Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada pengguna kendaraan
bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnya kesadaran untuk menjaga
keselamatan di jalan raya. Penyebab cedera kepala yang terbanyak adalah kecelakaan
bermotor (50%), jatuh (21%), dan cedera olahraga (10%). Angka kejadian cedera kepala
yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian urutan kedua
(4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10 penyakit terbanyak
yang dirawat di rumah sakit di Indonesia (Depkes RI, 2016).
DEFINISI
2. Angiografi cerebral
3. CT-Scan
4. Pemeriksaan darah dan urine.
5. Pemeriksaan MRI
KOMPLIKASI
Inisial pasien : Tn. M Dx Medis : Traumatic Brain Injury, SDH, Edema Serebri
No. MR : 00549587 Tanggal : 7 Oktober 2019
Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Ciputat
Umur : 37 tahun
Berat Badan : 70 Kg
Hari Rawat ke :2
1. Riwayat Keperawatan:
Klien merupakan pasien rujukan dari RS Sari Asih Ciputat dengan Cedera Kepala Post KLL
2. Alasan dirawat di ICU:
Trauma kepala, penurunan kesadaran post KLL
3. Airway
Penggunaan alat
ETT : Ukuran 8 Selang ETT
Kepatenan Jalan Napas Kebocoran : o Ya / √ Tidak
Sekret : √ Ada / o Tidak
Terlipat : o Ya / √ Tidak
Karakteristik sekret : Kentaal, berwarna putih keruh
4. Breathing
Ventilator : √ Ya / o Tidak Sianosis o Ya / √ Tidak
RR 12 x/menit RR 12 x/menit
BOWEL:
Karakteristik feces (warna, konsistensi) : Belum Status Nutrisi
BAB BB 70 Kg
Pola BAB : Belum BAB TB 170 cm
Bising Usus : 10 x/menit IMT 24,22 Kg/m2
Asites : tidak Kebutuhan nutrisi aktual :
Nutrisi 1500 Kcal, Protein 75 gr
DATA FOKUS
Data Subyektif Data Obyektif
Tidak Ada - TD 104/62 mmHg
N 86 x/mnt
RR 14 x/mnt
SPO2 100%
- Penurunan Kesadaran
- GCS :
E 3 M 6 V ett
- Hb 9,2 gr/dl
Ht 28 %
Leukosit 19,00 x 103 /ul
- Trauma kepala : SDH, SAH, edema serebri
- Post op craniotomi
- Terpasang ETT ukuran 8
- Terpasang ventilator dengan mode SIMV
- Perdarahan post craniotomi : 200 cc
- Klien tidak dapat mengeluarkan sputum secara mandiri
- Tampak sputum kental berwarna putih keruh
- PO2 98 mmHg
- PCO2 56,9 mmHg
- Pengkajian nyeri non verbal CCPOT 4
- Wajah tegang, peka terhadap rangsangan
- Tampak meringis kesakitan
- Gelisah
- Nadi cepat 139 x/menit
- Klien mendapat terapi analgetik morphin 10 mg
- CT Scan : perdarahan intracerebral pada lobus
frontaparietalis kiri, perdarahan subarachnoid pada perifer
sulsi kiri
- Rontgen thoraks : pulmo suram paracardial kanan, suspek
broncopneumonia
ANALISA DATA
Tujuan dan
Tgl. No Diagnosa Keperawatan (PES) Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
7 Okt 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah 1. Monitor tanda-tanda 1. mengetahui
2019 Penumpukan sekret dilakukan vital keadaan umum
DS : - tindakan 2. Lakukan suctioning klien
DO : keperawatan 3. Auskultasi suara napas 2. mengeluarkan
- TD 104/62 mmHg 3x1 jam, sebelum dan sesudah sekret
N 86 x/mnt diharapkan suctioning 3. mengetahui suara
RR 14 x/mnt jalan nafas 4. Lakukan perawatan nafas
SPO2 100% efektif mulut secara rutin 4. menjaga agar
- Penurunan Kesadaran 5. Monitor status oksigen mulut tetap
- GCS : KH 6. Hentikan suction dan bersih
E 3 M 6 V ett - Tidak ada berikan oksigen jika 5. mengetahui
- Terpasang ETT ukuran 8 sputum klien menunjukkan status O2 dalam
- sputum kental berwarna putih keruh - Pernapasa bradikardi, penurunan tubuh
- Suara nafas ronkhi n teratur saturasi oksigen 6. mencegah
Rontgen thoraks : pulmo suram paracardial RR 16-20 7. Kolaborasi dengan terjadinya
kanan, suspek broncopneumonia x/menit dokter dalam dispnea
pemberian terapi obat
7 2 Resiko peningkatan tekanan intrakranial Selama 1. Pantau tanda dan 1. mengetahui
Okt b.d Edema serebral dilakukan gejala peningkatan adanya tanda
2019 DDS : - tindakan tekanan intra kranial PTIK
DO : keperawatan, 2. Tinggikan kepala 2. mengurangi
- TD 104/62 mmHg diharapkan tempat tidur 15-30◦ tekanan intra
N 86 x/mnt tidak ada (posisi semi fowler) kranial
RR 14 x/mnt peningkatan 3. Pertahankan 3. membuat klien
SPO2 100% TIK lingkungan tenang nyaman
- Penurunan Kesadaran dan nyaman 4. mengetahui
- GCS : KH 4. Monitor tanda-tanda keadaan umum
E 3 M 6 V ett - Kesadara vital klien
- Trauma kepala : SDH, SAH, edema n: 5. Kolaborasi dengan 5. mengatasi
serebri compos dokter dalam tekanan intra
- Post op craniotomi mentis pemberian terapi kranial
- Pengkajian nyeri non verbal - Tidak obat
CCPOT 4: nyeri sedang ada nyeri
kepala
hebat,
skala 0
- Tidak
ada
muntah
proyektil
7 Okt 3 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d Setelah dilakukan 1. monitor tanda-tanda vital 1. mengetahui keadan
2019 Penurunan aliran darah ke otak sekunder: tindakan keperawatan 2. Kaji perubahan tingkat umum klien
edema serebral 2x2 jam diharapakan kesadaran (GCS) 2. Mengetahui tingkat
DS : - gangguan perfusi 3. Pertahankan kepala / kesadaran
DO : jaringan serebral leher pada posisi 3. Memberikan posisi
- TD 104/62 mmHg teratasi semifowler (15-30◦) bila nyaman
N 86 x/mnt KH tidak ada kontraindikasi 4. Mencegah
RR 14 x/mnt - GCS 14-15 4. Observasi intake dan terjadinya
SPO2 100% - TTV normal output kekurangan /
- Penurunan Kesadaran TD 120/80 mmHg 5. Kaji fungsi-fungsi yang kelebihan volume
- GCS : N 60-100 x/menit lebih tinggi, seperti cairan
E 3 M 6 V ett RR 16-20 x/menit bicara saat pasien sadar 5. Mengkaji fungsi
- Hb 9,2 gr/dl S 36,5-37,5 ◦C 6. Kolaborasi dengan otak
Ht 28 % - Pupil bereaksi dokter dalam pemberian
Leukosit 19,00 x 103 /ul terhadap cahaya terapi obat
- Trauma kepala : SDH, SAH, edema - Tidak terjadi
serebri peningkatan
- Post op craniotomi tgl 05 oktober 2019 TIK : tidak ada
- Perdarahan post craniotomi : 200 cc nyeri kepala
- CT Scan : perdarahan intracerebral hebat, tidak ada
pada lobus frontaparietalis kiri, muntah
perdarahan subarachnoid pada perifer proyektil, tidak
sulsi kiri ada edema pupil
7 4 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah 1. Monitor tanda- 1. mengetahui
Okt perifer b.d Penurunan suplai oksigen dilakukan tanda vital keadaan
2019 sekunder: anemia tindakan 2. Kaji secara umum klien
DS : - keperawatan komprehensif 2. mengetahui
DO : 1x24 jam, fungsi sirkulasi fungsi
- TD 104/62 mmHg diharapkan perifer (nadi, sirkulasi
N 86 x/mnt perfusi edema, CRT) efektif atau
RR 14 x/mnt jaringan 3. Inspeksi kulit dan tidak
SPO2 100% perifer palpasi anggota 3. mengetahui
- Nadi teraba lemah adekuat badan adanya
- CRT 2 detik 4. Kolaborasi dengan ketidakefektifa
- Akral hangat, tidak sianosis dokter dalam n perfusi
- Hb 9,2 gr/dl KH pemberian terapi perifer
Ht 28 % - Nadi yang tepat 4. mengatasi
teraba adanya
kuat ketidakefektifa
- Tidak n perfusi
ada perifer
sianosis
- Akral
hangat
- CRT < 2
detik
7 Okt 5 Nyeri b.d Kerusakan jaringan sekunder: Setelah 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui
2019 tindakan operasi dilakukan nyeri secara keluhan nyeri
DS : tindakan komprehensif secara
DO : keperawatan 4 2. Observasi reaksi non komprehensif
- TD 104/62 mmHg jam, diharapkan verbal dari 2. Mengetahui
N 86 x/mnt nyeri berkurang ketidaknyamanan reaksi non verbal
RR 14 x/mnt atau hilang 3. Kontrol lingkungan dari nyero
SPO2 100% yang dapat 3. Mencegah
- Trauma kepala : SDH, SAH, edema KH : mempengaruhi nyeri terjadinya
serebri - Klien 4. Kaji tipe dan sumber peningkatan
- Post op craniotomi 05 oktober 2019 tampak nyeri untuk skala nyeri
- Pengkajian nyeri non verbal CCPOT 4: rileks, menentukan intervensi 4. Mengetahui
Nyeri sedang tenang 5. Tingkatkan istirahat sumber nyeri
