Anda di halaman 1dari 159

PEMICU 2

REPRODUKSI
Nadya arini p.
405140225
Kelompok 7
Fisiologi persalinan
• 4 kala persalinan
• Kala I : kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang
cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif
• Kala II : dilatasi serviks sudah lengkap dan janin sudah keluar (std.
ekspulsi janin)
• Kala III: lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin
• Kala IV : pengawasan 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
memantau kondisi ibu
Perubahan bentuk uterus
• Setiap kontraksi uterus akan menghasilkan pemanjangan uterus
berbentuk ovoid dan pengurangan diameter horizontal, dikarenakan
untuk pelurusan kolumna vertebralis janin dan dilatasi serviks pada
otot-otot segmen bawah + serviks
Perubahan pada serviks
• Kontraksi uterus  tekanan hidrostatik keseluruh selaput ketuban
terhadap serviks dan segmen bawah uterus  pecah  bagian
terbawah janin mendesak serviks dan segmen bawah uterus 
pendataran dan dilatasi pada serviks
Pendataran serviks (effacement)
• Menyebabkan ekspulsi
sumbat mucus
Pelepasan plasenta
• Bayi selesai dilahirkan  rongga uterus obliterasi  plasenta
menekuk  pelepasan plasenta
Kala IV
• Evaluasi uterus : periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
• Pemeriksaan servik, vagina dan perineum : ada/tidaknya robekan
jalan lahir, introitus vagina, periksa adanya trauma atau hemoroid
yang keluar dapat diperiksa dengan rectal toucher
• Rangsangan taktil uterus untuk merangsang kontraksi uterus, tidak
dilakukan  atonia uteri
Power
• Measuring contractions
• Palpation : duration, frequency and intensity
• External Tocometer : graphic display (no info on strength contractions
• Intrauterine pressure catheter (IUPC)

• Adequate contractions are


>200 MVU in 10 minutes

(MVU: Montevideo units)


Passage = Pelvis
Clinical pelvimetry
• Obstetrical conjugate
-anterior – symphysis pubis
-posterior – sacral promontory
-lateral – linea terminalis
• Diagonal conjugate
-inferior border of symphysis pubis to sacral promontory
• Interspinous diameter
Passenger
• Presentation
• Attitude
• Lie
• Position
Lie
Asuhan persalinan normal
• Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin akan
mengakibatkan kematian ibu maupun bayinya.
• Kegiatan nya mencangkup
-Mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung tangan, menjaga
lingkungan yang bersih bagi proses persalinan
-Penggunaan partograf
-Menjelaskan proses kelahiran dan meminta para suami maupun
kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses kelahiran bayi
-Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin
-Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti
episiotomy rutin, amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lender
secara rutin
-Mengeringkan tubuh bayi, IMD, mengenal sejak dini komplikasi
-Memberikan asuhan dan pemantauan bayi baru lahir termasuk dalam
masa nifas (6 minggu setelah melahirkan) dini secara rutin
-Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya
yang mungkin terjadi
-Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan
Larutan yang sering digunakan
Larutan yang sering digunakan untuk mencegah infeksi dengan
memunuh atau menghamabat pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit atau jaringan tubuh lainnya, alcohol 60-90%
Sedangkan untuk dekontaminasi pada instrument yang telah digunakan
menggunakan Klorin 0.5% atau merebus dalam air mendidih selama 20
menit.
Langkah asuhan persalinan normal
• 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala kedua
-Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
-Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum atau
vaginanya
-Perineum menonjol
-Vulva-agina dan sfingter anal terbuka
• 2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan, mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
syringe sekali pakai dalam partus set
• 3.Mengenakan baji penutup/celemek yang bersih
• 4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk sekali pkaai
• 5.Memakai sarung tangan dengan DTT (disinfektan tingkat tinggi) /
steril
• 6.Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik
• 7.Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakangan menggunakna kapas/kasa yang telah
dibasahi air DTT
• 8.Pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah
lengkap
Farmakologi Persalinan
(induksi)
Induksi Persalinan
• Suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan

• Induksi persalinan biasanya dilakukan dengan obat- obat Uterotonik ( meningkatkan kontraksi
uterus )

• Indikasi :
• Induksi persalinan
• pencegahan & penanganan perdarahan post partum
• Pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus
• penanganan aktif pada Kala III persalinan

• Uterotonik yang bisa digunakan ada 3 macam, yaitu :


• Methegrin
• Oksitosin
• misoprostol
Metergin
Mekanisme Kerja
• Mempengaruhi otot uterus => berkontraksi terus-menerus =>
memperpendek kalaIII
• Menstimulasi otot-otot polos terutama dari p.d. perifer dan
uterus
• P.d. => vasokonstriksi => TD naik => efek oksitosik pada
kandungan mature

Indikasi
• Oksitosik
• Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau
paska abortus
Metergin
Efek samping
Kontra indikasi
• Kontraksi uterus
• Persalinan kalaI dan II
• Kontraksi segmen bawah uterus =>
retensio plasenta • Penyakit vascular
• Diare, mual dan muntah • Penyakit jantung parah
• Penglihatan kabur • Fungsi paru menurun
• Sakit kepala • Fungsi hati dan ginjal menurun
• Kejang • Hipertensi yang parah
• kulit dingin • eklampsia
• nadi lemah dan cepat
• Bingung
• Koma
• meninggal
Metergin
Cara Penggunaan
• Oral : mulai kerja setelah sepuluh menit
• IV : mulai kerja 40 detik
• IM :mulai kerja 7-8 menit
(Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping << )

Dosis
• Oral : 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
• IV / IM : 0,2 mg
• IM boleh diulang 2– 4 jam bila perdarahan hebat
Misoprostol
=> Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin E1 sintetik
Mekanisme / cara kerja
• Di absobrsi secara ekstensif dan dide-esterifikasi=> aktif : as. misoprostol
• Absorbsi dihambat oleh makanan

Indikasi
• oksitosik
• Menstimulus kontraksi uterus
Indikasi misoprostol untuk pematangan serviks :
• preeklampsia berat/eklampsia dan serviks belum matang sedangkan seksio sesarea
belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu prematur untuk bisa hidup
• kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum in partu, dan terdapat tanda-
tanda gangguan pembekuan darah
Misoprostol
Efek samping
• Dapat menyebabkan kontraksi uterin
• Diare
Kontra indikasi
• Pada kehamilan  aborsi.
• Misoprostol mempunyai risiko meningkatkan kejadian ruptura uteri
=> hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan yang lengkap
(ada fasilitas bedah sesar)

Sediaan : 100 dan 200 µg


Misoprostol
Dosis dan cara pemberian:
• intravagina , dosis 25 µg pada fornix posterior dan dapat diulang
pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus masih belum
terdapat.
• Bila dosis 2 x 25 µg masih belum terdapat kontraksi uterus, berikan
ulang dengan dosis 50 µg tiap 6 jam
• Dosis maksimum : 4 x 50 µg ( 200 µg )
• Pemberian per oral 100 µg = pemberian 25 µg per vaginam

Dosis 50 µg sering menyebabkan :


• Tachysystole uterin
• Mekonium dalam air ketuban
• Aspirasi Mekonium
Oksitosin
• Syarat pemberian oksitosin
• Pada keadaan HIS mundur, tidak boleh diberikan pada HIS normal
• Janin dalam keadaan baik
• Sebaiknya janin dalam letak kepala
• Jangan diberikan pada multipara, bekas seksio sesarea atau bekas
miomektomi
• ES oksitosin
• Hipoksia janin
• Ruptur uterus
• Intoksinasi air
Prostaglandin
• Bereaksi pada serviks  membantu pematangan serviks.
• prostaglandin menyebabkan peningkatan kadar kalsium
intraseluler  menyebabkan kontraksi otot miometrium.
• ES: mual, muntah, diare, dan demam.
• Analog prostaglandin:
• Gel dinoprostone (Prepidil)  mengandung 0,5 mg dinoproston
• noprostone inserts (Cervidil)  mengandung 10 mg dinoprostone
Pituitrin
• Terbagi menjadi: Pitrassin dan Pitosin
• Dari ekstrak kel. Hipofisis lobus belakang –> sumber hewani
• Kerjanya: memperkuat his yg sdh ada . His datang lebih cepat ( efek
obat ) & dlm waktu yg lama.
• Kegunaannya pada:
• Atonia primer ( inersia uteri )
• Kala uri dgn perdarahan
• Kala IV dgn atonia uteri
• Induksi partus
• Abortus ( insipiens / inkomplet )
Pituitrin
• Kontra indikasi:
• kepala anak belum turun
• letak lintang, letak rangkap
• robekan rahim mengancam
• bekas operasi pd uterus yg hamil
• CHININE (PIL KINA)
Kina berasal dari kulit kayu kina, biasa dipakai untuk pengobatan
malaria. Kerja obat ini memperkuat kontraksi ramim yang sudah ada.
Kemasannya yaitu sulfas chinine.
• PROSTAGLANDINE
Sekarang ini pemakaian PG dalam obstetri, terutama untuk
pengeluaran isi rahim (kehamilan) kapan saja dalam kehamilan.
• MORFIN
digunakan sebagai antidotum his yang kuat terus – menerus (tetania
uteri).
• SANDOPART
dibuat sintesis oleh sandoz dan digunakan untuk stimulasi/induksi
partus.
Analgesia
• fenyl butazon • Opioid – pethidin diberikan
Tramadol 50-100 mg, oral atau dengan dosis 25-50 mg/i.m
supp, i.m. atau iv
tiap 2 jam
• Ketamin • Fentanil – bekerja cepat 30
mempunyai kemanan yang tinggi menit, dosis 50-100 ug/iv/im
• Dosis : 1-2 mg/kg BB –
• Indikasi : analgesi intravena pada
seksio emergensi
• Dosis 50 mg i.v perlahan + drip 100
mg/500 ml RL 20tts/mn
ILA/Anestesi Spinal
• ILA (intrathecal labor analgesia)
Upaya meringankan nyeri saat persalinan dengan injeksi analgesik (pereda nyeri)
pada serabut saraf di dalam ruang spinal (rongga tulang belakang).
• Keuntungan
1. Meredakan Nyeri
Upaya ILA memang terbukti bisa menurunkan derajat rasa nyeri yang dirasakan
menjelang persalinan.
2. Tak Perlu Lagi Bius Lokal
Ketika dilakukan episiotomi (pengguntingan) dan penjahitan pasca persalinan,
tak perlu lagi dilakukan lokal anestesi dengan obat bius.
3. Tak Mengurangi Kekuatan Mengejan
Tidak akan membuat otot-otot perut ke bawah menjadi lumpuh. Kekuatan otot
yang diperlukan untuk mengejan pun tak akan terganggu.
4. Proses Persalinan Lebih Cepat
Dengan menurunnya rasa nyeri dan efek relaksasi yang didapat dari teknik ILA,
akan menyebabkan proses persalinan berjalan relatif lebih cepat daripada yang
tidak melakukan painless labor (persalinan minim rasa sakit).
Anestesi Spinal

