sistem drainage
Sitem yang rusak dapat
menyebabkab masuknya mikro
organisme (kantung drainage,klep,
sambungan slang dengan kantung )
Urin dalam kantong/slang drainage
merupakan media yg baik untuk
mikroorganisme
Nasogastric tube
 Memasukkan slang
melalui hidung ke
gaster
 Ukuran slang
dewasa : 8 – 12 fr
 Indikasi :
- klien tdk mampu
mengunyah ( tdk
sadar )
- klien mampu
mendigesti dan
mengabsorbsi
nutrien.
prosedur
 Memberi penjelasan
pada pasien ttg
prosedur dan
kemungknan rasa
tidak nyaman
 Tentukan kedalaman
slang dengan
mengukur dari
hidung telinga ke
proces xiphoid klien
dan beri tanda.
 Berikan jelly
Lanjutan
Masukan perlahan slang ke posterior
naso paring( sejajar dgn pengukuran
saat ukur telinga)
Masukan secara perlahan melewati
esophagus
Anjurkan pasien nafas dalam
Anjurkan pasien menunduk ( dagu
menyentuh dada ) membantu menutup
trakea dan membuka osepagus
lanjutan
Anjurkan klien menelan
Masukan perlahan salang ( 7 – 10
cm ) setiap pasien menelan
Lanjutkan insert tube sampai
mencapai lambung atau slang yang
sudah di beri tanda.
Untuk meyakinkan slang masuk ke
dalam lambung dapat dilakukan
beberapa test
NGT DALAM LAMBUNG
lanjutan
 Ujung slang di
letakan pada kom
berisi air jika ada
bubble kemungkinan
masuk trakea
 Dengan melakukan
aspirasi akan keluar
cairan lambung
 Dapat menggunalkan
stateskop dan
memasukan udara 30
cc melalui spuit
dengarkan bunyi
udara
MELAKUKAN TEST
Lanjutan
Jika sudah yakin dengan posisi tube
lakukan fiksasi dengan mengunakan
tape,
komplikasi
Aspirasi
Komplikasi gastro intestinal
Komplikasi elektrolit dan metabolik
Aspirasi
Kemungk. Peny :
Slang ada dlm sal nafas
Tindakan ;
Elevasi kepala 30°
Stop feeding saat tindakan ( chest
fisio, in dan ekstubasi)
Elek dan Metab
KP :
Aspirasi cairan lambung >>
Tindakan :
Cek pH, koreksi elek, TPN
Komplikasi GI
KP : diare (Terapi AB, Malnutrisi,
Kontaminasi Bakteri
Tindakan :
Lactobacillus
Cairan, Anti diare, Persiapan
feeding yang bersih
Komplikasi GI
KP : Konstipasi ( kurang serat)
Tindakan :
Asupan formula mengandung banyak
serat
Trakeostomi
Insisi pembedahan kedalam trakea
melalui kulit dan otot luar untuk
manajemen jalan nafas
Tindakan pembedahan untuk
membuat stoma, atau membuka,
kedalam trakea melalui kulit luar.
 Dapat dilakukan secara prosedur darurat
atau elektif tergantung indikasi
 Percutaneous trakeostomi dapat
dilakukan di ruang perawatan kritis
ditempat tidur klien. Metode ini lebih
aman, efektif, menghemat waktu dan
mengurangi resiko pasien ICU yang
kritis dibawa ke ruang operasi untuk
tindakan trakeostomi
Indikasi Trakeostomi
Menyembuhkan obstruksi jalan
nafas akut atau kronis
Akses untuk continous mechanical
ventilation
Mencegah aspirasi pneumonia
Meningkatkan hygiene pulmonal
Indikasi Trakeostomi di ICU
Di ICU pasien akan dilakukan
trakeostomi apabila telah 10 – 14
hari terintubasi
Kesulitan pada saat intubasi
Ketidak mampuan pasien untuk
mempertahankan jalan nafasnya
sendiri dalam jangka waktu lama
misalnya injuri otak berat, bulbar
palsy
Trakeostomi Tube (TT)
 Berbagai macam ukuran, komposisi,
ketajaman dan jumlah bagian-bagian
dari trakeostomi tube
 Ukuran trakeostomi disesuaikan dengan
pasien
 Kurang tepatnya pemilihan trakeostomi
tube dapat menimbulkan masalah
permanen atau kerusakan yang dapat
mengancam nyawa pasien
 Diameter trakeostomi tube harus lebih
kecil daripada ukuran trakea sehingga
dapat dipasang dengan aman dalam
lumen trakea
 Udara harus dapat bergerak diantara
dinding luar trakeostomi tube dan
mukosa trakeal
 Panjang TT harus cukup untuk
mencegah kekeliruan pemasangan
kedalam jaringan paratrakeal ketika
pasien batuk atau menolehkan
kepalanya kekiri dan kekanan
Jenis-jenis TT
1. Universal TT
2. Single cannula TT
3. Fenestrated TT
4. ‘Talking Trakeostomi’
5. Communitrach Tube
6. Trakeostomi Button
7. Permanent Trakeostomi
8. Metal TT
Masalah2 yang sering terjadi pada
trakeostomi
1. Nekrosis dinding trakea
terbentuk lubang antara trakea
posterior dengan esofagus 
tracheoesophageal fistula
Fistula membuat udara masuk kedalam
lambung dan menyebabkan distensi
serta aspirasi cairan lambung
2. Dilasi Trakea
intubasi yang lama dapat menyebabkan
dilasi trakea, diketahui dengan CXR
3. Stenosis trakea
terjadi 1 – 2 minggu pasca intubasi
akibat dari inflamasi kronis, fibrosis
dan nekrosis yang menyebabkan
pembentukan scar pada trakea
yang inflamasi.dapat dicegah
dengan mempertahankan tekanan
cuff yang adekuat, intubasi jangka
pendek, pencegahan infeksi dan
mengurangi pergerakan tube.
