Teori Perencanaan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

Planning

MATA KULIAH:
Theory
TEORI Pertemuan
PERENCANAAN 31 Oktober 2012
(TP- PWK 233)

Bismillahirahmanir
ahim Dosen:
Assalam’ualaikum
Wr Wb DR. Hj. Saraswati, Ir. MSP.
2012
Theory & Planning Theory
Social theory as a system of interconnected
abstractions or ideas that condense and
organize knowledge about the social world
(Neuman)
Goal:
The aim of the planning theory course is to gain more in-
depth knowledge of the theoretical background of planning
in such a way that student can identify suitable existing
planning and decision-making models for issues at hand
and develop new models in those cases that are still
without suitable (exactly) approaches (De Roo, 2009).
TEORI PERENCANAAN
• Teori, menurut Mullin (1971), adalah kelompok ide
yang memiliki hubungan dan mengandung tiga
kebenaran:
– Konsep-konsep yang digunakan untuk memberi
masukan pada area permasalahan.
– Peubah yang dipercaya sebagai sumber potensial untuk
menggambarkan masalah.
– Mengapa memilih ide dan asumsi tertentu untuk
membahas & menyelesaikan masalah.
• Teori Perencanaan:
– Perencanaan seringkali dipandang sebagai suatu bentuk
kesepakatan tindak kolektif.
– Teori Perencanaan mengartikulasikan kerangka integrasi
antara pengetahuan dan kesepakatan tindak
Hand Book
 Planning Theory, by
Philip Allmendinger,
Palgrave,
Basingstoke, UK,
ISBN: 0-333-92552-1
Kinds of theory (Allmendinger 8)

– Normative theory
– Prescriptive theory
– Empirical theory (descriptive)
– Models
– Conceptual frameworks, perspectives, notions or concepts

Karakteristik Teori dan kajian ilmiah :


• Normative, berdasarkan pada temuan-temuan umum, bersifat trend,
berdasarkan paradigma dan norma-norma umum
• Preskripsi, berdasarkan hasil kajian-kajian ke masa yang akan datang dan bersifat
target –target di masa mendatang
• Empirikal, yaitu pengalaman (experiental) ditambah pengamatan (observational)
yang menghasilkan pemikiran baru.
• Models, merupakan Proses mental ilmiah akademis, dimana pengamatan diubah
menjadi informasi yang bermakna.
• Konseptual, Memiliki suatu struktur atau rancangan, perspektif khusus dengan
pernyataan-pernyataan baru tentang perilaku systems
STRUKTUR TEORI PERENCANAAN

Paradigma Teori Tentang Kenyataan

Nilai Teori Tentang Apa yang


Seharusnya (Ideologi)

Meta-Theory Teori Perencanaan

Praksis Teori Tindakan


CONTOH STRUKTUR TEORI PERENCANAAN
Historical Materialism, Theory
Paradigm of Consciousness, Utopian,
Social Anarcism
Marxism, Sosialism,
Value / Nilai
komunisme
Planning as Social
Meta-Theory
Mobilization
Pengorganisasian Sosial,
Praksis Gerakan-gerakan sosial,
perlawanan

 PARTISIPASI MASYARAKAT
FENOMENOLOGI  KEARIFAN BUDAYA LOKAL
BASED ON LOCAL VALUE  GRASS ROOTS PLANNING
 RADICAL PLANNING
Bagian bagian Teori
PARADIGMA
• Guba (1990), Paradigm Dialog.
– Perangkat asumsi dan keyakinan mendasar
yang memandu seseorang dalam memahami
sesuatu.
– Paradigma menggariskan apa yang
seharusnya dipelajari, pernyataan apa yang
seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa
yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan
kenyataan.
– Paradigma merupakan ‘mental window’
META-TEORI
• George Ritzer – Douglas J. Goodman (2003):
Modern Sociological Theory, 6th Edition.
– Meta-teori adalah studi refleksif tentang struktur yang
melandasi teori dan struktur yang melandasi
komponennya.
– Tipe Meta-teori:
• Sebagai alat untuk mencapai pemahaman lebih
mendalam tentang teori
• Sebagai prelude (pembuka) pengembangan teori
• Sebagai sumber perspektif yang melandasi teori
berikutnya.
PRAKSIS
• Habermas, General Theorie of
Communicative Action.
– Dimensi etis-praktis dari pengetahuan yang
mengarahkan langsung pada tindakan-
tindakan nyata.
PENDEKATAN TEORI & MASALAH
PERENCANAAN

DISJOINTED
FISIK ESTETIS COMPREHENSIVE MIXED SCANNING
INCREMENTALISM
PENDEKATAN TEORI & MASALAH PERENCANAAN
Fisik Estetika, hanya menutupi dan menyelesaikan
permasalahan secara visualisasi / fisik estetis saja.
Comprehensif, melihat permasalahan secara menyeluruh,
dengan melihat berbagai aspek penyebab yang terkait dan
penyelesaiannya berjangka panjang.
Mixed Scanning, yaitu menyelesaikan masalah melalui kajian
secara sepintas terlebih dahulu (scanning) kemudian
merumuskan konsep penyelesaian masalah dari hasil kajian
sepintas tadi.
Incremental, yaitu menyelesaikan masalah secara terpilah, dan
sifatnya langsung memecahkan masalah tanpa
mempertimbangkan hal-hal yang terkait secara tidak langsung.
Contohnya adalah tindakan sektoral.
Disjointed Incrementalism, penggabungan antara pendekatan
menyeluruh (Comprehensive) dan Incremental.
OVERLAPPING OF THE DESIGN TEAM
EVOLUSI TEORI PERENCANAAN
1950 1960 1970 1980 1990

Beyond
Middle-range Middle-range
Implementation- Strategic
Ends and Means Planning
oriented Planning
Incrementalism Mixed-scanning

Comprehensive Rational Negotiative


Planning Comprehensive
Planning
Planning (RCP)

Transactive Consensus Communicative


Advocacy Building Planing
Planning
Planning

Equity
Planning

Planning Theory in General 1950 -1990s (Klasifikasi Rina Priyani)


Subtantive theory Procedural threory
(System view) (A rational process of decision
making and action)
Kritik:
Contentless & implementation?

Penekanan pada isi Penekanan pada bentuk


kebijaksanaan perencanaan proses perencanaan
dan produk / hasilnya
Rationality
John Friedmann:

‘If there is one theme that


runs through all the
discussions and debate
on planning, it is that of
rationality’

It is this debate that links planning


with the debate on modernism vs.
post-modernism
Friedman, J. (1965): A Response to Altshuler: Comprehensive Planning as
a Process. dalam Faludi, A. ed. 1983. A Reader in Planning Theory.
Pergamon Press. Oxford-New York.
Friedman, J. (1967): A Coceptual Model for the Analysis of Planning
Behavior. dalam Faludi, A. ed. 1983. A Reader in Planning Theory.
Pergamon Press. Oxford-New York.
Friedman, J. (1973): Retracking America: A Theory of Transactive
Planning. Anchor Books, New York.
Friedman, J. (1973): Urbanization, Planning, and National Development.
SAGE Publications. Beverly Hills, London.
Friedman, J. (1979): Inovation, Flexible Response and Social Learning: A
Problem in The Theory of Meta-Planning., dalam Burchell, R.W. dan
Sternlieb, G. ed. Planning Theory in The 1980's, a search for future
directions., Center For Urban Policy Research.
Friedman, J. (1987): Planning in The Public Domain, From Knowledge to
Action. Princeton University Press.
Friedman, J. (1992): Empowerment, The Politics of Alternative
Development. Blackwell. Cambridge MA & Oxford UK.
SOCIAL REFORM SOCIAL MOBILIZATION
Planning to be the Planning appears as a form of
application of scientific politic
knowledge to public affair
(strong state)

POLICY ANALYSIS SOCIAL LEARNING


Decision making as the Overcoming the contradictory
means of identifying the best between theory and practice
possible course of action
(market supremacy)
KATERGORISASI TEORI PERENCANAAN
Rasional Komprehensif

Berdasarkan Disjoined/Incremental
Pemanfaatan Rasio

Post-Modern

Planning as Social Reform

Berdasarkan
Hubungan Pengetahuan Planing as Social Analysis
dan Tindakan

Planning as Social Learning

Planning as Social Mobilization


MATRIK PENGGABUNGAN DUA
KATEGORISASI
Rasional Komprehensif Disjoined/Incremental Post-Modern

Planning as Social V
Reform

Planning as Policy V
Analysis

Planning as Social V
Learning

Planning as Social V
Mobilization

Post-Modern V V
Allmendinger (30):
‘Planning has no endogenous body of theory’

‘Instead of having its own set of theories


planning draws upon a wide range of theories,
and practices from different disciplines’

 Planning Theory
 Academic rationality versus political rationality
 Planning seen from a theoretical perspective
 Planning explained by several processes within
planning practice
 Planning relates strongly to decision-making
 Planning is a dynamic discipline
FUZZY = KABUR, TIDAK JELAS,
BURAM
Refer to Gert de Roo, Plato
Aristotle
Lecture Materials, 2008 - object oriented - subjective
- observation - idea
- experience - logic

Kant

Hegel
Thesis Anti-thesis
(synthesis)

Modernism Post-modernism
(dualism)

Instrumental Communicative Object oriented Inter-subjective


Rationality Rationality observation interaction

• Technical rationality
• Procedural rationality (Faludi) (Allmendinger , p.28)
• Instrumental rationality
• Functional rationality
Modernism vs. post-modernism
– Determinancy vs. indeterminancy
Great debate in philosophy & Planning Theory – Repetitive vs. incommensurability
– Consistency vs. variance
Modernism: Post-modernism – Uniform vs. diversity
• Scientism • Deconstructive – Straight-forward vs. complexity
• Positivism • Non-dualistic – Value-free vs. Intentionality
• Foundationalism • Anti-foundationalism (Allmendinger 28)
• Absolutism • Plurality and differences
Teori Empirik dan Teori Normative.

• Normative Theory :
Yaitu perkenaan bagaimana seseorang perencana harus berbuat
secara rasional, dengan mendasarkannya pada suatu norma-
norma yang sifatnya prespektif. Pemberian keputusan sudah
menentukan norma atau standar tertentu seperti suatu ‘resep’
yang sifatnya preskriptif kepada bawahannya, dimana keputusan
tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat dibantah dan harus
dilaksanakan.

• Positive Theory :
Yaitu teori yang berdasar pada ‘behaviour’, dengan menfokuskan
pada berbagai kendala yang harus diatasi, dalam upaya
memenuhi program yang sifatnya merupakan tindakan rasional.
Planning Theory :
Teori‑teori perencanaan yang dipergunakan dan menjadi
pijakan perencanaan
pada hakekatnya didasari oleh 2 hal berikut:
•Functional Theories
Teori yang dikembangkan lebih berdasar pada pemikiran si
perencana, dengan orientasi lebih pada target oriented
planning yang didasari dugaan‑dugaan, sehingga produk
perencanaannya lebih bersifat top down (sentralisasi).
•Behavioural Theories
Merupakan teori yang dikembangkan dengan lebih
memperhatikan fenomena behavioural melalui
gejala‑gejala empiris dan lebih berpikir pada trend
oriented planning, serta hasil perencanaannya bersifat
bottom up (desentralisasi).
Teori Perubahan Sistem
• Teori Rasionalisme : Sistemnya lebih luas.
• Teori Utopianisme: Melihat segala sesuatu
dengan Kesempurnaan.
• Teori Increamentalisme: Melihat suatu kondisi
yang sangat penting untuk ditangani pada
waktu itu.
• Teori Metodalisme: Didekati melalui metoda-
metoda lain.
Proses Teori Perencanaan
• Analisis Situasi
• Reduksi dan elaborasi tujuan
• Rancangan rangkaiantindakan
• Evaluasi perbandingan berbagai
konsekuensi
Modern Post modern
Emphasis on Celebrate complexity,
simplicity, order, diversity, difference,
uniformity and tidines and pluralism.

LONG TERM PLANNING PARADIGM

STRATEGIC AND ACTION PLANNING


PARADIGM
Pelajaran yang dapat dipetik:
• Theory sebagai alat bantu untuk menyusun
kerangka pikir (mind set)
• Perubahan teory berakibat pada perubahan
fungsi dan peran perencana
• Sudah saatnya untuk tidak terjebak dalam
kutub-kutub dikotomi, tetapi harus lebih fokus
pada mensinergikan berbagai paradok
• Mendesak diperlukan “konsep sendiri”,
selanjutnya teori dengan “nilai sendiri”
PERTANYAAN MENGENAI PENGETAHUAN
• Bagaimana perencanaan mengetahui atau memprediksi
masa depan?
• Teori dibangun berdasarkan simplifikasi,
– bagaimana kita tahu simplifikasi itu tepat dan karenanya
berguna untuk menjawab tantangan nyata yang
komplek?
• Pengetahuan ilmiah dibangun berdasarkan metodologi dan
teknik pengetahuan yang seringkali berbeda atau bahkan
bertentangan.
– Darimana kita tahu bahwa metode dan teknik tertentu
adalah yang terbaik?
• Apa klaim yang layak bagi pengetahuan untuk dianggap
benar?
• Pengetahuan empirik berusaha menjalaskan fakta-fakta.
– Bagaimana kita tahu tujuan dan keinginan masyarakat
yang tidak mudah difahami sebagai fakta?,
• Apa kegunaan dari faktor-faktor yang justru diabaikan?
PERTANYAAN MENGENAI TINDAKAN
• Siapa aktor di domain publik yang akan memahami pengetahuan
dan tujuan utama perencanaan?
• Apakah perencanaan hanya akan diadress pada orang/kelompok
yang memiliki kekuasaan dan memiliki kapasitas khusus?
• Semua aktor bertindak berdasarkan tindakan-tindakan yang rutin,
sedangkan perencanaan dibuat untuk perubahan.
– Siapa kelompok yang strategis untuk melakukan perubahan dan
bagaimana melakukannya?
• Dalam jangka panjang hasil apakah tindakan tidak/dapat diprediksi.
– Apa yang dapat membuat perencanaan menjadi legitimate?
• Tindakan memerlukan komitmen yang kuat dari aktor untuk
melaksanakan dan menghadapi tantangan.
– Bagaimana perencana mendapatkan komitmen ini?
• Ketidaknampakan perhatian perencana terhadap nilai-nilai yang
dimiliki oleh aktor tampaknya dapat berkontribusi pada irasionalitas
dalam perencanaan teknokratik.
– Apakah perencana memiliki tanggung jawab untuk memaksakan
pengetahuan dan nilai-nilai pada para aktor?
SEKIAN &
SEKIAN &
TERIMA
TERIMA KASIH
KASIH

Sampai Jumpa

Anda mungkin juga menyukai