Anda di halaman 1dari 67

ASMA BRONKIALE

Dr. MEIDIANTO , Sp.P


Pulamonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
RSUD Raden Mattaher Jambi
FKIK UNJA
2018
DEFINISI ASMA

Asma merupakan penyakit heterogen,


umumnya dengan karakteristik
inflamasi saluran napas kronik. Asma
ditandai dengan riwayat gejala
pernapasan seperti mengi, sesak
napas, rasa tertekan di dada dan batuk
yang waktu dan intensitasnya dapat
berubah-ubah, bersamaan dengan
variasi hambatan aliran ekspirasi.

GINA Updated 2014


ETIOLOGI
• Penyeab pasti ASMA belum diketahui.
Risiko Berkembangnya asma merupakan interaksi
komplek berbagai faktor.

Faktor Risiko Mendapat Asma:


1. Faktor Predisposisi:
• Atopi
• Jenis Kelamin
Anak laki laki > Wanita
Lanjutan……
2. Faktor Penyebab (Pajanan)
Yang mensensitisasi bronkus dan timbulnya
asma:
a. Alergen dalam ruangan:
• Tungau debu rumah (House Dust Mite)
• Alergen binatang
• Alergen kecoa
• Jamur, dll
Lanjutan……..
b. Alergen di luar ruangan
• Tepung sari
• Biji bijian
• Rumput rumputan

c. Bahan dilingkungan kerja (accupational)


→ ASMA KERJA
lanjutan
3. Faktor yang berkontribusi:
Meningktnya risiko terjadinya asma karena
adanaya faktor penyebab atau faktor
predisposisi.
• Infeksi Virus(bronkioloitis)pada masa anak akan
timbul asma pada usia dewasa atau tua
• BBLR →diameter bronkus berkurang→infekai virus
cenderung meningkat
Lanjutan……
• Merokok Aktif maupun pasif
• Diet : ASI melindungi anak tidak jadi Asma
• Polusi Udara
• Fisik (latihan, Dingin)
• Perubahan cuaca
• Makanan dan Food additives
• Obat obatan (aspirin)
• Emosi (stress)
• Endokrin(Hamil, Menstruasi)
• Lain lain ( Rinitis, Reflux Gastro Esofagus)
PATOFIOLOGI ASMA
• INFLAMASI merupakan Dasar Kelainan Faal :
– Obstruksi saluran nafas
– Hiperesponsif saluran napas
– Kontraksi otot polos bronkus
– Hipersekresi mukus
Lanjutan…….
• Keterbatasan aliran udara yang reversibel
• Eksaserbasi
• Asma malam
• Kelainan analisa gas darah
Obstruksi Saluran Napas
• Kontraksi otot polos bronkus
• Lepas mediator oleh sel inflamasi
• Mediator :
– Sel mast:
• Histamin
• Prostaglandin D2
• Triptase
• Leukotrien C4
Normal Asthma
Hiperresponsif Saluran Napas

• Mekanisme pasti?

• Perubahan sifat otot polos bronkus

• Perubahan kontraktiliti

• Perubahan inflasi
Kontraksi Otot Polos Brankus
• Pemendekan otot polos yang meningkat

• Perubahan dalam aparatur kontraksi


Hipersekresi Mukus
• Hiperplasi kelenjar submukosa dan sel goblet

• Remodelling dinding saluran napas → khas


pada asma kronik

• Fatal Asma →sumbatan oleh mucus plug


Keterbatasan Aliran Udara Yang Irreversibel

• Penebalan diding saluran napas (karakteristik


remodeling)

• Terjadi pada saluran napas besar dan kecil

• Terlihat secara patologi dan radiologi


Eksasebasi
• Episode eksaserbasi gambaran umum pada
asma
• Inciter:
– Udara dingin
– Kabut / Asap
– Exercise
→Bronkokontriksi
Eksaserbasi
• Inducer :
– Alergen

– Sensitisasi zat di tempat kerja


– Ozon
– Infeksi saluran napas oleh virus

→ Inflamasi
Asma Malam
• Biopsi Transbronkus → Penumpukan eosinopil
dan makrofag di alveol dan jaringan
peribronkus pada malam hari
Kelainan Analisa Gas Darah

• Serangan Akut Berat:


– Gangguan pertukaan gas
– Hipoksemia

Ketidakseimbangan Ventilasi - Perfusi


Pemicu
Alergen, zat kimia,
polusi udara, infeksi virus

Inflamasi

Hiper-responsif Gangguan
saluran napas aliran udara

Pencetus Gejala
Alergen, Batuk , mengi
Olahraga, dada tertekan,
Udara dingin, sesak napas
dll
dapted from GINA Updated 2014
GAMBARAN KLINIS/
DERAJAT PENYAKIT
Gambaran Klinis Asma