- Wajah tegang, peka terhadap rangsangan dan dapat 6. Berikan posisi nyaman 5. Distraksi dari
- Tampak meringis kesakitan saat beristiraha 7. Kolaborasi dengan nyeri
analgetik habis t dokter untuk program 6. Memberikan rasa
- Gelisah saat analgetik habis dan terasa - Tanda- terapi analgetik untuk nyaman
nyeri tanda vital mengurangi nyeri
- Nadi cepat 139 x/menit normal
- Klien mendapat terapi analgetik morphin TD 120/80
10 mg mmHg
N 60-100
x/menit
RR 16-20
x/menit
S 36,5-37,5
◦C
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1 Jumat, S:-
11/10/19 O:
TD 118/73 N: 66 RR:18 S:36,5 SPO2:100%
ETT dan ventilator sudah dilepas
Klien dapat mengeluarkan sputum secara mandiri
Sudah tidak dilakukan suctioning
Terapi inhalasi flumucil dan pulmicort, oksigen nasal kanul 3 liter
A: masalah keperawatan teratasi sebagian
P: asuhan keperawatan dihentikan, klien pindah ke ruang ranap
2 Jumat, S: -
11/10/19 O:
TD 118/73 N: 66 RR:18 S:36,5 SPO2:100%
klien mengalami penurunan kesadaran, kesadaran CM, GCS E4 M6 V5,
tidak ada muntah proyektil, adanya nyeri di bagian kepala post op
craniotomi skala 5
Terapi obat : mannitol infusion 20% 500ml
A: Masalah keperawatan teratasi
P: asuhan keperawatan dihentikan, klien pindah ke ruang ranap
3 Jumat, S: -
11/10/19 O:
TD 118/73 N: 66 RR:18 S:36,5 SPO2:100%
Kesadaran CM GCS15
Hb 10,1 g/dl
klien mengerti dengan perintah sederhana seperti mengangkat tangan,
klien dapat menjawab pertanyaan sederhana seperti nama bapak siapa
Terapi obat: neulin 500mg/4ml, asam traneksamat 500mg/5ml, mannitol
infusion 20% 500ml
A: masalah keperawatan teratasi sebagian
P: asuhan keperawatan dihentikan, klien pindah ke ruang ranap
4 Jumat, S; -
11/10/19 O:
TD 118/73 N: 66 RR:18 S:36,5 SPO2:100%
nadi: 66 x/mnt, edema : tidak ada, CRT : , 2 detik, tidak ada sianosis, akral
hangat, kulit tampak kemerahan, tidak ada sianosis, tidak ada edema, CRT
, 2 detik, akral hangat, nadi teraba kuat
A: Masalah keperawatan teratasi
P: asuhan keperawatan dihentikan, klien pindah ke ruang ranap
5 Jumat, S:
11/10/19 P : kll
Q : perih, ngilu
R : kepala dan pundak kanan
S : 7/10
T : saat digerakkan
O:
TD 118/73 N: 66 RR:18 S:36,5 SPO2:100%
klien tampak meringis kesakitan saat akan dirubah posisinya, klien
mengatakan sakit pada pundak kanannya, wajah tampak tegang, muka
memerah, peka terhadap rangsangan (kalo pundaknya dipegang dia
langsung kesakitan
Ada fraktur di collum humeri
Tamoliv 1gr
A: masalah keperawatan belum teratasi
P: asuhan keperawatan dihentikan, klien pindah ke ruang ranap
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan definisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa cedera kepala adalah
suatu cedera yang disebabkan oleh trauma benda tajam maupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaan pada
kulit, tengkorak, dan jaringan otak yang disertai atau tanpa pendarahan. Cedera kepala dibedakan menjadi tiga, yaitu
cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Tanda gejala yang ditimbulkan akibat cedera
kepala yaitu, Pusing menetap dan sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, pelupa, kelemahan pada salah satu tubuh,
gangguan kesadaran, perubahan TTV, fraktur, nyeri, menetap atau setempat.
B. Saran
Kelompok menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kelompok
mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar kelompok dapat berbuat lebih baik lagi di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Serta mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala, lebih teliti dalam
memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan cedera kepala, dapat memberikan pendidikan kesehatan
terhadap keluarga maupun klien, baik di rumah sakit maupun di rumah.