Pneumonia Fixx Barakallah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH 1

Dr. Moch. Bahrudin, M.Kep. Sp.KMB


Kelompok 4
Kelas 2 A
PNEUMONIA
Pendahuluan
Penyakit saluran napas yang menjadi penyebab
angka kematian dan kecacatan yang tinggi
diseluruh dunia.

Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi


saluran napas bawah akut diparenkim paru.
Parenkim Paru
 Pengertian
Dinding pembungkus dari alveolar yang
merupakan ujung dari bronkiolus.

 Fungsi
- Pelindung dan pembungkus alveolar
-Tempat pertukaran gas O2 dan darah
(saturasi O2)
Pengertian
 Pneumonia adalah proses inflamasi pada
parenkim paru.
 Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi
agen infeksius atau adanya kondisi yang
menganggu tahanan saluran
trakheobrokialis sehingga flora endogen
yang normal berubah menjadi patogen
ketika memasuki saluran jalan napas.
(Barbara Engram, 1999)
Pada kondisi pneumonia, keadaan radang
paru dengan beberapa atau seluruh alveoli
terisi cairan dan sel-sel darah yang
menyebabkan terbatasnya pengambilan
oksigen pada penderitanya.
Orang yang Beresiko Tinggi Mengidap Pneumonia :
- anak usia dibawah 2 tahun
- lansia diatas 65 tahun
- perokok
- orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
rendah
- pengidap penyakit kronis
- pasien di RS yang menggunakan ventilator
Perubahan alveolus paru pada penderita
pneumonia
Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan klinik dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community – acquired
pneumonia) pneumonia yang terdapat
dimasyarakat
b. Pneumonia nosokomial (hospital –
community – acquired pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi / pneumonia pada pasien
immunocompromised (daya tahan lemah)
komplikasi dari aspirasi paru.
Berdasar kuman penyebab:
a. Pneumonia bakterial/tipikal
b. Pneumonia atipikal
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur
Berdasar predileksi infeksi:
a. Pneumonia lobaris  area yang terkena
meliputi satu lobus atau lebih
b. Bronkhopneumonia (pneumonia lobularis)
 proses pneumonia yang dimulai di
bronkus dan menyebar ke jaringan paru
sekitarnya.
c. Pneumonia interstisiil
Patofisiologi Pneumonia
 Stadium Prodomal
1. Alveoli mulai terisi sekret
2. Setelah satu minggu berdatanganlah sel
leukosit
Gejala-gejala :
o Letargi
o Panas badan cenderung tinggi
o Nyeri otot
o Nafsu makan turun
o Batuk yang cenderung semakin berat
 Stadium hepatisasi
Pada proses ini lobus secara serentak
terserang menjadi padat tidak bedanya
dengan hati yang mengalami hepatisasi
sehingga, secara akut salah satu lobus tidak
dapat menjalankan fungsi pernapasan.
Gejala-gejala:
o demam 390C
o pernapasan cuping hidung
o batuk semakin parah
o nyeri dada
 Stadium resolusi
Pada stadium ini bila pasien dapat
mengatasi infeksi akut ini, maka mulai
minggu kedua isi alveolus akan melunak.
Gejala-gejala:
o panas mulai turun
o batuk semakin longgar
o dahak mudah dikeluarkan
Patofisiologi
Kuman masuk ke Mekanisme pertahanan
saluran napas atas terganggu

Terbentuk sekret
virulen

Sekret berlebih
Inflamasi turun
ke alveoli
Penularan :
 melalui percikan ludah
 kontak langsung melalui mulut

Penyebaran Infeksi:
 melalui aerosol
 melalui kontak langsung dari benda yang
telah tercemar mikroorganisme
Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), etiologi pneumonia :
 Bakteri
sumber masyarakat : streptococcus pneumoniae, mycoplasma
pneumoniae, legionella pneumoniae, influenza tipe A dan B.
sumber nosokomial : basil usus gram negatif (Escherichia coli,
klebsiella pneumoniae).
 Virus
a. influenza virus
b. adenovirus
c. virus respiratory
d. syncytial respiratory virus
e. pneumonia virus
 Mikroplasma
= mikroplasma merupakan organisme kecil yang
dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding
sel.