4. Trakeomalaise
Adalah kelemahan trakea akibat dari
terkumpulnya sekret dibagian atas cuff
dan menipiskan cartilago trakea, kolaps
saat inspirasi dalam
5. Obstruksi jalan nafas
dapat terjadi akibat sekret yang
kental,posisi TT tidak tepat shg udara
tidak dapat bergerak dengan baik
6. Infeksi
Trakeostomi meningkatkan risiko infeksi
bronkopulmonal terutama infeksi pada
luka stoma dan terpapar dengan infeksi
nosokomial
7. Dekanulasi insidental
jika TT terekstubasi, pasang kembali TT
dan fiksasi yang adekuat. Jika terjadi
perdarahan hub emergenci
8. Emfisema subkutis
terjadi saat udara lari dari area
insisi kedalam jaringan. Biasanya
terakumulasi diarea wajah, leher
dan dada atas.jika tidak terlalu
bermasalah, udara akan
terabspsorsi dengan sendirinya
Tindakan perawat ICU saat
trakeostomi
Fasilitasi ventilasi pasien dengan
memberikan oksigen 100% selama
prosedur berlangsung
Bersihkan jalan nafas, suction yang
adekuat
Bantu ekstubasi ETT apabila kanul
trakea akan dimasukkan,
kempiskan cuff ETT
Evaluasi pelaksanaan trakeostomi
Menjaga kepatenan TT
 Amankan TT pada posisi midline trakea
 Hati-hati saat memiringkan pasien,
jangan melepas tubing
 Gunakan tali takestomi untuk
memfiksasi TT, sisakan area sekitar dua
jari agar tidak terlalu menekan leher
 Jangan mengikat tali pada area arteri
carotid atau spinal
 Inspeksi kulit dibawah tali TT, cegah
iritasi
Humidifikasi
 Untuk mencegah sekret yang kental
pada TT, beri humidifikasi pada TT
 Cegah obstruksi pada jalan nafas (TT)
 Berikan inhalasi terapi jika slem sangat
kental
 Gunakan alat untuk melembabkan udara
yang masuk kedalam TT seperti HME
TT Dressing
 Bersihkan area kulit sekitar luka stoma
dengan normal saline dan ganti kassa
setiap kali kotor
 Selama TT dressing, jaga kepatenan TT
 Ganti tali fiksasi TT saat kotor
 Bersihkan kulit sekitar pemasangan tali
 Cegah iritasi kulit
 Gunakan tehnik aseptik saat TT dressing
Pada saat awal tindakan
trakeostomi observasi adanya
perdarahan
Berikan isi cuff lebih penuh untuk
membantu mengurangi perdarahan
Bersihkan sisa darah sekitar stoma.
Darah yang tersisa dapat menjadi
media pertumbuhan kuman
Evaluasi kepatenan TT setiap saat
Dekanulisasi
Umumnya dekanulisasi dilakukan
diunit perawatan pasca ICU
Dilakukan saat pasien sudah
mampu bernafas spontan, dengan
status kardiovaskuler yang stabil
Latih pasien untuk mampu
berbicara dan menelan setelah
ekstubasi dan dekanulisasi
ETT

 Umumnya terbuat dari


polyvinyl chloride, yang
dimasukkan kedalam
trakea melalui oral atau
nasal,biasanya masuk
hingga karina.Intubasi
oral banyak digunakan
untuk manajemen
airway jangka
pendek.Intubasi nasal
umumnya lebih aman
dan diyakini lebih
nyaman bagi pasien
akan tetapi banyak
institusi yang tidak
menggunakan intubasi
nasal karena beresiko
terhadap sinusitis
Perawatan ETT
Cek Kepatenan Tube
Segera setelah intubasi, cek
kepatenan ETT dengan auskultasi
dan X-ray.Catat panjang ETT pada
ukuran di bibir di chart
keperawatan.
Gunakan plester yang baik untuk
menempelkan tube agar letaknya
aman.Cegah iritasi pada wajah
tempat menempelnya tube.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai