Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

PITIRIASIS VERSIKOLOR
Perseptor : Dian Mardianti, dr. Sp.KK., FINS-DV
KELOMPOK 55-B
Persentan :
Rifqi Zulfiqar 4151171438
M. Ridhwan Benedict 4151171439
Shintya Octaviani 4151171500
Annisa Putri Wulansari 4151171503
Nabella Meriem 4151171525
Partisipan :
Yuanita Rosalina 4151171423
Isnaini Nurul F 4151171424
Arsyad Parama Santosa 4151171455
M. Fauzi Faturrohman 4151171462
Riany Jade Toisuta 4151171463
Arum Wijayati 4151171054
KETERANGAN UMUM
• Nama : Tn. G
• Usia : 19 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Suku Bangsa : Sunda
• Alamat : Jl. Nanjung Kp. Lagadar No. 25 RT 05 RW 02 Cimahi Selatan
• Pendidikan terakhir : SMP
• Pekerjaan : Buruh angkut
• Pendidikan Ayah: SD
• Pekerjaan Ayah : Supir angkutan umum
• Pendidikan Ibu : SD
• Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
• Agama : Islam
• Jaminan Kesehatan : BPJS Mandiri Kelas III
KELUHAN UTAMA
(Autoanamnesis)
Bercak-bercak putih pada pipi kiri, leher
sisi kiri serta dada dan bercak kemerahan
pada punggung atas-tengah yang terasa
gatal.
Penjabaran Keluhan Utama
(Autoanamnesis)
Sejak ± 2 bulan yang lalu timbul bercak-
bercak putih yang meluas pada pipi sisi kiri,
leher sisi kiri, dada yang terasa gatal terutama
bila berkeringat sehingga Os sering
menggaruknya. Akibat sering digaruk, sejak ± 1,5
bulan yang lalu sebagian bercak-bercak putih
melebar menjadi tetesan air.
Sejak ± 1 bulan yang lalu timbul bercak
kemerahan pada punggung atas hingga tengah
yang terasa gatal.
Perjalanan Penyakit
(Autoanamnesis)
Kelainan kulit pertama kali timbul ± 4 bulan yang
lalu berupa bercak-bercak kemerahan hanya pada pipi
sisi kiri berukuran kira-kira sebesar titik-titik air yang
terasa gatal terutama bila berkeringat sehingga Os
sering menggaruknya. ±3,5 bulan yang lalu timbul
bercak-bercak kemerahan serupa yang terasa gatal
pada leher sisi kiri dan dada. Sejak ± 3 bulan yang lalu
bercak-bercak kemerahan pada pipi sisi kiri, leher sisi
kiri dan dada berubah menjadi bercak-bercak
kehitaman yang terasa gatal.
Faktor Etiologi, Predisposisi, Presipitasi
Os adalah seorang buruh angkut di pasar sejak ± 1 tahun
yang lalu. Os tinggal serumah dengan orang tuanya, tidak ada
keluhan yang sama pada orang yang tinggal serumah.
Os memiliki kebiasaan mandi 1 kali sehari karena sering
kelelahan ketika pulang bekerja serta jarang mengganti pakaian
karena merasa pakaiannya masih bersih.
Os bekerja rata-rata 8 jam setiap hari dan sering
menggunakan kaos jersey (polyester) yang tidak menyerap
keringat sehingga Os berkeringat banyak, namun Os tidak
langsung mengganti pakaian setelah selesai bekerja.
Faktor Etiologi, Predisposisi,
Presipitasi
Os menyangkal adanya riwayat kencing manis
pada dirinya maupun keluarga.
Os menyangkal berat badan bertambah.
Os menyangkal adanya keluhan batuk-batuk
lama lebih dari 2 minggu disertai keringat
banyak pada malam hari.
Os menyangkal mengonsumsi obat-obatan
dalam jangka waktu lama.
Riwayat Pengobatan
Os belum pernah mengobati keluhan kelainan kulit
ini.
Anamnesis Tambahan
• Os tidak memiliki riwayat penyakit kuning,
transfusi darah, dan cabut gigi dalam 3 bulan
terakhir.
• Os tidak memiliki riwayat penyakit maag.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesan sakit : tidak tampak sakit
Keadaan Umum : TD: 120/80mmHg N:72x/menit R: 20x/menit
S: 36,5ºC
Status gizi : TB : 175 cm
BB : 60 kg IMT: 19,6 (normoweight)
Kepala : Mata : Konjungtiva: anemis -/- Sklera: ikterik -/-
Mulut : Gigi geligi: normal
THT : normal
Leher : KGB : Inspeksi : Tidak terlihat membesar
Palpasi : Tidak teraba
Dada : Bentuk dan gerak simetris
Jantung : bunyi jantung murni reguler, batas jantung normal
Paru :VBS kanan=kiri, ronki-/-, wheezing-/-
Abdomen: Datar lembut, BU (+) normal, NT (-)
Hepar : tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, akral hangat,
CRT <2 detik
Gambar
STATUS DERMATOLOGIKUS
• Distribusi : regioner
• Ad regio : pipi sisi kiri, leher sisi kiri, dada dan
punggung atas-tengah
• Lesi : multipel, sebagian diskret sebagian konfluens,
bentuk sebagian teratur sebagian tidak teratur,
ukuran pungtata sampai lentikuler, batas tegas, tidak
menimbul dari permukaan, kering.
• Efloresensi : makula hipopigmentasi dan makula
eritem dengan skuama pitiriasiformis di atasnya
RESUME
Seorang laki-laki berusia 19 tahun datang ke poliklinik
kulit dan kelamin RS Dustira dengan keluhan utama bercak-
bercak putih pada pipi kiri, leher sisi kiri serta dada dan bercak
kemerahan pada punggung atas-tengah yang terasa gatal.
Sejak ± 2 bulan yang lalu timbul bercak-bercak putih yang
meluas pada pipi sisi kiri, leher sisi kiri, dada yang terasa gatal
terutama bila berkeringat sehingga Os sering menggaruknya,
akibat sering digaruk sejak ± 1,5 bulan yang lalu sebagian bercak-
bercak putih melebar menjadi sebesar tetesan air. Sejak 1 bulan
yang lalu timbul bercak kemerahan yang pada punggung atas
hingga tengah yang terasa gatal.
RESUME
Kelainan kulit pertama kali timbul ± 4 bulan yang lalu
berupa bercak-bercak kemerahan hanya pada pipi sisi kiri
berukuran kira-kira sebesar titik-titik air yang terasa gatal
terutama bila berkeringat sehingga Os sering
menggaruknya. ±3,5 bulan yang lalu timbul bercak-
bercak kemerahan serupa yang terasa gatal pada leher
sisi kiri dan dada. Sejak ± 3 bulan yang lalu bercak-bercak
kemerahan pada pipi sisi kiri, leher sisi kiri dan dada
menjadi bercak-bercak kehitaman yang terasa gatal.
Keluhan kelainan kulit belum pernah diobati Os.
RESUME
Faktor predisposisi :
Os seorang buruh angkut dipasar sejak 1 tahun
yang lalu memiliki kebiasaan 1 kali sehari dan
jarang mengganti pakaian.
Os bekerja 8 jam setiap hari sering
menggunakan kaos yang tidak menyerap
keringat sehingga os berketingat banyak, namun
Os tidak langsung mengganti pakaian setelah
selesai bekerja.
Faktor presipitasi :
Garukan
RESUME
Status Generalis dalam batas normal
Status Gizi : IMT 18,9 (normoweight)

• Kepala : Mata: sklera ikterik (-/-)


• Abdomen : NT epigastrik (-), Hepar tidak
teraba
Status Dermatologikus
• Distribusi : regioner
• Ad regio : pipi sisi kiri, leher sisi kiri, dada dan
punggung atas-tengah
• Lesi : multipel, sebagian diskret sebagian konfluen,
bentuk sebagian teratur sebagian tidak teratur,
ukuran pungtata sampai lentikuler, batas tegas, tidak
menimbul dari permukaan, kering.
• Efloresensi : makula hipopigmentasi dengan skuama
pitiriasiformis di atasnya
DIAGNOSIS BANDING
1. Pitiriasis Versikolor
2. Pitiriasis Alba
3. Tinea korporis
DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis Versikolor
Pemeriksaan Penunjang
• Sediaan langsung dengan KOH 10% dari
kerokan lesi didapatkan :
1. Pada Pembesaran 400x :
Epitel (+)
Chlamydiospora (+)
Hifa pendek (+)
2. Pemeriksaan dengan Lampu Wood
Pembesaran 400x

Spora
“meatball”
Hifa
pendek
“spaghetti”

EPITEL
Didapatkan:
• Epitel (+)
• Spaghetti and meatball appearance
Pemeriksaan dengan Lampu Wood

Didapatkan:
Fluoresensi positif warna
kuning keemasan.
USUL PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan SGOT - SGPT
PENATALAKSANAAN
Umum
1. Apabila berkeringat saat latihan, segera mandi
menggunakan sabun dan mandi 2 kali sehari
2. Mengganti pakaian yang bersih dan menyerap
keringat
3. Sering mengganti handuk dan menjemur handuk di
tempat yang terpapar sinar matahari
4. Tidak menggaruk lesi
5. Berobat sesuai anjuran dokter
PENATALAKSANAAN

Khusus
1. Topikal : Lotion Selenium Sulfide 2.5% dioleskan
pada lesi 7-10 menit sebelum mandi.
Resep

R/ Selenium sulfide2,5
Gliserin 5
Talk Venetum 10
Aqua ad 100
m.f.l.a lotio
∫ue
PROGNOSIS
•Quo ad Vitam : ad bonam
•Quo ad Functionam : ad bonam
•Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Pembahasan
Keterangan umum
“Os laki-laki berumur 19 tahun seorang buruh angkut di pasar datang
dengan keluhan utama bercak-bercak putih pada pipi kiri, leher sisi kiri
serta dada dan bercak kemerahan pada punggung atas-tengah yang terasa
gatal.”

Bercak-bercak putih dan bercak kemerahan yang terasa gatal terutama


saat berkeringat kemungkinan gambaran klinis dari dermatofita dan non-
dermatofita. Untuk predileksi pada pasien dapat diambil tinea korporis,
pitriasis versicolor dan pitriaris alba serta vitiligo
Menurut Fitzpatrick dan Andrew’s diseases of the skin, insidensi
terjadinya pitriasis versicolor pada ♂ = ♀, tetapi lebih sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda yang memiliki aktivitas banyak sehingga
mengeluarkan keringat banyak.
Kegiatan sehari-hari os adalah sebagai buruh angkut yang menghasilkan
keringat lebih banyak dan merupakan faktor predisposisi eksogen dari
pitiriasis versicolor.
Penjabaran Keluhan Utama
“Sejak ± 2 bulan yang lalu timbul bercak-bercak putih yang meluas pada
pipi sisi kiri, leher sisi kiri, dada yang terasa gatal terutama bila berkeringat
sehingga Os sering menggaruknya.”

Menurut Fitzpatrick dan Andrew’s, bagian tubuh atas memiliki intensitas


terkena sinar matahari lebih banyak dibandingkan bagian tubuh lainnya
sehingga flora normal yang ada di tubuh yaitu Malassezia furfur menjadi
patogen dan jumlah nya meningkat. Malassezia furfur menghasilkan asam
dikarboksilat yang menghambat enzim tirosinase yang menghambat
perubahan tirosin menjadi DOPA sehingga melanin berkurang.
Andrew’s diseases of the skin: Terjadinya Ptiriasis versicolor lebih sering
menyerang bagian tubuh yang memproduksi keringat, sebum yang lebih
banyak dan menjadi lembab seperti daerah wajah, leher, daerah ketiak,
lengan atas, batang tubuh bagian atas, lipat paha dan tungkai atas. dan
menimbulkan gambaran kulit hipopigmentasi.
Perjalanan Penyakit
“Kelainan kulit pertama kali timbul ± 4 bulan yang lalu berupa bercak-bercak
kemerahan hanya pada pipi sisi kiri berukuran kira-kira sebesar titik-titik air
yang terasa gatal terutama bila berkeringat sehingga Os sering
menggaruknya. Akibat sering digaruk, sejak ± 1,5 bulan yang lalu sebagian
bercak-bercak putih melebar menjadi tetesan air.”

Lesi pada Ptiriasis versicolor dapat disertai keluhan gatal ringan atau tidak
gatal yang biasanya berupa makula berskuama halus, berbentuk oval atau
bulat, diskret atau konfluens, bentuk teratur atau tidak teratur yang
mengalami perubahan warna putih sampai merah muda, merah kecoklatan
maupun coklat kekuningan yang menyebar didaerah wajah, leher, bagian
tubuh atas dan lengan atas. Lesi awal berukuran pungtata karena sering di
garuk lesi melebar menjadi ukuran lentikuler. Garukan merupakan faktor
presipitasi dari Ptiriasis versicolor.
Faktor Etiologi, Predisposisi, Presipitasi
“Os memiliki kebiasaan mandi 1 kali sehari karena sering kelelahan setelah bekerja
mengangkut barang latihan serta jarang mengganti pakaian serta handuk yang
dipakainya untuk latihan karena merasa pakaiannya masih bersih. Os bekerja rata-
rata 8 jam setiap hari menggunakan kaos yang tidak menyerap keringat sehingga Os
berkeringat banyak, namun Os tidak langsung mengganti pakaian setelah selesai
bekerja. “

Menurut Fitzpatrick dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin UI terjadinya Ptiriasis
versicolor berhubungan dengan adanya flora normal yang terdapat pada kulit yaitu
Pitysporum orbicularis yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk
oval. Keduanya merupakan organisme yang dapat berubah sesuai dengan
lingkungannya misalnya suhu, media, dan kelembaban. Fase spora dan miselium dari
Pitysporum orbicularis adalah Malessezia furfur yang menyebabkan kelainan pada
pityriasis versicolor. Perubahan menjadi M.furfur dipengaruhi oleh faktor predisposisi
endogen yaitu defisiensi imun, gizi buruk, dan penyakit kronik seperti DM. Faktor
predisposisi eksogen adalah lingkungan yang panas, lembab, dan pada orang
hyperhidrosis.
Faktor Etiologi, Predisposisi, Presipitasi
“Os menyangkal adanya riwayat kencing manis pada dirinya maupun
keluarga. Os menyangkal berat badan bertambah. Os menyangkal adanya
keluhan batuk-batuk lama lebih dari 2 minggu disertai keringat banyak
pada malam hari.Os menyangkal mengonsumsi obat-obatan dalam jangka
waktu lama.”

Peningkatan berat badan diketahui sebagai salah satu faktor predisposisi


endogen pada ptyriasis versicolor. Peningkatan berat badan yang cenderung
mengarah ke obesitas dapat menyebabkan beberapa daerah tubuh lebih
lembab yang akibatnya jamur Malessezia furfur berubah menjadi patogen.
Riwayat penggunaan obat-oabatan dalam jangka waktu yang lama, misalnya
kortikosteroid, dicurigai pasien mengalami penyakit imunokompremais
sehingga dengan imun yang rendah dapat menyebabkan infeksi jamur lebih
banyak. Kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula darah pada orang biasa.
Pada penderita DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah yang
sudah meninggi. Pada penderita yang sudah diobati pun rasio melebihi 55 %.
Gula kulit berkonsentrasi tinggi di daerah intertriginosa dan interdigitalis. Hal
tersebut dapat membuat jamur mudah tumbuh karena gangguan mekanisme
sistem imunoregulasi.
Anamnesis Tambahan
“Os tidak memiliki riwayat penyakit kuning, transfusi darah, dan cabut gigi
dalam 3 bulan terakhir. Os tidak memiliki riwayat penyakit maag.”

Riwayat penyakit kuning sebagai kecurigaan bahwa pasien mengalami


gangguan fungsi hati sehingga menjadi kontraindikasi pemberian anti mikotik
sistemik. Pengkonsumsian obat antasida bersamaan dengan obat antimikotik
sistemik secara bersamaan dapat menyebabkan interaksi obat. Obat
antimikotik sistemik seperti itraconazole aktif pada keadaan lambung yang
asam. Jika diberikan bersamaan dengan obat antasida, kerja obat antimikotik
sistemik menjadi tidak optimal.
Patofisiologi
• Jamur memiliki kemampuan melekat pada kulit dan mukosa
penjamu (adherence), menembus jaringan penjamu
(penetration), dan dapat bertahan dan menyeusaikan diri dengan
suhu serta keadaan biokimia penjamu. Selain itu jika penjamu
memiliki sistem imunitas yang menurun akan mempermudah
jamur menginfeksi
• Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi
misselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam
dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak
pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada
melanosit epidermis dan dengan demikian memicu
hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme Malassezia
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesan sakit : tidak tampak sakit
Keadaan Umum : TD: 110/80mmHg N:72x/menit R: 20x/menit
S: 36,5ºC
Status gizi : TB : 175 cm
BB : 58 kg IMT: 18,9 (normoweight)
Kepala : Mata : Konjungtiva: anemis -/- Sklera: ikterik -/-
Mulut : Gigi geligi: normal
THT : normal
Leher :
KGB : Inspeksi : Tidak terlihat membesar
Palpasi : Tidak teraba

Dada : Bentuk dan gerak simetris


Jantung : bunyi jantung murni reguler, batas jantung normal
Paru :VBS kanan=kiri, ronkhi-/-, wheezing-/-

Abdomen : Datar lembut, BU (+) normal, NT (-)


Hepar : tidak teraba membesar

Ekstremitas :
Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-, akral hangat,
CRT <2 detik
STATUS DERMATOLOGIKUS
• Distribusi : regioner
• Ad regio : pipi sisi kiri, leher sisi kiri, dada dan
punggung atas-tengah
• Lesi : multipel, sebagian diskret sebagian konfluen,
bentuk sebagian teratur sebagian tidak teratur,
ukuran pungtata sampai lentikuler, batas tegas, tidak
menimbul dari permukaan, kering.
• Efloresensi : makula hipopigmentasi dan makula
eritem dengan skuama pitiriasiformis di atasnya
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan KOH 10 %
1. Lesi dikerok dari tengah ke tepi lesi (cari lesi aktif) dengan
menggunakan scalpel bagian tumpul
2. Lesi dikumpulkan diatas gelas objek
3. Tetesi dengan KOH 10% di pinggirnya
4. Tutupi dengan cover glass
5. Lewatkan diatas api 3x
6. Dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan
400x.
7. Hasil pemeriksaan yang diharapkan: ditemukan adanya
epitel, spora dan hifa.
INTERPRETASI PEM PENUNJANG
Bila penyebabnya memang jamur,
maka hasil pemeriksaan mikroskop
akan kelihatan garis yang memiliki
indeks bias lain dari sekitarnya dan
jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh
sekat-sekat yang dikenal dengan
hifa. Pada pitiriasis versikolor hifa
tampak pendek-pendek, lurus atau
bengkok dengan banyak spora
bergerombol sehingga sering
disebut dengan gambaran
spaghetti and meatballs atau bacon
and eggs.
Pemeriksaan dengan Lampu Wood

Pada pemeriksaan lampu wood


dapat memberikan perubahan
warna pada seluruh daerah lesi
sehingga batas lesi lebih mudah
dilihat. Daerah yang terkena
infeksi akan memperlihatkan
fluorensi warna kuning
keemasan sampai orange.
Pemeriksaan ini memungkinkan
untuk melihat dengan lebih
jelas perubahan pigmentas yang
menyertai kelainan ini.
PENATALAKSANAAN
Umum
1. Apabila berkeringat saat bekerja, segera mandi
menggunakan sabun dan mandi 2 kali sehari
2. Mengganti pakaian yang bersih dan menyerap
keringat
3. Sering mengganti handuk dan menjemur handuk di
tempat yang terpapar sinar matahari
4. Tidak menggaruk lesi
5. Berobat sesuai anjuran dokter
TERAPI
Khusus
Topikal
“Lotion Selenium Sulfida 2.5% dioleskan pada lesi 7-10 menit sebelum mandi.”

Menurut Fitzpatrick, penggunaan obat topikal seperti Lotion


Selenium 2.5% efektif untuk lesi yang generalisata dan murah.
Biasanya penggunaan lotion selenium sulfide 2.5% dioles area lesi
sebelum mandi lalu dibiarkan mengering selama 7-10 menit dan
dilakukan 3-4 kali dalam seminggu.
Ketokonazol merupakan obat antifungal dengan mekanisme kerja
dengan cara menghambat C-14 α-demethylase (cyt P-450 enzyme)
sehingga menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol
(sterol utama dari jamur).
Obat topikal pilihan yang dapat digunakan untuk Ptiriasis
versicolor
1. Suspensi selenium sulfide 1,8-2,5% dapat dipakai sebagai
sampo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi,
diamkan 7-10 menit sebelum mandi
2. Sampo ketokonazol 2%. Cara penggunaan sama dengan
selenium sulfide
3. Solusio Natrium tiosulfat 20%
4. Salisil spiritus 10%
5. Derivat azole : mikonazol,klortrimazol,isokonazol,ekonazol
dioleskan sehari 2 kali selama 2-4 minggu
6. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
Obat sistemik pilihan untuk Ptiriasis versicolor
• Ketokonazol 1x200mg/hari peroral selama 7-10hari
atau 400mg setiap minggu selama 2 minggu
• Itrakonazol 200-400mg/hari selama 3-7hari
• Flukonazol 400mg single dose

Indikasi pemberian antimikotik sistemik pada non-


dermatofitosis
• Bila lesinya luas
• Setelah pemberian antimikotik topikal tidak sembuh
• Rekurensi
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
Ptiriasis versicolor tidak menyebabkan kematian

• Quo ad functionam : ad bonam


Fungsi kulit dapat kembali normal

• Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam


Tingkat kekambuhan Ptiriasis versicolor tinggi karena
adanya aktivasi Mallassezia pada Os. Perlu dilakukan
pengobatan dan pencegahan yang menyeluruh.
Daftar Pustaka
• Bergstrom KG, Strober E. Principles of Topical Therapy. In: Klaus W.,
Goldsmith LA., Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS., Leffel DJ.,
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine ed. 6th Edition. New
York: McGraw-Hill. 2018: 2335-8.
• Hamzah M. Dermatofitosis. Dalam: Djuanda A., Hamzah M., Aisah.,.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016: 109-116.
• Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Dermatologic pharmacology.
Basic and clinical pharmacology. New York: 11th edition. McGraw-
Hill. 2009.
• Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Obat antijamur. Farmakologi
dasar dan klinik. New York: Edisi 12. McGraw-Hill. 2014.

Anda mungkin juga menyukai