– Saat tidak serangan – tidak ditemukan gejala klinis


– Jika terjadi serangan:
• Sesak napas
• Mengi (wheezing)
• Batuk produkti
• Dada sperti tertekan
DERAJAT PENYAKIT ASMA
Ditentukan oleh
• Frekwensi serangan
• Serangan asma malam
• Gangguan aktivitas
• Nilai faal Paru ( VEP1 atau APE)
• Variabiliti harian

DERAJAT ASMA :
• Asma Intermiten
• Asma Persisten Ringan
• Asma Persisiten Sedang
• Asma Persisten Berat
Asma Intermiten
• Gejala < 1 kali seminggu
• Gejala asma malam <2 kali sebulan
• Serangan singkat tidak menggangu aktifitas
• Nilai VEP1 atau APE ≥80% nilai prediksi
• Variabiliti <20 %
Asma Persisten Ringan
• Gejala ≥1 kali serangan tapi <1 kali sehari
• Eksaserbasi dapat menggangu aktifitas dan
tidur
• Gejal asma malam >2 kali sebulan
• Nilai APE/VEP1 >80% nilai prediksi
• Variabiliti 20-30%
Asma Persisten Sedang
• Gejala setiap hari
• Gejala asma malam >1 kali seminggu
• Eksaserbasi mengganggu aktiviti dan tidur
• Niali VEP1 atau APE ≥80% tetapi ≤ 80% nilai
prediksi
• Variabiliti > 30%
Asma Persisten Berat
• Gejala berkepanjangan
• Eksaserbasi sering
• Gejala asma malam sering
• Aktivitas fisik terbatas
• Nilai APE/ VEP1 ≤ 60% nilai prediksi
• Variabiliti > 30 %
DIAGNOSIS
• Anamnesis
– Batuk, mengi/wheezing, sesak napas episodik
– Bronkitis/pneumonia berulang
– Riwayat atopi
– Riwayat faktor pencetus
Anamsesis
(beberapa pertanyaan)
• Apakah penderita mendapat serangan atau
serangan mengi yang berulang
• Apakah penderita mengalami batuk pada malam
hari?
• Apakah batuk atau mengi timbul sesudah
aktifitan?
• Apakah batuk atau mengi atau rasa berat di dada
timbul sesudah terpajan terhadap alergen atau
polutan?
• Apakah flu yang diderita berlanjut menjadi
sesak atau berlangsung lebih dari 10 hari
Pemeriksaan Fisis

• Tanpa serangan – Normal


• Penyakit penyerta
• Saat serangan
– Sesak
– Mengi
– Otot bantu napas
– Pulsus paradoksus
Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium
• Uji Kulit
• Radiologi
• Pemriksaan Faal Paru
Laboratorium

• Darah rutin – Eosinofilia


• Sputum – eosinofil, spiral Curshmann dan
krystal Charcot- leyden
• Serum – IgE spesifik
• Uji kulit
Uji Kulit

• Prick test
• Scratch test
• Menentukan faktor atopi
• Tidak berkorelasi dengan pencetus asma
Radiologi

• Foto toraks berguna untuk melihat adanya


komplikasi (Pneumotoraks,
Penumomediastinum, Ateleksisi)
• Untuk menyingkirkan Penyakit lain
• Umumnya normal
• Saat serangan → Hiperinflasi paru
Pemeriksaan Faal Paru

• Penunjang diagnosis

• Arus puncak ekspirasi

• Pemeriksaan spirometri
– VEP1
– VEP1/KVP
• Uji Bronkodilator
• Variabiliti harian
• Uji Provokasi Bronkus
– Riwayat asma (+)
– Pemeriksaan fisis (-)
– Uji faal paru (-)
Uji Provokasi Bronkus

• Provokasi beban kerja


• Provokasi inhalasi
– Antigen
– Non spesifik :
-histamin
-metakolin
DIAGNOSIS BANDING
• Dewasa:
– PPOK
– Bronkitis Kronik
– Gagal Jantung Kongestif
– Batuk kronik akibat lain lain
– Disfungsi larings
– Obstruksi mekanis (misal tumor)
– Emboli Paru
Diagnosis Banding
• Anak
– Benda asing di saluran pernafasan
– Laringotrakeomalasia
– Pembesaran kelenjar limfe
– Tumor
– Stenosis trakea
– Bronkiolitis
PROGNOSIS
• Prognosis baik :
– Penangani cepat dan tepat
– Tidak ada penyakit komorbid
ASMA EKSASERBASI
(STATUS ASMATIKUS)
PENDAHULUAN
Salah satu penyebab utama kasus
kegawatdaruratan dan rawat inap

Alasan utama pasien untuk mencari


pertolongan

Mengancap jiwa
Pendahuluan

EKSASERBASI

Episode terjadinya perburukan/bertambahnya


gejala klinis yang timbul

Gawat darurat
Paru
Pengaruh Eksaserbasi Terhadap Fungsi Paru

• Terjadi percepatan penurunan FEV1 pada


asma yang sering eksaserbasi

• Eksaserbasi pelepasan mediator


remodeling Penyempitan Saluran Nafas
Faktor risiko meningkatkan Kematian

• Riwayat serangan asma yang mengancam

• Riwayat ICU, riwayat intubasi

• Riwayat rawat inap 2 kali atau lebih karena


asma
lanjutan
• Riwayat 2 atau lebih ke IGD karena serangan
asma
• Menggunakan 2 atau lebih canister SABA
perbulan
• Membutuhan koertikosteroid oral untuk
kontroler
• Komorbid (Cardiovaskuler)
• Kelainan psikiatrik
Faktor Pencetus Eksaserbasi
• Banyak faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya eksaserbasi

• Semakin banyak faktor risiko akan makin berat


dan makin sering kejadan eksaserbasi
Faktor risiko:
• Infeksi saluran napas yang berulang
• Gastro-oesophageal-reflux
• Obstruksi Sleep Apnoe
• Penggunaan Inhaler yang salah
• Drugs
• Makanan yang menyebabkan alergi
• Gangguan hormonal
Lanjutan…..
• Gangguan psikologis
• Hipertiroid
• Penurunan imun
• Terpapar zat alergi
• Alergen di tempat kerja
• dll
DERAJAT ASMA EKSASERBASI
• RINGAN
– Sesak nafas saat beraktifitas ringan/dapat
berbaring
– Berbicara lancar
– Kegselisahan – berbicara lancar
– Frekwensi nafas meningkat
– Tidak ada retraksi otot pernafasan
– Mengi (Wheezing) terdengar
Lanjutan
• RINGAN
– Nadi < 100x/menit
– Pulsus paradoksus < 10 mmhg
– Nilai APE > 80% prediksi/nilai terbaik
– PaO2 > 80 mmhg
– PaCO2 < 45
– Saturasi O2 >95%
lanjutan
• SEDANG
– Sesak nafas saat berbicara/pasien duduk
– Berbicara terputus-putus
– Tidak gelisah
– Frekwensi napas meningkat
– Retraksi otot suprasternal
– Mengi(Wheezing) keras
lanjutan
• SEDANG
– Nadi 100-120x/menit
– Pulsus paradoksus 10-25 mmhg
– Nilai APE 60-80% prediksi/nilai terbaik
– PaO2 <60 mmhg
– PaCO2 <45 mmhg
– Saturasi O2 90-95 %
lanjutan
• BERAT
– Sesak napas saat istirahat/pasien duduk
– Berbicara Kata per kata
– Gelisah
– Frekwensi napas > 30 x /menit
– Retraksi otot suprasternal
– Mengi(Wheezing ) Keras
• BERAT
– Nadi > 120x/menit
– Pulsus paradoksus >25 mmHg
– Nilai APE < 60% prediksi/nilai terbaik
– PaO2 <60 mmhg
– PaCO2 >45 mmhg
– Saturasi O2 <90%
MENGANCAM (Respiratory Arrest Imminent

• Penurunan kesadaran
• Silent chest
• Bardikardi
• Gagal nafas
• PaO2 <50 mmhg
• PaCo2 > 50 mmhg
PENATALAKSANAAN

TUJUAN PENATALAKSANAAN

DAPAT MENILAI DAN MENANGANI


EKSASERBASI DENGAN CEPAT DAN TEPAT
Tujuan Penatalaksanaan Asma
• Menghilangkan dan mengendalikan gejala
• Mencegah eksaserbasi
• Meningkatkan Faal paru
• Tercapai aktivitas normal
• Hindari efek samping obat
• Mencegah Kematian
• Menjadikan asma terkontrol
PENGOBATAN UTAMA UNTUK ASMA
EKSASERBASI
• Penggunaan berulang dari β2 agonis kerja
singkat (SABA)

• Penggunaan kortikosteroid

• Pemberian oksigen
Penanganan Asma Eksaserbasi di
Fasilitas Penanganan Akut
Apakah gejala berikut menyertai?
PENILAIAN AWAL
A: Airway B:Breathing C:Circulation Mengantuk berat, kebingungan, silent chest

TIDAK YA

Tentukan terapi berdasarkan status klinis pasien, Konsul ke ICU, terapi dengan SABA dan O2,
Dinilai dari gejala yang paling parah dan persiapkan pasien untuk intubasi