 Protozoa :
- Pneumositis karini
- Neumonia pneumosistis
- Pneumonia plasma sel

 Penyebab lain = radiasi, bahan kimia, dan


aspirasi
Manifestasi Klinik Pneumonia
 Demam dan Menggigil
 Peningkatan frekuensi
 Batuk kering atau batuk dengan dahak
yang kental
 Batuk berdarah
 Napas terengah enggah dan pendek
 Dyspnea
 Rasa sakit pada dada
 Nyeri dada
 Hemoptisis
 Bunyi crakles
 Bunyi mengi
 Kelelahan dan keletihan akibat reaksi
inflamasi dan hipoksia
Riwayat atau faktor resiko:
a. penyakit paru obstruksi menahun (PPOM)
b. perokok berat
c. immobilisasi fisik lama
d. pemberian makanan melalui selang secara terus menerus
e. obat – obatan imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid)
f. penyakit yang melemahkan (aids, kanker)
g. menghirup atau aspirasi zat iritan
h. terpapar polusi udara terus menerus
i. terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi
j. penurunan tingkat kesadaran (kompos mentis, apatis, delirium,
somnolen, stupor, semi-koma, koma)
Pemeriksaan Fisik:
a. demam tinggi dan menggigil (awitan mungkin tiba – tiba atau
berbahaya)
b. nyeri dada pleuritik
c. takipnea dan takikardi
d. rales
e. batuk tidak produktif batuk produktif
f. dispnea
g. kelemahan dan malaise
h. kulit berwarna keabu – abuan atau sianosis
i. keringat hilang timbul sesuai penurunan dan peningkatan
demam
j. periode sakit kepala selama 24 -48 jam
Pemeriksaan Diagnostik:
a. JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih
b. sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan
pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan pneumonia
hemophylus influenza.
c. kultur sputum menunjukkan adanya bakteri tapi pada pneumonia
viral negatif
d. kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari penularan
hematogen (staphylococcus aureus)
e. aglutinin dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk pemeriksaan
viral.
f . analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2 <
80mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2 < 35mmHg)
g. pemeriksaan fungsi paru – paru menunjukkan penurunan kapasitas
vital kuat (KVK)
h. bronkoskopi
Diagnosa Keperawatan dan Rencana
Intervensi
I. Gangguan pertukaran gas
Rencana Intervensi :
◦ Pelihara potensi jalan nafas
◦ Monitor status respirasi meliputi tanda vital,
suara nafas, saturasi oksigen
◦ Berikan terapi oksigen
◦ Pemberian terapi obat bronkodilator
◦ Anjurkan latihan nafas dalam
◦ Penggunaan incentive spirometry sangat
dianjurkan
II. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Rencana Intervensi :
◦ Kaji status respirasi menurut tanda vital, suara nafas,
saturasi oksigen dan warna kulit setiap 4 jam sekali
◦ Kaji batu dan sputum (jumlah, warna, kosistensi dan
bau)
◦ Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah dan
laporkan ke dokter bila terdapat hipoksemia atau
temuan abnormal lainnya.
◦ Posisi klien fowler atau high fowler.
◦ Bantu untuk latihan nafas dalam dan batuk terkontrol
◦ Berikan masukan cairan peroral 2500 – 3000 ml/hari
◦ Berikan obat - obat untuk pengenceran mukus dan
pengeluaran
III. Masalah kolaborasi : Potensial sepsis
berdasarkan infeksi organisme
Rencana Intervensi :
 Observasi tanda - tanda sepsis seperti
panas tinggi yang tidak turun
 Berikan obat – obat antibiotik
 Monitor hasil pemeriksaan sel darah putih
IV. Ketidakefektifan pola nafas berdasarkan efek
proses inflamasi

Rencana Intervensi :
 Berikan waktu untuk istirahat
 Kaji ketidaknyamanan dada dan berikan
analgesik sesuai order
 Monitor status respirasi meliputi tanda vital,
suara napas, saturasi oksigen
 Berikan terapi oksigen
 Ajarkan latihan napas abdominal secara
lambat
 Ajarkan teknik relaksasi
V. Intoleransi aktivitas
 Rencana Intervensi :
 Kaji intoleransi aktivitas dan catat peningkatan nadi,
RR, dispnea diaforesis atau sianosis
 Bantu aktivitas klien
 Jadwalkan untuk aktivitas dan berikan waktu untuk
istirahat
 meminimalkan stress dan tingkat kecemasan
 Lakukan latihan ROM pasif maupun aktif
 Berikan dukungan emosional pastikan bahwa
kekuatan dan energi akan kembali normal ketika
proses infeksi sembuh dan terjadi keseimbangan
kebutuhan dan masukan oksigen
Komplikasi (Caruthers,1990)
 Infeksi Darah
Bakteri  aliran darah  infeksi organGagal organ
 Abses Paru, tumbuh di jaringan paru-paru
 Efusi Pleura, cairan memenuhi ruang pleura diparu –
paru
 Empiema
 Perikarditis
 Pneumotoraks
 Meningitis
 Miokarditis
 Gagal napas
 atelektasis
Pencegahan
 Menjalani vaksinasi
 Menjaga sistem kekebalan tubuh tetap
kuat
 Menjaga kebersihan
 Hindari merokok
 Hindari minuman beralkohol secara
berlebihan dan berkepanjangan
Penatalaksanaan Medis Umum
• Farmakoterapi:
- Antibiotik (diberikan secara intravena)
- ekspektoran
- antipiretik
- analgetik
 Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol
 Fisioterapi dada dengan postural drainase
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai