Anda di halaman 1dari 20

BAB 5

KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN PENDAPATAN
Pengertian
Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang,
tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan yang layak.
- Secara kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan
dimana taraf hidup manusia serba kekurangan atau “tidak
memiliki harta beda”.
- Sedangkan secara kualitatif, kemiskinan adalah keadaan
hidup manusia yang tidak layak.
Kemiskinan juga sangat berhubungan dengan masalah
kesejahteraan masyarakat dan menjadi tingkat minimum yang
didapatkan berdasarkan standar hidup masyarakat di suatu
negara. Kemiskinan sudah menjadi masalah global, dimana
setiap negara memiliki anggota masyarakat yang berada di
bawah garis kemiskinan.
Pengertian Kemiskinan Menurut Para Ahli

1. Menurut Hall dan Midgley : kemiskinan adalah kondisi


deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan
individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak,
atau kondisi dimana individu mengalami deprivasi
relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya
dalam masyarakat.
2. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) : kemiskinan adalah situasi serba
kekurangan karena keadaan yangtidak dapat dihindari
oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya
Jenis Kemiskinan

 Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak
cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya.
 Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang
terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau
ketimpangan standar kesejahteraan.
 Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau
masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat
istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup
dengan tata cara modern.

 Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang
disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang
pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya
ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya
pembebasan kemiskinan.
Jenis Kemiskinan Berdasarkan Sifatnya

1. Kemiskinan Alamiah : kemiskinan yang terbentuk sebagai


akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan
minimnya atau ketiadaan pra sarana umum (jalan raya,
listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang kurang
subur.
2. Kemiskinan Buatan : kemiskinan yang diakibatkan oleh
sistem moderenisasi atau pembangunan yang
menyebabkan masyarakat tidak memiliki banyak
kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan
fasilitas ekonomi secara merata.
Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab yaitu:
 Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa
kemiskinan cenderung diakibatkan oleh karakteristik orang
miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan
kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam
bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk
memilih pekerjaan, memilih jalan hidup, memilih tempat
tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal, sebagian orang
miskin bukan karena tidak pernah memiliki kesempatan, namun
ia gagal menjalani dengan baik kesempatan tersebut.
 Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa
kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat
pendidikan orang tua yang rendah telah membawa dia
kedalam kemiskinan. Akibatnya ia juga tidak
mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya,
sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian
secara terus menerusdan turun temurun.
 Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa
kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-
istiadat, atau akibat karakteristik
perilaku lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja
adalah kaum perempuan, kebiasaan yang
enggan untuk bekerja keras dan menerima apa adanya,
keyakinan bahwa mengabdi kepada para raja atau orang
terhormat meski tidak diberi bayaran dan berakibat pada
kemiskinan. Terkadang orang seperti ini justru tidak merasa
miskin karena sudah terbiasa dan memang kulturnya yang
membuat demikian.
 Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa
kemiskinan timbul akibat dari ketidakseimbangan,
perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan,
dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja,
sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di
antara mereka yang statusnya rendah dan haknya terbatas.
Dampak Kemiskinan
 Kriminalitas, Karena saat seseorang tidak mempunyai
penghasilan sementara dia harus memenuhi kebutuhan
hidupnya, maka ia akan melakukan berbagai hal
termasuk tindakan kriminal,seperti
pencurian, perampokan bahkan hingga pembunuhan.
 Tingkat pendidikan rendah, hal ini dikarenakan
pendidikan itu membutuhkan biaya yang tidak
sedikit,dan pasti akan menyulitkan rakyat
miskin,walaupun pemerintah sudah memberikan
berbagai bantuan bahkan hingga pendidikan gratis dari
sd hingga sltp hingga saat ini,tapi tetap saja belum
memaksimalkan pendidikan untuk kalangan miskin,dan
hal ini akan terus berdampak pada meningkatnya
kemiskinan jika tingkat pendidikan tetap rendah.
 Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian,
Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
sehingga membuat tingginya angka kematian,hal ini dikarenakan
biaya untuk kesehatan, sebagaimana slogan "sehat itu mahal"
memang benar slogan tersebut, sehingga masyarakat miskin akan
merasakan betapa beratnya biaya rumah sakit, sehingga mereka
tidak bisa berobat kerumah sakit dikarenakan faktor biaya. Selain
itu kemiskinan juga menyebabkan buruknya kesehatan pada bayi
dan balita yang membutuhkan banyak asupan gizi, sedangkan
orang tua mereka tidak mempunyai materi yang cukup untuk
memenuhi hal tersebut, sehingga banyak terdapat bayi yang lahir
cacat karena kurangnya asupan gizi saat dalam kandungan, serta
banyak balita hingga anak usia pertumbuhan terkena busung
lapar, dikarenakan tidak memadainya asupan makanan mereka.
 Penggangguran, angka penggangguran ini cukup fantastis,
mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi oleh
bangsa saat ini. Banyaknya penggangguran, berarti mereka tidak
bekerja dan otomatis mereka tidak mendapatkan penghasilan.
Dengan tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan,
mereka tidak data memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara
otomatis, pengangguran menurunkan daya saing dan beli
masyarakat.
Kesenjangan Pendapatan
 Kesenjangan (ketimpangan) pendapatan adalah
menggambarkan distribusi pendapatan masyarakat suatu
daerah/wilayah pada kurun /waktu tertentu. Pembagian
pendapatan ditentukan oleh dua unsur: harga yang
diperoleh untuk faktor produksi yang ditawarkan dan
jumlah faktor produksi yang dimiliki atau dapat ditawarkan.
 Jadi, besar kecilnya pendapatan seorang tidak hanya
bergantung dari harga atau besarnya balas-jasa yang
diperolehnya, tetapi juga dari jumlah dan mutu faktor
produksi yang dimiliki oleh berbagai lapisan masyarakat.
Apabila pemilikan faktor produksi itu timpang, maka akan
menyebabkan terjadinya kesenjangan pendapatan sehingga
orang miskin tetap miskin atau yang disebut dengan
kemiskinan struktural
Penyebab Kesenjangan Pendapatan
 Bakat dan kemampuan orang yang berbeda-beda atau terbagi
secara tidak merata.
 Tingkat pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan sangat mempengaruhi.
 Struktur ketenagakerjaan juga menunjukan ketimpangan: jumlah
dan persentase tenaga kerja ahli teknik dan non-teknik masih
sangat sedikit, dibandingkan dengan berjuta-juta manusia di desa
maupun di kota yang buta huruf atau hanya mengenyam sekolah
dasar atau pendidikan umum.
 Pemilikan tanah memperlihatkan ketimpangan yang semakin
gawat. Indonesia masih tergolong negara agraris, di mana sebagian
besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Besar
kecilnya luas tanah yang dimiliki, serta kualitas tanah jelas
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya penghasilan yang diterima.
 Ketimpangan dalam pembagian modal dan harta kekayaan. Yang
memiliki modal mempunyai kemungkinan memupuk modal
hanyalah tertentu yang kecil saja, selebihnya para tenaga kerja
hanya memperoleh sebagian kecil atas jasa yang mereka kerjakan
Hubungan antara Pertumbuhan,
Kesenjangan dan Kemiskinan
1) Hubungan antara Pertumbuhan dan Kesenjangan: Hipotesis Kuznets
Data tahun 1970an dan 1980an mengenai pertumbuhan ekonomi dan
distribusi di banyak Negara berkembang, terutama Negara-negara
dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia,
menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan
ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan :
semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan per
kapita, semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.
Suatu studi dari Jantti (1997) dan Mule (1998) memperlihatkan
perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin dan kaum
kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat
menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama tahun 1970an dan
1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar ketimpangan
distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan
pasar buruh dan perubahan kebijakan public.
Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya kesenjangan pendapatan dari
kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan dari istri dalam jumlah
pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebabnya. Literature
mengenai perubahan kesenjangan dalam distribusi pendapatan awalnya
didominasi oleh apa yang disebut hipotesis Kuznets. Dengan memakai data
antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di
tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara
kesenjangan pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk “
kurva U terbalik”. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi
pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural) ke
ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
2) Hubungan antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda
dengan kasus pertumbuhan dengan ketimpangan, seperti yang telah
dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal proses
pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat
mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur
berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan yang juga
mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur
ekonomi.
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
§ Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam
distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok
pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering
digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama
dengan tiga alat ukur, yaitu the Generalized Entropy(GE), ukuran
Atkinson, dan Koefisien Gini. Yang paling sering dipakai adalah
koefisien gini.
§ Indikator Kemiskinan
Karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup batas
garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda. Badan
Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah
yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk
kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per
hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta
aneka barang dan jasa.
Indikator Utama Kemiskinan

 Pendapatan/Konsumsi per Minggu/Bulan/Tahun


 Aset
 Total kekayaan
 Makanan yang dikonsumsi
 Tempat tinggal
 Pendidikan formal
 Infrastruktur dasar rumah tangga
 Kesehatan
Solusi Untuk Mengatasi Kemiskinan dan
Kesenjangan Pendapatan
1. Meperhatikan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Puspayoga, kesalahan itu terletak pada belum diperhatikannya
upaya pemberdayaan terhadap para pelaku UMKM di Tanah Air. "Selama ini
UKM belum tersentuh upaya pemberdayaan dengan optimal”. Ia
berpendapat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan ada artinya
jika pemerataan pendapatan tidak terdistribusi dengan baik. Dengan kata
lain bahwa kesejahteraan hanya dirasakan oleh segelintir kalangan saja.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong semua pihak untuk turut serta dalam
upaya pemberdayaan dan pengembangan para pelaku UMKM di Tanah Air
melalui berbagai cara. Pihaknya sendiri salah satunya mengembangkan
skema kredit usaha rakyat (KUR) untuk para pelaku usaha mikro dengan
suku bunga 9 persen per tahun.
2. Kebijakan Anti Kemiskinan
Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul sebagai
salah satu kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia,
seperti Bank Dunia, ADB, ILO, UNDP, dan lain sebagainya. Untuk
mendukung strategi yang tepat dalam mengurangi kemiskinan diperlukan
intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan
perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
 Intervensi jangka pendek, berupa :
Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan
ekonomi pedesaan Manajemen lingkungan dan
SDA Pembangunan transportasi, komunikasi, energi
dan keuangan Peningkatan keikut sertaan masyarakat
sepenuhnya dalam pembangunan peningkatan
proteksi sosial.
 Intervensi jangka menengah dan panjang, berupa :
1. Pembangunan/penguatan sektor usaha
2. Kerjasama regional
3. Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan
administrasi
4. Desentralisasi
5. Pendidikan dan kesehatan
6. Penyediaan air bersih dan pembangunan
perkotaan
7. Pembagian tanah pertanian yang merata
Tujuan Pembangunan Milenium
1. Menurunkan kemiskinan dan kelaparan ekstrem (hingga
setengahnya)
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3. Mencegah HIV/AIDS, malaria dan penyakit-penyakit
menular lainnya
4. Penurunan angka kematian anak (hinga dua-pertiganya)
5. Memperbaiki kesehatan ibu (hingga tiga-perempatnya)
6. Menjamin kelestarian lingkungan hidup
7. Membentuk sebuah kerja sama global untuk
pembangunan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai