Anda di halaman 1dari 20

Intususepsi pada Bayi

Kelompok B6
Sella Aprilyan Pratama 102010348
Adelita Ayu Karlinawati 102013080
Egla PhilderiTundan Tasin 102013163
Billy Jonathan 102014028
Irena 102014054
Karen Denisa 102014077
Vilda Anastasia 102014167
Patricia Sry Citra Nabut 102014188
Loh Wei Jie 102014240
Skenario 12
 Seorang anak berusia 5 bulan dibawa ke UGD RS dengan keluhan BAB berwarna
merah kehitaman dengan konsistensi kental seperti jel berlendir sejak 1 jam yang
lalu.
Anamnesis Hasil Anamnesis

 Sejak 6 jam yang lalu anak


 Identitas rewel dan tidak dapat ditenangkan
 Keluhan Utama  Perutnya kembung
 Mutah setiap kali diberi makan
 Riwayat Penyakit sekarang
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Keluarga
 Riwayat Pengobatan
 Riwayat Sosial
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik abdomen : tampa distensi abdomen


 Adanya massa abdomen seperti sosis
 Bising usus naik
Dapat menunjukkan
tanda-tanda obstruksi usus
halus dan massa pada

Pemeriksaan Penunjang jaringan lunak yang


disebabkan oleh
Diperlukan untuk
intususepsi
diagnosis definitif.
Gambaran diagnostiknya
adalah obstruksi total
Foto Polos Abdomen pada aliran barium.

Suatu pemeriksaan non invasif,


dapat mengidentifikasi massa
abdomen.
Barium Enema

Ultrasonografi
Working Diagnosis : Intususepsi
Intususepsi adalah suatu invaginasi usus ke dalam segmen di bawahnya yang
berdekatan. Biasanya berasal dari ileum terminal atau katup ileosekal yang berakibat
intususepsi ileokolik. Suatu intususepsi disebabkan oleh masuknya atau invaginasi satu
segmen usus ke dalam segmen lainnya, yang menyebabkan obstruksi. Keadaan ini
paling sering terjadi pada daerah ileocaecal dan dapat teraba. Infark usus akan terjadi
jika tidak dilakukan terapi.
Differential Diagnosis
1. Volvulus
Volvulus merupakan keadaan terpuntirnya gelungan usus secara total di sekeliling
dasar vaskuler mesenterikanya, sehingga terjadi obstruksi dan infark. Volvulus paling
sering terjadi pada usus halus atau pada gelungan kolon sigmoid yang kendur
Differential Diagnosis
2. Divertikulum Meckel
Divertikulum Meckel merupakan malformasi kongenital dari traktus gastrointestinal yang
paling sering ditemukan. Divertikulum Meckel merupakan suatu keadaan malformasi dari
traktus gastrointestinal dengan adanya persistensi dari duktus vitello-intestinal/
omphalomesenterik yang gagal mengalami penutupan dan absorpsi. Kebanyakan dari pasien
yang menderita Divertikulum Meckel tidak menunjukkan gejala, dan kelainan ini lebih
sering ditemukan secara insidental pada pemeriksaan barium maupun laparotomi.
Komplikasi yang sering ditimbulkan adalah adanya obstruksi usus (35%), kemudian diikuti
peradarahan (32%), divertikulits (22%), kelainan umbilikus (10%), dan lainnya (3%).
Etiologi
 Penyebab tersering terjadinya intususepsi belum diketahui.
 Berhubungan erat dengan infeksi adenovirus
 Hiperplasia limfoid (Peyer patches) dapat membentuk suatu titik petunjuk segmen
intususepsi proksimal. Plak peyer yang membengkak di ileum dapat merangsang
peristaltik usus sebagai upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga terjadi
intususepsi
Epidemiologi
Insiden terjadinya intususepsi bervariasi dari 1-4 per 1000 kelahiran hidup. Laki-laki
berbanding perempuan adalah 4:1. Meskipun jarang (2:1000 kelahiran hidup),
intususepsi merupakan penyebab tersering obstruksi usus pada 2 tahun pertama
kehidupan. Intususepsi idiopatik biasanya terjadi antara usia 6-18 bulan, hanya 10%
kasus terjadi sesudah 3 tahun. Kelainan intususepsi jarang terjadi pada anak dibawah
usia 3 bulan dan frekuensi kejadian menurun setelah 36 bulan.
Patofisiologi
Intususepsi menunjukkan invaginasi satu potongan usus ke dalam segmen yang
berdekatan, menyebabkan kompresi mesenterium, edema, dan bertambahnya
iskemia. Intususepsi terjadi spontan pada sebagian besar kasus dan biasanya dimulai
dengan hiperperistaltik dalam segmen intestin, lebih sering pada atau dekat katup
ileosekal. Peristaltik berlanjut untuk menarik segmen yang invaginasi sepanjang usus;
edema intestinal dan obstruksi terjadi dan aliran darah ke daerah tersebut terhenti.
Patofisiologi
 Bagian usus yang mengalami intususepsi ke dalam usus lain disebut intususeptum,
sementara intususipien adalah usus yang menerima. Konstriksi mesenterium
menyumbat aliran balik vena; selanjutnya terjadi pembengkakan intususeptum
karena edema dan perdarahan mukosa menyebabkan tinja mengandung darah dan
kadang-kadang mengandung mukus. Tinja yang mengandung darah berwarna merah
kehitaman dan terdapat gambaran menyerupai jel, menunjukkan bahwa usus sudah
mengalami nekrosis. Kebanyakan intususepsi tidak menjepit usus dalam 24 jam
pertama, tetapi kemudian akhirnya dapat menyebabkan gangren usus dan syok.
Manifestasi Klinis
 Nyeri proksimal
 Kadang-kadang disertai refleks muntah
 Nyeri kram abdomen intermitten, bisa disertai maupun tidak disertai demam ataupun
tanda-tanda obstruksi usus pada anak
 Muntah terjadi pada kebanyakan kasus dan biasanya lebih sering pada fase awal. Pada fase
lanjut, muntah disertai dengan empedu.
 Tinja dengan gambaran normal dapat dikeluarkan pada beberapa jam pertama setelah
timbulnya gejala. Setelah itu, pengeluaran tinja sedikit atau sering tidak ada, dan flatus
jarang atau tidak ada.
 Darah umumnya keluar pada 12 jam pertama dan pada 60% bayi akan mengeluarkan tinja
bercampur darah berwarna seperti jeli kismis. Beberapa penderita hanya bergejala rewel,
dan letargi intermitten atau progresif
Manifestasi Klinis
Diagnosis Fisik
 Palpasi abdomen : nyeri tekan (+)
 Massa seperti sosis (sausage shaped)  abdomen sebelah kanan atas
 Feces bercampur lendir + darah
Penatalaksanaan
 Antibiotik IV Spektrum luas pada pasien dengan tanda nekrosis usus,
peritonitis, atau sepsis.
 Pada pasien yang lebih stabil, hitung darah lengkap, analisis elektrolit,
penentuan golongan darah dan cross match, pemeriksaan rontgen abdomen
tegak, dan konsultasi bedah harus dilakukan
 Barium Enema dapat dilakukan untuk mereduksi Intususepsi, jika gagal
maka harus dilakukan pembedahan.
 Pemberian cairan & darah harus dilakukan pada pasien dengan tanda syok.
Komplikasi
 Jika penanganan ditunda sampai lebih dari 24 jam, dapat terjadi penjepitan usus
(strangulasi), menyebabkan nekrosis, perdarahan, perforasi, peritonitis, dan syok.
Jika tidak tertangani, anak dengan intususepsi tidak dapat bertahan hidup

 Jika intususepsi tidak direduksi segera, maka bayi akan semakin lemah dan lesu.
Akhirnya bisa terjadi keadaan syok dengan kenaikan suhu tubuh sampai 41 derajat
Celcius. Denyut nadi menjadi lemah dan kecil, pernapasan menjadi dangkal dan
nyeri mungkin dimanifestasikan hanya dengan suara merintih.
Prognosis
Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal, kesempatan
sembuh terkait langsung dengan lamanya intususepsi sebelum reduksi. Kebanyakan
bayi sembuh jika intususepsi direduksi dalam 24 jam pertama, tetapi angka
mortalitas meningkat dengan cepat setelah 24 jam, terutama setelah hari kedua.
Dengan terapi bedah yang adekuat, reduksi dengan operasi sangat mengurangi
angka mortalitas pada kasus dini.
Kesimpulan
Berdasarkan anamesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada kasus
tersebut, bayi yang datang dengan keluhan BAB berwarna merah kehitaman dengan
konsistensi kental seperti jel berlendir mengalami intususepsi.

Anda mungkin juga menyukai