KEPERAWATAN AKUT
ABDOMEN
Anggraeni ( G0A017091 )
Alsa Laily Martanisa ( G0A017092 )
Amelia Mega Puspita ( G0A017094 )
Murya Widianti ( G0A017095 )
Falah Tinton Firdaus ( G0A017096 )
Dhea Gladys Malinda ( G0A017097 )
Monica Octalia Adi ( G0A017098 )
Anisa Widiastuti ( G0A017099 )
Andria Wahyuningsih ( G0A017100 )
Tata Iqmalia Firdani ( G0A017101 )
Sindy Retno Damayanti ( G0A017102 )
Dwi Elita Kartika ( G0A017104 )
PENGERTIAN
Akut abdomen adalah sebuah terminologi yang menunjukan adanya keadaan
darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan.
Akut abdomen merupakan istilah yang digunakan untuk gejala-gejala dan
tanda-tanda nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering
terdapat pada penderita dengan keadaan intraabdominal akut yang
berbahaya. (B.T, Cooper,1999)
Akut abdomen adalah suatu kelainan non traumatic yang timbul mendadak
dengan gejala utama di daerah abdomen dan memerlukan tindakan bedah
segera.
ETIOLOGI
Penyebab akut abdomen dapat dibagi menjadi penyebab non bedah dan bedah. Penyebab non bedah
dibagi menjadi 3 kategori,yaitu :
Gangguan metabolik dan endokrin : uremia, krisis diabetic, krisis penyakit addison.
Gangguan hematologi : krisis anemia sel sabit, leukimia akut, penyakit darah lainnya.
Obat-obatan dan racun : keracunan logam berat, ketergantungan obat narkotik.
Sedangkan penyebab bedah dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
Perdarahan : trauma organ viscera, ruptur aneurisma arteri, kehamilan ektopik terganggu, ulkus
intestinal.
Infeksi : appendicitis, kolesistitis, abses hati.
Perforasi : perforasi ulkus gastrointestinal, perforasi kanker gastrointestinal, perforasi diverticulum.
Obstruksi : adhesi yang berhubungan dengan obstruksi usus besar, hernia incarserata.
Iskemia : thrombosis atau emboli arteri mesenterika,colitis iskemik,torsi ovarium.
Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi 4 bagian besar kategori, yaitu :
Proses perdangan bakteral-kimiawi.
Obstruksi mekanis.
Neoplasma/tumor.
Kelainan vaskuler.
TANDA GEJALA
1. Nyeri Perut
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah berlangsung
lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri viseral, nyeri somatik maupun nyeri alih. Jenis dan
letak nyeri perut :
A. Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut,
karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh
sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan, atau pemotongan. Akan tetapi bila
dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang
menyebabkan iskemia akan timbul nyeri.
B. Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis dan luka pada dinding perut. Rangsang uang
menimbulkan nyeri ini dapat verupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.
2. Sifat Nyeri
A. Nyeri Alih
Nyeri ini terjadi jika suatu segmen persyarafan melayani lenih dari satu daerah.
B. Nyeri Proyeksi
Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sendoris alobat cedera atau peradangan
saraf.
C. Hiperestesia
Sering ditemukan dikulit jika ada peradangan pada rongga dibawahnya. Pada akit
abdomen tanda ini sering ditemukan pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum.
D. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus
misalnya pada reaksi radang. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secar refleks
untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
E. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ beringga dan biasanya
diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut. Nyeri ini timbul karena hipoksia
yang dialami oleh jaringan dinding saluran.
F. Nyeri Iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangar hebat, menetap dan tidak
mereda. Nyeri merukapan tanda adanya jaringan yang nekrosis. Lebih kanjut akan tampak
tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek dan syok kerana
reabsobsi toksin dari jaringan nekrosis.
G. Nyeri Pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap awal
apendisitis. Sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral disrasakan
disekitar pusat disertai mual karena apendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi
diseluruh dinding termasuk peritoneum viseral terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum
yang meradang, yaitu di perut kanan bawah.
D
X
1Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam kebutuhan 1. Memberikan masukan cairan
cairan terpenuhi dengan Kriteria hasil : intravena
1. Tanda vital normal 2. Anjurkan untuk banyak
2. Masukan dan keluaran seimbang minum
3. Menganjurkan pada pasien
untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang merangsang
mual muntah
4. Memberikan Health education
kepada pasien dan keluarga
pasien
5. Mengobservasi vital sign
pasien
2 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan rasa nyeri 1. Pertahankan tirah baring pada posisi yang
teratasi atau terkontrol dengan Kriteria hasil : nyaman; jangan menyangga lutut.
1. pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; 2. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
2. menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, 3. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek
3. menunjukkan relaks. samping anlgesik; hindari morfin
4. Berikan periode istirahat terencana.
5. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang
gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
6. Ubah posisi dengan sering dan berikan
gosokan punggung dan perawatan kulit.
7. Auskultasi bising usus; perhatikan
peningkatan kekauan atau nyeri; berikan
enema perlahan bila dipesankan.
8. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif
penghilang nyeri.
3Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Kaji status
keperawatan 2 x 24 jam diharapakan pola pernafasan;
nafas menjadi efektif dengan Kriteria hasil : observasi terhadap
1. pasien menunjukkan kemampuan menelan,
melakukan latihan pernafasan, “pernafasan cepat”
2. pernafasan yang dalam dan perlahan. 2. Tinggikan kepala
tempat tidur 40-60
derajat.
3. Pantau terapi
oksigen atau
spirometer insentif
4. Kaji dan ajarkan
pasien untuk
membalik dan batuk
setiap 4 jam dan
napas dalam setiap
jam.
5. Auskultasi dada
terhadap bunyi nafas
setiap 4 jam.
4Setelah dilakukan tindakan asuhan Kaji perilaku koping baru
keperawatan 2 x 24 jam diharapkan ansietas dan anjurkan penggunaan
teratasi dengan Kriteria hasil : ketrampilan yang berhasil
1. pasien mengungkapkan pemahaman pada waktu lalu.
tentang penyakit saat ini dan Dorong dan sediakan
2. mendemonstrasikan keterampilan waktu untuk
kooping positif dalam menghadapi mengungkapkan ansietas
ansietas. dan rasa takut; berikan
penenangan. Jelaskan
prosedur dan tindakan
dan beri penguatan
penjelasan mengenai
penyakit, tindakan dan
prognosis.
Pertahankan lingkungan
yang tenang dan tanpa
stres.
Dorong dukungan keluarga
dan orang terdekat.
TERIMAKASIH