RINGAN atau SEDANG BERAT


Bicara dalam frasa Bicara dalam kata
Memilih posisi duduk dibanding berbaring Posisi tubuh duduk membungkuk ke depan
Tidak gelisah Gelisah
Laju respirasi meningkat Laju respirasi > 30 kali per menit
Otot bantu napas tidak digunakan Otot bantu napas digunakan
Denyut jantung 100-120 denyut/menit Denyut jantung > 120 denyut/menit
Saturasi O22 (di udara) 90-95% Saturasi O2 (di udara) < 90%
APE > 50% dari angka prediksi atau nilai tertinggi APE ≤ 50% dari angka prediksi atau nilai tertinggi
GINA Updated 2014
Penanganan Asma Eksaserbasi di Fasilitas Penanganan Akut (UGD)

BERAT
RINGAN atau SEDANG Beta-2-agonis kerja cepat
Beta-2-agonis kerja cepat (SABA) Pertimbangkan kortikosteroid inhalasi
Kontrol O2 untuk mempertahankan saturasi dosis tinggi
hingga 93-95% (pada anak 94-98%) Ipratropium bromida
Kortikosteroid oral Kontrol O2 untuk mempertahankan saturasi
Pertimbangkan ipratropium bromida hingga 93-95% (pada anak 94-98%)
Kortikosteroid oral atau IV
Pertimbangkan magnesium IV
Konsul ke ICU,
Jika pasien terus memburuk, lakukan terapi sebagai terapi dengan SABA & O22,
derajat BERAT dan nilai ulang untuk terapi di ICU dan persiapkan intubasi

PENILAIAN ULANG ATAS KEMAJUAN KLINIS SECARA BERKALA


UKUR FUNGSI PARU pada semua pasien, satu jam setelah terapi awal

VEP1 atau APE <60% dari angka prediksi


VEP1 atau APE 60-80% dari angka prediksi
atau nilai terbaik, atau respon klinis kurang
atau nilai terbaik dan gejala membaik dari
memadai dari derajat BERAT
derajat SEDANG
Lanjutkan terapi seperti diatas dan lakukan
Pertimbangkan untuk pasien dipulangkan
Penilaian secara berkala
Hanya untuk kalangan profesional kesehatan
GINA Updated 2014 ID/RESP/0006/14 AD: 19/09/2014, ED: 19/09/2016
Terapi pada perawatan asma akut

Terapi berikut ini biasanya diberikan bersamaan untuk


mencapai perbaikan secara cepat :

Oksigen
Untuk mencapai saturasi O2 93-95% (94-98% pada anak
usia 6-11 tahun) oksigen harus diberikan dengan nasal
kanul atau masker.

Inhalasi SABA
Terapi SABA inhalasi harus diberikan secara berulang kali
pada pasien asma akut

SABA: Short Acting Beta 2 Agonist


Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2015). Available from www.ginasthma.org. Accessed on May 26, 2015
Terapi pada perawatan asma akut
Terapi berikut ini biasanya diberikan bersamaan untuk
mencapai perbaikan secara cepat :
Steroid sistemik, penting diberikan jika:
 Pengobatan awal dengan SABA tidak memberikan
perbaikan gejala
 Eksaserbasi terjadi pada pasien yang sedang menggunakan
oral kortikosteroid
 Pasien sebelumnya mempunyai riwayat eksaserbasi yang
memerlukan oral kortikosteroid

Inhalasi Kortikosteroid
ICS dosis tinggi yang diberikan pada satu jam pertama akan
mengurangi kebutuhan rawat inap pada pasien-pasien yang
tidak menerima kortikosteriod sistemik (Evidence A).
Secara keseluruhan ICS ditoleransi dengan baik.
SABA: Short Acting Beta 2 Agonist ; ICS : Inhalasi Kortikosteroid
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2015). Available from www.ginasthma.org. Accessed on May 26, 2015
Meninjau Respon

 Lakukan penilaian ulang secara sering untuk


status klinis dan saturasi oksigen, dan berikan
terapi lanjutan sesuai respon pasien

 Ukur fungsi paru setelah 1 jam, yaitu sesudah


pemberian 3 kali berturut-turut bronkodilator,
dan bagi pasien yang memburuk meskipun
sudah diberikan bronkodilator dan
kortikosteriod secara intensif maka evaluasi
ulang untuk
ICU : Intensive Care Unit dikirimkan ke ICU.
Mengapa Menggunakan Obat Inhalasi

• Obat Inhalasi:
– Dosis kecil dan efek samping minimal
– Langsung bekerja ke saluran napas
– Mulai kerja cepat
– Praktis
PENCEGAHAN ASMA EKSASEBASI
• Kortikosteroid inhalasi
• LABA inhalasi
• Kombinasi Kortikosteroid inhalasi dan LABA
• Imunisasi
• Bronchyal thermoplasty
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai