Anda di halaman 1dari 95

Pemicu 4

Ignatius Daniel S
405150028
Learning Issue
1. Diagnosis Banding Penyulit Persalinan Berdasarkan Tanda dan
Gejala
2. Diagnosis Banding Penyulit Masa Nifas Berdasarkan Tanda dan
Gejala
3. Menjelaskan Masalah Pada Persalinan Patologis
4. Menjelaskan Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi, dan Tatalaksana
kegawatdaruratan pada Persalinan dengan (Ekstraksi Vakum dan
Forceps, dan Seksio Sesaria)
5. Menjelaskan Masalah pada Neonatus Dini
LI 1
Diagnosis Banding Penyulit Persalinan Berdasarkan Tanda dan Gejala
LI 2
Diagnosis Banding Penyulit Masa Nifas Berdasarkan Tanda dan Gejala
LI 3
Menjelaskan Masalah Pada Persalinan Patologis
Pendarahan Post Partum
KLASIFIKASI
• Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum
hemarrhage)
• Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah
atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
• Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum
hemorrhage)
• Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
DIAGNOSIS PERDARAHAN
• Pemeriksaan fisik:
• Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, kecil,
ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus
• Pemeriksaan obstetri:
• Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus
baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
• Pemeriksaan ginekologi:
• Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui kontraksi uterus, luka
jalan lahir dan retensi sisa plasenta
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Uterus tidak berkontraksi dan • Syok Atonia uteri
lembek
• Perdarahan segera setelah anak
lahir (Perdarahan Pascapersalinan
Primer atau P3)(a)
• Perdarahan segera (P3) (a) • Pucat Robekan jalan lahir
• Darah segar yang mengalir segera • Lemah
setelah bayi lahir (P3) • Menggigil
• Uterus kontraksi baik
• Plasenta lengkap
• Plasenta belum lahir setelah 30 • Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
menit traksi berlebihan
• Perdarahan segara (P3) (a) • Inversio uteri akibat
• Uterus kontraksi baik tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput • Syok neurogenik Tertinggalnya
(mengandung pembuluh darah) • Pucat dan limbung sebagian plasenta
tidak lengkap
• Perdarahan segera (P3) (b)
Gejala & Tanda Yang Selalu Ada Gejala & Tanda Yang Diagnosis
Kadang-kadang Ada Kemungkinan
• Sub-involusi uterus • Anemia • Perdarahan
• Nyeri tekan perut bawah • Demam terlambat
• Perdarahan > 24 jam setelah • Endometritis
persalinan. Perdarahan sekunder atau sisa
atau P2S. Perdarahan bervariasi plasenta
(ringan/berat, terus- (terinfeksi /
menerus/tidak teratur) dan tidak)
berbau (jika disertai infeksi)

• Perdarahan segera (P3) (a) • Syok Robekan dinding


(Perdarahan intraabdominal dan/ • Nyeri tekan perut uterus (ruptur
atau vaginum) • Denyut nadi ibu cepat uteri)
• Nyeri perut berat (kurangi dengan
ruptur)

(a) Perdarahan sedikit apabila bekuan darah pada serviks atau posisi telentang menghambat aliran darah keluar
(b) Inversi komplit mungkin tidak menimbulkan perdarahan
Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban Pecah Dini
(preterm rupture of the membrane)
• Ketuban Pecah Dini (PROM) :pecahnya selaput chorioamniotik
sebelum terjadi proses persalinan.
• Diagnosa KPD :seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban
dan dalam waktu 1 jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan.
• Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu disebut KPD Preterm
Fungsi Selaput Amnion
• Kantung amnion merupakan tempat yg baik untuk
gerak dan perkembangan muskuloskeletal janin
• Gerak pernapasan yg disertai aliran cairan amnion ke
dalam sal pernapasan janin penting bagi
perkembangan saccus alveolaris paru
• Selaput ketuban penghalang masuknya polimikrobial
flora vagina ke dalam kantung amnion
Arti Klinis KPD
• Bila bagian terendah janin belum masuk  prolapsus atau kompresi
talipusat akibat berkurangnya cairan amnion.
• KPD sering diikuti dengan adanya tanda persalinan.
• Peristiwa KPD > 24 jam seringkali disertai infeksi intrauterine.
Angka Kejadian
• Merupakan komplikasi pada 10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan
preterm

• KPD preterm menyebabkan 1/3 kehamilan preterm dan merupakan


penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal
Etiologi
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
• Riwayat KPD sebelumya
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Kehamilan kembar
• Trauma
• Serviks yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Faktor Resiko
• Golongan sosio ekonomi rendah
• Ibu hamil tidak menikah
• Kehamilan remaja
• Merokok
• PMS
• Vaginosis bakterial
• Riwayat KPD
• Perdarahan antenatal
Patofisiologi
• Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,fibroblas,jaringan
retikuler korion. sintesis atau degenerasi kolagen diatur interleukin 1
dan prostaglandin
• Bila infeksiaktivitas iL 1 dan prostaglandin meningkatkolagenase
jaringandepolimerisasi kolagen pada selaput
korion/amnionketuban tipis mudah pecah.
Tanda dan gejala
• keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
• Aroma air ketuban berbau amis berasa manis dan tidak seperti
bau amoniak
• Demam
• bercak vagina yang banyak
• nyeri perut
• denyut jantung janin bertambah cepat tanda infeksi
Komplikasi
• KPD preterm seringkali menyebabkan :
1.Persalinan preterm
2.Chorioamnionitis
3.Endometritis
4.Gawat janin atau asfiksia intrauterin
• Asfiksia intrauterin terjadi akibat kompresi talipusat akibat kurangnya
cairan amnion.
Pemeriksaan Diagnostik
• Tujuan umum diagnostik awal :
- Konfirmasi diagnosa selaput ketuban sudah pecah.
- Menilai keadaan janin.
- Menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu aktif.
- Menyingkirkan infeksi.
Pemeriksaan penunjang
• Kertas nitrazine,
• pH normal vagina (4-4,7)
• pH cairan ketuban (7,1-7,3)
• False positif jika terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher
rahim, dan air seni.
• USG
• digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam
rahim
Pentalaksanaan
Penanganan khusus
Penanganan Umum
Konfirmasi diagnosis :
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Konfirmasi usia kehamilan
• Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-
• Lakukan pemeriksaan inspekulo sedikit, tampung cairan yang keluar dan
nilai 1 jam kemudian.
untuk menilai cairan yang kurang
(jumlah, warna dan bau) dan • Dengan speculum DTT, lakukan
pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah
membedakannya dengan urin. cairan keluar melalui ostium uteri atau
terkumpul di forniks posterior.
• Pemeriksaan dalam secara digital. Penaganan konservatif :
• Tentukan ada tidaknya infeksi. • Rawat di rumah sakit
• Tentukan tanda-tanda inpartu. • Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500
ganti eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari.
• Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar
lagi.
Penatalaksanaan
LI 4
Menjelaskan Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi, dan Tatalaksana
kegawatdaruratan pada Persalinan dengan (Ekstraksi Vakum dan Forceps, dan
Seksio Sesaria)
Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban Pecah Dini
(preterm rupture of the membrane)
• Ketuban Pecah Dini (PROM) :pecahnya selaput chorioamniotik
sebelum terjadi proses persalinan.
• Diagnosa KPD :seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban
dan dalam waktu 1 jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan.
• Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu disebut KPD Preterm
Fungsi Selaput Amnion
• Kantung amnion merupakan tempat yg baik untuk
gerak dan perkembangan muskuloskeletal janin
• Gerak pernapasan yg disertai aliran cairan amnion ke
dalam sal pernapasan janin penting bagi
perkembangan saccus alveolaris paru
• Selaput ketuban penghalang masuknya polimikrobial
flora vagina ke dalam kantung amnion
Arti Klinis KPD
• Bila bagian terendah janin belum masuk  prolapsus atau kompresi
talipusat akibat berkurangnya cairan amnion.
• KPD sering diikuti dengan adanya tanda persalinan.
• Peristiwa KPD > 24 jam seringkali disertai infeksi intrauterine.
Angka Kejadian
• Merupakan komplikasi pada 10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan
preterm

• KPD preterm menyebabkan 1/3 kehamilan preterm dan merupakan


penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal
Etiologi
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
• Riwayat KPD sebelumya
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Kehamilan kembar
• Trauma
• Serviks yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Faktor Resiko
• Golongan sosio ekonomi rendah
• Ibu hamil tidak menikah
• Kehamilan remaja
• Merokok
• PMS
• Vaginosis bakterial
• Riwayat KPD
• Perdarahan antenatal
Patofisiologi
• Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,fibroblas,jaringan
retikuler korion. sintesis atau degenerasi kolagen diatur interleukin 1
dan prostaglandin
• Bila infeksiaktivitas iL 1 dan prostaglandin meningkatkolagenase
jaringandepolimerisasi kolagen pada selaput
korion/amnionketuban tipis mudah pecah.
Tanda dan gejala
• keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
• Aroma air ketuban berbau amis berasa manis dan tidak seperti
bau amoniak
• Demam
• bercak vagina yang banyak
• nyeri perut
• denyut jantung janin bertambah cepat tanda infeksi
Komplikasi
• KPD preterm seringkali menyebabkan :
1.Persalinan preterm
2.Chorioamnionitis
3.Endometritis
4.Gawat janin atau asfiksia intrauterin
• Asfiksia intrauterin terjadi akibat kompresi talipusat akibat kurangnya
cairan amnion.
Pemeriksaan Diagnostik
• Tujuan umum diagnostik awal :
- Konfirmasi diagnosa selaput ketuban sudah pecah.
- Menilai keadaan janin.
- Menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu aktif.
- Menyingkirkan infeksi.
Pemeriksaan penunjang
• Kertas nitrazine,
• pH normal vagina (4-4,7)
• pH cairan ketuban (7,1-7,3)
• False positif jika terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher
rahim, dan air seni.
• USG
• digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam
rahim
Pentalaksanaan
Penanganan khusus
Penanganan Umum
Konfirmasi diagnosis :
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Konfirmasi usia kehamilan
• Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-
• Lakukan pemeriksaan inspekulo sedikit, tampung cairan yang keluar dan
nilai 1 jam kemudian.
untuk menilai cairan yang kurang
(jumlah, warna dan bau) dan • Dengan speculum DTT, lakukan
pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah
membedakannya dengan urin. cairan keluar melalui ostium uteri atau
terkumpul di forniks posterior.
• Pemeriksaan dalam secara digital. Penaganan konservatif :
• Tentukan ada tidaknya infeksi. • Rawat di rumah sakit
• Tentukan tanda-tanda inpartu. • Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500
ganti eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari.
• Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar
lagi.
Penatalaksanaan
Ekstrasi Vakum
• Definisi : suatu persalinan dimana janin dilahirkan dengan ekstrasi
tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.

• Alat : ekstraktor vakum / ventouse


Bagian2 Ekstraktor Vakum
1. Mangkok
- Dipakai untuk membuat kaput suksedanum artifisialis (untuk ekstrasi kepala)
- Diameter mangkok : 3-6 cm
- Pada dinding belakang mangkok terdapat tonjolan untuk letak denominator
2. Botol
- Tempat membuat tenaga –
- Pada tutupnya terdapat manometer saluran menuju pompa penghisap &
saluran menuju ke mangkuk yg disertai dengan pentil
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkok dg pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa penghisap (vacum pump)
Bagian2 Ekstraktor Vakum
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra Indikasi
IBU IBU
• Ruptura uteri
• Untuk memperpendek kala • Penyakit dimana ibu tdk boleh
II pada : mengejan ( payah jantung,
• Penyakit jantung kompensata preeklampsia berat)
• Penyakit paru fibrotik
• Waktu : kala II yg
memanjang JANIN
• Letak muka
JANIN • After coming head
• Janin preterm
• Gawat janin
(masih kontroversi)
Syarat Vakum
• Pembukaan > 7cm (pada multigravida)
• Penurunan kepala janin boleh pada hodge II
• Harus ada kontraksi uterus
• Harus ada tenaga mengejan
Prosedur Vakum
• Ibu dalam posisi litotomi
• Beri anestesi bila ibu nyeri saat dipasang mangkuk, pada
dasarnya tidak dibutuhkan narkosis umum
• Pilih mangkuk yg sesuai dg pembukaan (pada pembukaan
lengkap => no 5)
• Pasang mangkuk ke dalam vagina dengan posisi miring di bagian
terendah kepala menjauhi ubun2 besar
• Pasang denominator sesuai tonjolan mangkuk
• Dilakukan penghisapan dengan pompa dengan tenaga
0,2kg/cm2 dengan interval 2 menit
( tekanan yg diperlukan 0,7-0,8 kg/cm2 dg waktu 6-8menit)
• Dengan adanya tekanan -, terbentuk kaput suksedanum
artifisialis pada mangkuk
• Sebelum melakukan traksi, priksa ulang apakah ada bagian jalan
lahir yg ikut terjepit
• Bersamaan dg his, suruh ibu mengejan dan manguk ditarik
searah sumbu panggul
• Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk dan
tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada
pemegang
• Lakukan traksi selama ad his dan mengikuti putaran paksi
dalam. Bila his berhenti, hentikan traksi
• Kepala janin dilahirkan dg menarik mangkuk ke arah atas
sehingga kepala janin lahir sebagaimana lazimnya
• Saat kepala mengadakan defleksi, tangan penolong menahan
perineum
• Setelah kepala lahir pentil dilepas => udara masuk ke botol =>
tekanan – hilang => mangkok dilepas
• Bila perlu melakukan episiotomi maka dilakukan sebelum
pemasangan mangkuk / pd waktu kepala membuka vulva
Kriteria Ekstrasi Vakum Gagal
• Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 x
• Tenaga vakum terlalu rendah
• Tekanan – dibuat terlalu cepat => ≠ kaput suksedanum sempurna yg mengisi
seluruh mangkuk
• Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dg mangkuk
• Bagian jalan lahir ada yg terjepit
• Tangan kiri & kanan penolong tidak bekeja sama dengan baik
• Defect pada alat , ex: kebocoran karet selubung
• Adanya disporposi sefalo-pelvik
• Dalam waktu ½ jam setelah traksi janin tidak lahir
Komplikasi Vakum
IBU
• Pendarahan
• Trauma jalan lahir
• Infeksi
JANIN
• Ekskoriasi kulit kepala
• Sefalohematoma
• Subgaleal hematoma => dpt cepat diabsorbsi, bisa menimbulkan
ikterus neonatorum
• Nekrosis kulit kepala => alopesia
Keunggulan & Kerugian Vakum dibanding Cunam

Keunggulan Kerugian
• Pemasangan mudah :
mengurangi bahaya trauma & • Persalinan memerlukan
infeksi waktu yg lebih lama
• Tidak diperlukan narkosis • Tenaga traksi tidak
umum
sekuat cunam
• Mangkuk tidk menambah
besar ukuran kepala yg harus • Pemeliharaannya lebih
melalui jalan lahir sukar, karena bagiannya
• Dapat digunakan pada kepala banyak terbuat dari
yg masih tinggi dan
pembukaan serviks yg belu karet dan harus selalu
lengkap kedap udara
• Trauma kepala janin >ringan
Sectio Sesarea
• Definisi :
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh dan BB janin > 500gr

• Jenis :
• Seksio secara klasik : pembedahan secara sanger
• Seksio secara transperitoneal profunda
(lower segmen caesarean section)
• Caesarean hysteroctomy
• Seksio sesaria ektraperitoneal
• Seksio sesarea vaginal
Cesarean Sectio
(A) Classic (B) low vertical (C) transverse incisions
Indikasi C-section

Indikasi Ibu Indikasi Janin


• Panggul sempit absolut • Kelainan letak
• Tumor jalan lahir • Gawat janin
• Stenosis serviks / vagina
• Plasenta previa TIDAK Dilakukan Pada :
• Janin mati
• Disporposi sefalopelvik
• Syok, anemia berat sebelum
• Ruptura uteri diatasi
• Kelainan kongenital berat
Teknik C-section Klasik
• Desinfeksi dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan duk steril
• Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisis sepanjang 12 cm sampai dibawah umbilikus lapis
demi lapis sampai kavum peritoneal
• Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkarai dengan
kasa laparotomi
• Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pd SAR dan
diperlebar secara sagital dengan gunting
• Setelah kavum uteri terbuka, selput ketuban dipecahkan
• Janin dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong
fundus uteri
Teknik C-section Klasik
• Pemotongan servix di korpus uteri-horisontal
• Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat dijepit dan
dipotong diantara kedua penjepit
• Plasenta dilahirkan secara manual, disuntikan 10 U
oksitosisn ke dalam rahim secara intra mural
• Luka insisi SAR dijahit kembali
• Lap I : endometrium & miometrium dijahit jelujur
• Lap II : miometrium saja dijahit simpul
• Lap III : perimetrium saja dijahit simpul
• Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di
eksplorasi
• Rongga perut dibersihkan dari sisa2 darah
• Menjahit luka dinding perut
lower segmen
caesarean section
Indikasi C-section Klasik
• Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan blader untuk mencapai
segmen bawah rahim misalnya karena perlekatan akibat pembedahan
c-section yg lalu / adanya tumor di segmen bawah rahim
• Janin besar dalam letak lintang
• Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segman
bawah rahim
Komplikasi
a) infeksi puerperalis/nifas bisa terjadi dari
• infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja,
• sedang yaitu kenikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung,
• berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.

b) Perdarahan akibat atonia uteri (uteri ga punya tonus


sehingga ga bisa kontraksi) atau banyak pembuluh
darah yang terputus dan terluka pada saat operasi.

c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang


terpotong saat melakukan seksio sesaria.
d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan berikutnya karena jika
pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim insisi yang
dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat beresiko untuk
ruptur pada persalinan berikutnya.

e) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada endometrium


LI 5
Menjelaskan Masalah pada Neonatus Dini
Hipotermia
Bayi

terpapar dengan lingkungan

Dingin Panas
( suhu lingkungan rendah), (suhu lingkungan panas,
permukaan yang dingin paparan sinar matahari atau
atau basah atau bayi paparan panas yang
dalam keadaan basah atau berlebihan dati inkubator atau
tidak berpakaian alat pemancar panas)

hipotermia Hipertermia
Prinsip dasar
• Mengeringkan bayi baru lahir
• Bayi lahir dgn badan basah,maka cepat terjadipenuapan dan kehilangan
panas tubuh
• Bayi blm dapat menggigil karena kontrol suhu belum sempurna
• Hipotermi <36 C
• Normal = 36,5 C -37,5 C
• Pnegeringkan bayi dengan lap hangat n kering setelah itu membungkus bayi
• Menunda memandikan bayi
• Bila bayi cukup bulan, >2500 gr, dan menangis kuat maa memandikan stlh 24
jam dgn air hangat
• Bila bayi lemah, < 2000 gr, maka jangan dimandikan sampai bayi stabil (suhu
stabil,bayi lebih kuat,dpt menyusu dg baik)
KLASIFIKASI

HIPOTERMIA

Hipotermia Hipotermia
sepintas akut

Hipotermia
Cold injury
sekunder
Hipotermia Penyempitan
berat : pembuluh
Hipotermia (< 32 °C) darah
sedang : -metabolik
*
Hipotermia 32 -36 °C anaerob
ringan : -kebutuhan
< 36°C O2 ↑
Normal :
36,5 –
37,5 °C
Gejala & Tanda

Bayi tidak mau Aktivitas berkurang Bibir & kuku Muka, ujung kaki ,

Hipotermia Sedang

Hipotermia Berat

Stadium lanjut hipotermia


Bayi baru lahir

minum / menetek Letargi kebiruan dan tangan berwarna


Bayi tampak lesu Pernafasan lambat merah terang
Tangisan lemah
atau mengantuk saja Pernafasan tidak Bagian tubuh lainnya
Kulit berwarna tidak pucat
Tubuh bayi teraba rata teratur
dingin DJJ lambat Kulit mengeras
Kemampuan merah
DJJ menurun menghisap lemah Hipoglikemia
Kulit bayi mengeras Edema t.u punggung,
Kaki teraba dingin Asidosis metabolik kaki, tangan
(sklerema)
Penanganan
Hangatkan bayi dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu

Hangatkan bayi melalui metode Kanguru

Gunakan selimut hangat atau kain hangat

Beri ASI / infus glukosa 10% 60-80 ml/kg per hari


Hipertermi
• Penilaian
• Suhu >37,5 C
• Pernapasan >60x/mnt
• Tanda dehidrasi (turgor turun, BB turun, air berkemih kurang)
• Penanganan
• Pindah ke ruang sejuk ( 26-28 C)
• Badan di lap dengan kain basah (sampai suhu normal)
• Beri infus cairan dektrose :NaCl = 1:4 -> dehidrasi
• Antibiotik bila ada infeksi
TANDA-TANDA Aktivitas kurang, tangisan lemah, kemampuan menghisap
lemah, bibir & kuku kebiruan, kaki bayi teraba dingin
KATEGORI HIPOTERMIA SEDANG HIPOTERMIA BERAT
PENILAIAN Suhu Aksila 32 – 36 °C Suhu Aksila < 32 °C
PENANGANAN UPAYA
BIDAN / PUSKESMAS •Keringkan bayi dengan handuk hangat
•Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit
(metode kanguru) dan/ bungkus bayi baru lahir dengan kain
hangat
•Kepala bayi ditutup topi
•Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering &
hangat
•Sering disusui
Rujuk ke rumah sakit
RUMAH SAKIT •Sama dengan di atas
•Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi
•Dalam inkubator
•Penghangatan kembali dengan metode yang sesuai (dalam
inkubator, pemanasan perlahan 0,5-1 °C/ jam)
Infus dextrose 10%
Hipoglikemia
HIPOGLIKEMIA
• Kadar glukosa <40-45mg/dL  tidak normal
• WHO : hipoglikemi  kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
• Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan
perlu mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia
ETIOLOGI
• Berkurangnya persediaan dan menurunnya produksi glukosa
• Peningkatan pemakaian glukosa (hiperinsulinisme)
FAKTOR RESIKO
• Bayi dengan IDM
• Neonatus BMK
• Bayi prematur dan lebih bulan
• BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan
cadangan glikogen hati dan lemak tubuh
• Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan
metabolisme yang melebihi cadangan kalori
• Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas,
hipotermia)
• Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik
(penyakit cadangan glikogen, intoleransi glukosa)
• Neonatus dengan polisitemia
• Neonatus dengan eritroblastosis
• Obat-obat maternal misalnya steroid, beta
simpatomimetik dan beta blocker
DIAGNOSIS
• Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan
• Riwayat bayi prematur
• Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
• Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
• Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
• Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
MANIFESTASI KLINIS
• Tremor • Kesulitan minum
• Sianosis • Gerakan mata
• Apatis berputar/nistagmus
• Kejang • Keringat dingin
• Apnea intermitten • Pucat
• Tangisan • Hipotermi
lemah/melengking • Refleks hisap kurang
• Letargi • Muntah
DIAGNOSIS BANDING
• Insufisiensi adrenal
• Kelainan jantung
• Gagal ginjal, penyakit SSP
• Sepsis, asfiksia
• Abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia,
hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin)
PENATALAKSANAAN
• Memantau kadar glukosa darah
• Pencegahan hipoglikemia
• Perawatan hipoglikemia
TERAPI
• Tanpa kejang  bolus intravena 200 mg/BB (2 ml/kgBB)
glukosa 10%
• Kejang  larutan glukosa 10-25%, dosis total 1-2 gr/kgBB,
dilanjutkan infus glukosa 4-8 mg/kgBB/menit
• Hipoglikemi berulang  infus glukosa 15-20%, bila tidak
mencukupi beri hidrokortison 2,5 mg/kgBB/12 jam atau
prednison 1 mg/kgBB/24 jam
• Pemeriksaan gula darah sampai kadar diatas 40 mg/dl
kemudian pemeriksaan dilanjutkan tiap 4-6 jam
• Bila gula darah normal terapi dihentikan
• Berikan ASI
• Penanganan penyulit
PROGNOSIS
• Dengan pengobatan adekuat kejadian hipoglikemia masih berulang
pada 10-15%
• Hipoglikemia berat dan berlangsung lama, dapat menimbulkan gejala
sisa neurologik dan kematian
Sepsis neonatal
• Sindrom klinis penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi dalan 1
bulan kehidupan
• Disebabkan oleh : bakteri, virus, jamur, protozoa
klasifikasi
• Earlyonset sepsis : timbul 3 hari pertama, gangguan multisistem
dengan gejala pernapasan, awitan tiba2 dan cepat menjadi syok
septik
• Late onset sepsis : setelah 3 hari biasa > 1 minggu. Awitan lambat dan
sering disertai meningitis
• Sepsis nosokomial : pada bayi resiko tinggi yang dirawat,
berhubungan dengan monitor invasif dan teknik di ruang rawat
intensif
Faktor resiko
• Bayi sampai usia 3 hari
- Riwayat ibu infeksi rahim, demam dengan infeksi berat, KPD
- Bayi punya 2 / lebih kategori A atau 3 atau lebih gejalakategori B
• Bayi usia lebih 3 hari
- Bayi punya 2 / lebih kategori A atau 3 atau lebih gejalakategori B
Pemeriksaan fisik
• Suhu tidak normal (sering hipotermia )
• Letargi atau lunglai
• Tiba2 malas minum
• Rewel
• Memburuk cepat
• GI : muntah, diare, kembung, hepatomegali ( muncul sesudah hari ke
4)
• Kulit : sianosis, ptekie, ruam sklerema, ikterik
• Kardiopulmonal : takipneu, distress respirasi ( napas cuping hidung,
merintih, retraksi ) takikardi, hipotensi
• Neurologis : iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun2
menonjol, meningitis
Pemeriksaan penunjang
• Jumlah dan jenisn leukosit ( lekositosis / lekopeni, neutropeni,
peningkatan rasio netrofil immatur / total > 0.2
• Peningkatan CRP dan IgM
• Test langsung ( kultur, gram ) dari darah, urine, cairan cerebrospinal
• Analisis gas darah : hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat
• Gangguan metabolik : hipo/hiperglikemi, asidosis metabolik
• Peningkatan kadar bilirubin
radiologi
• Kalau ada distress pernapasan
- Pneumonia kongenital
• CT scan : obstruksi aliran serebrospinal, infark, abses
• USG : ventrikulitis

Anda mungkin juga menyukai