• Indikasi : seksio sesarea


• Teknik : menggunakan jarum tumpul atau tajam no 27-29
• Cairan hiperbarik bupivakain 0.25%- 25 mg atau lidokain1%
• Kombinasi bupivacain 0.5% 12.5 mg + fentanyl 10 ug. - cukup 2 jam
Perdarahan Post Partum
• Oksitosin IM dan ergonovin (Agonis 5-HT), atau kombinasi
keduanya

• Diberikan sebelum keluarnya plasenta; clamping & pmotongangn


tali pusar; traksi yg dikontrol cord
Metil Ergometrin Maleat
Mekanisme Aksi
• Obat ini bekerja pada uterus menimbulkan kontraksi yang kuat yang
efeknya lebih lama dari yang ditimbulkan oleh oksitosin.

Indikasi
• Pencegahan dan pengobatan perdarahan sesudah melahirkan atau
keguguran karena uterus atoni atau subinvolusi (uterus tetap besar, tidak
kembali ke ukuran semula)
Metil Ergometrin Maleat
Efek Samping
• Infark kardovaskuler : miokardial akut, hipertensi, sakit dada
temporer, palpitasi
• SSP : halusinasi, pusing, kejang, sakit kepala
• Metabolisme endokrin : intoksikasi air
• Saluran cerna : mual, muntah, diare, rasa tidak enak
• Lokal : tromboflebitis :
• Neuromuskuler skeletal: kram kaki
• Telinga : tinitus
• Pernafasan : dipsnea, kongesti hidung
• Lain2 : diaforesis
Metil Ergometrin Maleat
Sediaan
• Tablet : Maleat 0,2 mg
• Larutan Injeksi dalam Ampul 0,2 mg/ml, 1 ml

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian


• Oral : 0,2 mg sehari 3-4 kali selama 2-7 hari
• IM : 0,2 mg dapat diulang sampai 5 dosis dengan interval waktu
2 - 4 jam.
• Emergensi : IV 0,2 mg selama 60 detik
Jangan rutin diberikan secara IV => menginduksi hipertensi yang
mendadak dan gangguan cerebrovascular
Metil Ergometrin Maleat
Kontra Indikasi
• Pasien sepsis
• penyakit vaskuler obliteratif
• gangguan hati/ginjal
• kehamilan trimester II, bila diberikan secara i.v.
• Penggunaan harian jangka panjang => fibrosis peritoneal dan pleura
Partograf
• Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan
ibu, janin dan seluruh proses persalinan.
• Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode
yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan
persalinan
• Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal)
terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).
Catatan Kondisi Ibu
• Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan denyut jantung janin setiap 30 menit)
• Nadi setiap 30 menit
• Dilatasi serviks setiap 4 jam
• Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam
• Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
• Produksi urine, atau adanya aseton atau protein dalam urine setiap
2-4 jam
Halaman Depan Partograf
Informasi tentang ibu: Kemajuan persalinan:
• Nama, umur
• Gravida, para, abortus(keguguran) 1. Pembukaan serviks
• No. Catatan medik
• Tanggal dan waktu mulai dirawat (jika
2. Penurunan bagian terbawh janin
dirumah, tanggal dan waktu penolong 3. Garis waspda atau garis
persalinan mulai merawat ibu)
• Waktu pecahnya ketuban bertindak
Waktu pecahnya selaput ketuban 1. daerah sebelah kiri garis waspada
merupakan garis observasi
Kondisi janin : 2. daerah di antara garis waspada dan
1. Djj garis tindakan merupakan daerah
2. Warna dan adanya air ketuban perlu pertimbangan untuk merujuk
3. Penyusupan (molase) kepala janin atau mengambil tindakan,
3. daerah di sebelah kanan garis
tindakan adalah daerah harus
segera bertindak.
Halaman Depan Partograf
Jam dan waktu Kondisi ibu
• Waktu mulainya fase aktif • nadi, tekanan darah dan
persalinan temperatur
• Waktu aktual saat pemeriksaan • Urin (volume, aseton, dan
atau penilaian
protein)
Kontarksi uterus
• Frekuensi dan lamanya Asuhan, pengamatan dan keputusan
klini lainnya
Obat-obatan dan cairan yang
diberikan
• Oksitosin dan cairan lain yang
diberikan
• Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal
• kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
• ruptura uteri
• infeksi / sepsis puerperal
• perdarahan postpartum
• Fistel
• Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan
untuk menyelesaikan proses persalinan dengan
• perlu/tidaknya dirujuk,
• perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, dan
• perlu/tidaknya operasi sectio cesarea.
KAPAN PARTOGRAF DIISI ?
1. Mereka yang masuk dalam persalinan :
a) fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20".
b) fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20".
2. Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
a. bila infus oksitosin dimulai
b. bila persalinan dimulai
3. Masuk untuk induksi persalinan :
a. pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus
oksitosin
b. induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian
prostaglandin)
c. bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban
pecah.
•Partograf tidak perlu diisi bila
• Masuk dengan kala 1 akhir fase aktif pembukaan 9 cm
atau lebih
• Sectio cesarea elektif
• Sectio cesarea darurat saat datang
• Usia kehamilan kurang dari 34 minggu
CARA PENGISIAN
1. Frekuensi denyut jantung janin
• Normal antara 120-160 kali per menit.
• Laporan dengan memberi tanda pada form grafik sesuai frekuensi jantung pada garis waktu.
2. Selaput / cairan ketuban
• Dinilai apakah selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika sudah pecah dan keluar
dinilai warna cairan ketubannya.
• Kode dengan huruf dalam lingkaran.
• (u) atau (+) : selaput ketuban utuh
• (-) : selaput ketuban pecah / tidak teraba
• Warna cairan : jernih (J), hijau (H), merah (M)
• Jika kering/tidak ada cairan : huruf (K).
CARA PENGISIAN
3. Moulage kepala janin
• Diraba fisura antara tulang-tulang kepala, dilaporkan dalam angka (+1)
sampai (+4) menurut derajatnya, atau bila tidak ada moulage, beri tanda
(-).
4. Pembukaan serviks
• Kode dengan tanda silang (X) pada form grafik sesuai pembukaan serviks
pada garis waktu.
• Fase laten partus kala 1 antara 0 sampai 8 jam sampai dengan pembukaan
3 cm.
• Fase aktif sekitar 7 jam, dengan perhitungan atau harapan membuka 1 cm
setiap jam sampai lengkap.
• Sebaiknya pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam pada fase laten, dan
tiap 3 jam pada fase aktif. Perkiraan masuk kala 2 dapat dari observasi jika
ada tanda-tanda klinis lain.
CARA PENGISIAN
5. Penurunan presentasi (pada persalinan normal : kepala) janin
• Dapat dari pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi pemeriksaan
dalam, dinilai dalam berapa perlimaan bagian kepala janin yang masih berada
di luar pintu atas panggul (5/5 belum masuk, sampai 0/5 sudah masuk).
• Kepala disebut "engaged" bila bagian terbesar kepala sudah masuk pintu atas
panggul.
CARA PENGISIAN
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari
• 5/5  bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
• 4/5  sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul
• 3/5 sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul
• 2/5  hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisi dan
(3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat
digerakkan)
• 1/5  hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada
diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga panggul
• 0/5  bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan
seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
CARA PENGISIAN
6. His
• Diperiksa dengan meraba dinding rahim di atas umbilikus. Frekuensi dihitung
berapa kali dalam per 10 menit, dan berapa lama kontraksinya.
• Hasilnya digambarkan pada form grafik his sesuai garis waktu pemeriksaan.
• Gambar isi kotak sesuai jumlah / frekuensi : isi kotak dengan titik-titik untuk
lama kurang dari 20 detik, dengan arsir garis untuk lama 20-40 detik, dan
dengan blok untuk lama lebih dari 40 detik.
7. Obat-obatan / cairan yang digunakan
• Dituliskan dalam kolom obat / cairan yang digunakan sesuai garis waktu.
8. Pemeriksaan tanda vital ibu
• Tekanan darah (dengan panah atas bawah untuk sistolik diastolik), nadi (titik),
suhu (derajat Celcius), frekuensi napas.
CARA PENGISIAN
9. Urine
• Jumlah (cc), proteinuria (+ / - ), aseton.
• Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator (strip-
test) : dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya,
dalam satu kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan.
Learning Issue
Masa Nifas
PERAWATAN & HAL-HAL YANG TERJADI SELAMA
NIFAS
1. Genitalia Interna & Eksterna
• Fundus uteri
– Setinggi pusat setelah janin dilahirkan
– Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir
– Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah simfisis pusat pada hari
ke-5
– Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari
• Bekas implantasi plasenta
– Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri yang berdiameter
7,5 cm
– Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal
– Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
– Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
1. Genitalia Interna & Eksterna
• Berat uterus
– Berat uterus normal kira-kira 30 gram
– Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram
– 500 gram, 1 minggu pasca persalinan
– 300 gram, 2 minggu pasca persalinan
– 40-60 gram setelah 6 minggu pasca persalinan
• Pembukaan serviks
– Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan konsistensinya lunak
– Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri segera setelah
melahirkan
– 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 2
jam pasca persalinan
– 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 1
minggu.
1. Genitalia Interna & Eksterna
• Endometrium  Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta
• Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina berangsur-angsur
kembali seperti semula
• Ligamentum rotundum mengendor hari kedua pasca persalinan  latihan
senam
– Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan
– Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti sebelumnya kira-kira setelah 3
minggu
• Luka dan infeksi
– Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vaginadan
serviks yang tidak luas akan sembuh primer
– Infeksi dapat timbul  selulitis  sepsis.
2. Suhu Badan Pasca Persalinan
• Dapat naik > 0,5C dari keadaan normal , tidak lebih dari 39 C
• Kembali normal sesudah 12 jam pertama melahirkan
• Bila > 38 C , mungkin ada infeksi.
3. Nadi
• Nadi umumnya 60-80 denyut / menit
• Segera setelah partus dapat terjadi takikardi
• Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan / ada penyakit jantung
• Pada masa nifas, umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu
badan
4. Hemokonsentrasi
• Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca persalinan
5. Laktasi
• Puting rata  Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu  Ibu
harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik
• Puting lecet
– Sebab: cara menyusui/perawatan payudara yang tidak benar & infeksi monilia
– Penatalaksanaan: teknik menyusui yang benar, puting kering saat menyusui, puting
diberi lanolin, monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet
– Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan
atau dipompa
• Payudara bengkak
– Sebab: pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui/terlalu
cepat disapih
– Penatalaksanaan: menyusui lebih sering, kompres hangat, ASI
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.
5. Laktasi
• Mastitis
• Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri biasanya terjadi beberapa minggu
setelah melahirkan
• Penatalaksanaan: kompres hangat / dingin, antibiotik dan analgesik, menyusui tidak
dihentikan
• Abses payudara  ASI dipompa, abses diinsisi, antibiotik dan analgesik
• Bayi tidak suka menyusui
• Pancaran ASI terlalu kuat  mulut bayi terlalu penuh  menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan
bayi ditaruh di atas payudara
• Bingung puting pada bayi yang menyusui diselang-seling dengan susu botol 
hindari pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan
pengganti ASI
• Puting rata dan terlalu kecil
• Bayi mengantuk  usahakan agar bayi terbangun
6. Mulas
• Akibat kontraksi uterus selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya
lebih sering pada multipara dibanding primipara
• Terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada sisa
selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah dalam kavum
uteri
• Terapi : analgesik / sedatif
7. Serviks, Uterus & Adneksa
• Perdarahan karena involusi uteri  tablet ergometrin dan tirah baring
untuk menghentikan perdarahan
• Bila serviks tampak hiperemis, meradang, ada erosi dan curiga ke arah
keganasan pemeriksaan sitologi
• Bila tidak ada keganasan  kateterisasi kimiawi atau elektrik dan
dapat juga dengan bedah beku
8. Lokia
• Sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
• Lokia rubra / lokia kruenta (1-2 hari): darah segar bercampur sisa
selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium
• Lokia sanguinolenta (3-7 hari): darah bercampur lendir
• Lokia serosa (> 1minggu): kuning dan tidak mengandung darah
• Lokia alba (> 2minggu): berupa cairan putih
• Biasanya lokia berbau agak amis, bila berbau busuk mungkin terjadi
lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi
9. Miksi
• Secepatnya dilakukan sendiri
• Bila v.u penuh dan tidak bisa miksi sendiri  kateterisasi
• Bila perlu dipasang dauer catheter /indwelling catheter 
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing
• Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi
10. Defekasi
• Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan
• Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun
di rektum,mungkin terjadi febris  Lakukan klisma atau berikan
laksan perorral
• Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi
11. Latihan Senam (Hari Ke 2)
• Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas
dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut
• Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
• Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti
menahan miksi dan defekasi
• Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan
berusaha menyentuh tumit.
• Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu
pasca persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk
melihat keadaan umum, keadaan payudara dan
putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan
perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus
otot sfingter ani dan adanya fluor albus.
• Kelainan yang dapat ditemukan selama nifas ialah
infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan
eklampsia puerpurale.
Infeksi Nifas
•Infeksi Nifas
• Demam pascapersalinan (≥ 38.5°C) yang terjadi sejak hari
kedua pascapersalinan yang disertai dengan gejala infeksi
lainnya (nyeri, lochia sanguinea purulenta, sekret berbau,
eritema, dsb)
Insidens dan ranah:
penyebab utama kematian maternal di negara
berkembang
terjadi pada persalinan traumatik dan tidak bersih
komplikasi dapat berupa: syok, abses pelvik dan pelvio
thrombosis
Patofisiologi
flora normal pada traktus genitalis adalah potensial
patogenik

fungsi protektif selaput ketuban akan hilang bila

selaput pecah jauh sebelum lahirnya bayi
infeksi intrapartum ditandai dengan meningkatnya
lekosit dan C-reactive protein
persalinan traumatik memberi peluang bagi invasi
mikroorganisme patogen
Faktor Predisposisi
 trauma dan nekrosis jaringan selama
persalinan menjadi mekanisme dan media
bagi infeksi
 diskontinuitas kulit/mukosa (mis., episiotomi,
seksio, laserasi, dsb)
partus
 waktunyalama dan ketuban pecah sebelum

 gizi dan hygiene yang buruk


Bakteri penyebab
- palingsering:
Escherichia coli, Kelbsiella, Proteus &
Bacteroides fragilis
- penyerta:
Clostridium, Staphylococcus aureus &
Pseudomonas
- eksogenik:
Group A beta-hemolytic streptococci
Gambaran klinik
umumnya mulai dari 2-3 hari postpartum
demam, nyeri perut bawah, nyeri tekan uterus
disertai pula dengan : lemah, anoreksia, lochia berbau
penyakit makin berat bila terjadi demam tinggi dan
gejala peritonitis
Group A beta-hemolytic stretpococci
utama pada peritonitis dan septikemia
adalah bakteri
Infeksi nifas dapat berupa:
endomyometritis

infeksi saluran kemih

infeksi luka episiotomi atau seksio

mastitis

pelvio atau femoral thromboflebitis
apendisitis
lain-lain: infeksi saluran pernapasan atas
Pencegahan

gunakan teknik aseptik


antibiotika profilaksis pada seksio sesar dan KPSW
(cefotaxime atau ampicillin dosis tunggal 1-2 G
terbukti menurunkan kejadian infeksi)
Terapi
persalinan pervaginam: ampicillin 1 g / 6 jam)
seksio sesar:
flagyl 500 mg/8 jam + cefoxitin 2g/6 jam
atau
aminoglikosida (gentamycin/tobramycin) 60-100 mg/8 jam +
clindamycin 900 mg/8 jam
Terapi

• Antibiotika diberikan hingga 48 jam bebas demam.


• Bila demam berlanjut setelah pemberian kombinasi
aminoglikosida-clindamycin, tambahkan golongan
penisilin untuk mencakup enterococci
• Antibiotika diberikan untuk minimal 5 hari
Perhatikan!
 makin banyak jenis antibiotika diberikan, akan
makin tinggi risiko kolitis nekrotik
 antibiotika diekskresikan melalui ASI tetapi pada
banyak kasus, jumlahnya tidak bermakna secara
klinik

hindarkan penggunaan tetrasiklin
Hal penting:
infeksi episiotomi: beri antibiotika, lepaskan
jahitan bila banyak pus dan lakukan irigasi
fascitis nekrotik: kasus jarang, bila terjadi dapat
berkembang secara progresif, timbul gangrene
dan risiko tinggi sepsis (selain antibiotika lakukan
debridement)
Gejala dan tanda yang selalu didapat Gejala lain yang mungkin didapat Kemungkinan diagnosis
Nyeri perut bawah, Lokhia purulenta, Perdarahan pervaginam, Syok, Leukositosis, terutama polimorfonuklear Metritis , (Endometritis / Endomiometritis)
Uterus tegang dan subinvolusi
Nyeri & distensi perut bawah, Demam terus menerus Dengan antibiotik tidak membaik, Massa adneksa atau kavum Douglas Abses pelvik

Nyeri perut bagian bawah Perut yang tegang (rebound tenderness) Peritonitis
Bising usus tidak ada Anoreksia/muntah
Nyeri payudara dan tegang Payudara bengkak dan nyeri(kedua payudara) Bendungan pada payudara
Biasanya terjadinya antara hari 3-5 pascapersalinan
Nyeri payudara dan tegang/bengkak Radang, bengkak, kemerahan dgn batas yang jelas, hanya satu payudara, 3 Mastitis
– 4 minggu pascapersalinan

Payudara yang tegang dan padat kemerahan Pembengkakan dengan adanya fluktuasi Abses payudara
Mengalir nanah
Nyeri pada luka / irisan dan tegang/indurasi Luka/irisan pada perut dan perineal yang mengeras atau indurasi, keluar pus Selulitis pada luka (perineal /
dan Kemerahan Abdominal)
Luka insisi yang terinfeksi cairan serous atau kemerahan dari luka; tidak ada / sedikit erithema dekat Abses atau hematoma pada luka insisi
luka insisi
Disuria Nyeri lumbal, nyeri suprapublik tanpa nyeri tekan uterus dan menggigil Infeksi pada traktus urinarius

Demam yang tinggi walau mendapat antibiotika Menggigil, Ketegangan pada otot kaki , Komplikasi pada paru, ginjal, Thromboflebitis:
persendian, mata dan jaringan subkutan pelviotrombo-flebitis
Femoralis
Sesak napas, Batuk dan Demam Dispenea, sakit berat dan nyeri dada Pneumonia

Mengigil dan Demam Pembesaran hati, limpa dan ikterus, nyeri epigastrium Malaria, Tifoid, Hepatitis
Perhatikan!
septik pelvio thromboflebitis umumnya
disebabkan oleh bakteri anaerobik
pasien sudah mendapat antibiotika tetapi demam
tinggi tetap terjadi:
• singkirkan penyebab lain
• berikan heparin (60-80 IU/kg BB) dan gejala
seharusnya membaik setelah pemberian obat ini
Learning Issue
Kriteria bayi sehat
Kriteria bayi sehat
• Baru dilahirkan  menangis
• Berat badan lahir 2.9 kg sampai 3.6 kg
• Warna kulit kemerahan
• Pernafasannya teratur, bagian dada dan dinding perut ikut bergerak
secara teratur
• Bergerak aktif
• Anggota badannya lengkap dan sempurna
• Fesesnya berwarna hijau pada hari ke-1 sampai ke-7, setelah itu
kuning
• Warna urin jernih atau kekuningan
• Warna putih di bagian matanya
• Bayi melakukan kontak mata, tersenyum dan tertawa
• Bayi dapat tidur teratur dan jarang menangis
• Bayi dapat menyangga tubuhnya sendiri (3 bulan)
Learning Issue
KGD ibu dan anak
Gawat Janin
• Berbagai keadaan janin yang kemungkinan berakhir dengan seksio
sesarea atau persalinan buatan lainnya.
• Dinilai berdasarkan DJJ dan kemungkinan adanya meconium pada
cairan amnion.
• Disebut gawat janin, bila DJJ diatas 160x/menit atau dibawah
100x/menit, DJJ tidak teratur, atau keluarnya meconium yang kental
pada awal persalinan
• Pemantauan DJJ dilakukan setiap 15 menit pada kala I , setiap setelah
his pada kala II. Denyutnya harus dihitung selama 1 menit
• Bila ditemukan tanda gawat janin, maka penderita dimiringkan ke kiri,
beri oksigen dengan menggunakan masker, hentikan pemberian
oksitosin, dan beri tokolitik bila terjadi hiperstimulasi
Labor induction
• Procedure used to stimulate uterine contractions during pregnancy
before labor begins on its own
Why it’s done?
• You're still pregnant a week or two past your due date
• When the fluid-filled amniotic sac surrounding your baby ruptures,
fluid leaks from your vagina
• Placenta not functioning properly
• Preeclampsia
Risks
• The need for a C-section
• Premature birth
• Low heart rate
• Infection
• Umbilical cord problems
• Uterine rupture
• Bleeding after delivery
Technique
• If cervix hasn't started to soften, efface (thin out), or dilate (open up),
must use either medicinal or “mechanical” methods to ready cervix
before induction
• Use of IV infusion of oxytocin
• Need to be induced but cervix is not ready yet  insert
prostaglandins to vagina . (ripen cervix and stimulates contractions)
• Ripen cervix also can be done by inserting a thin tube with one or two
tiny uninflated balloons on the end (foley catheter). When the
balloons. Fill the balloons with water  increased pressure on
cervix stimulates release of prostaglandins
• Rupture of the membranes
Contraindications
• Plasenta previa
• Polihidroamnion
• History of c-section
PARTUS LAMA
• Atau distosia  persalinan yg abnormal/sulit.
• Penyebab dibagi jd 3 gol.:
• Kelainan tenaga(kelainan his)
• Kelainan janin
• Kelainan jalan lahir
Jenis kelainan His
• Inersia uteri
• fundus berkontraksi lbh kuat dan lebih dahulu drpd bagian lain
• Penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak sbrp
• His terlampau kuat/hypertonic uterine contraction
• Mnyebabkan partuspresipitatus  perlukaan luas pd jalan lahir (vagina dan
perineum), trjdnya tekanan kuat pd janin
• Adanya lingkaran Bandl/lingkaran retraksi patologik
• Terasa nyeri terus menerus dan gelisah
• Ruptura uteri krn regangan segmen bawah uterus berlebihan
• Incoordinate uterine action
• Ditandai : tonus otot uterus trs meningkat, jg di luar his, kontrasinya tidak ada
sinkronisasi tiap bagiannya  his tidak efisien dlm mengadakan pembukaan
• Tonus otot uterus  rasa nyeri yg lbh keras&lama  hipoksia pd janin
Kelainan kala I
• Fase laten memanjang
• Apabila lama fase laten >20jam(nulipara), >14jam(multipara)
• Faktor yg berpengaruh : anestesi regional/sedasi berlebih, keadaan servix buruk (tebal,
tdk pendataran)
• Fase aktif memanjang
• Protraction (brlarut”) : pembukaan <1,2cm/jam(nulipara); <1,5cm/jam (multipara)
• Arrest (tak maju) :tidak adanya pembukaan servix dlm 2 jam; tidak adanya penurunan
janin dlm 1 jam
• Penurunan kepala janin pd persalinan aktif
Kelainan kala II
• Kala II memanjang
• Batasnya : nulipara :2jam +3jam dgn anestesi regional; multipara : 1jam+2jam dgn
anestesi regional
• Penyebab kurang kuatnya gaya ekspulsif
• Anestesi/sedasi berat
Learning Issue
Resusitasi bayi
Resusitasi neonatus
• Merupakan suatu prosedur yg diaplikasikan untuk neonatus yg gagal
bernapas spontan
• Langkah resusitasi agar berhasil
• Segera lakukan Nilai Apgar 1 menit untuk memulai resusitasi
• Dilakukan o/ petugas terlatih dan alat dlm kondisi dan berfungsi baik
• Sblm persalinan dimulai
• Menginformasikan unit neonatologi mengenai persalinan
risiko tinggi
• Petugas/ahli resusitasi hrs hadir pd persalinan (normal)
• Untuk asfiksia hrs hadir 2 ahli resusitasi
• Cek dan pastikan alat berfungsi baik
• Infant warmer & handuk/kain hangat dipersiapkan
• Cek alat penghisap lendir, oksigen, sungkup wajah dgn
ukuran yg sesuai dgn BB bayi, balon resusitasi
• Siapkan sebuah pipa Endotrakea, dgn ukuran sesuai dgn
BB bayi
• Siapkan obat”an, kateter umbilikal dan baki
• Stlh persalinan
• Saat bayi lahir, lakukan penilaian berikut
• Kehamilan cukup bulan?
• Air ketuban jernih dan tidak tercampur mekonium?
• Bayi bernapas adekuat/menangis?
• Tonus otot bayi baik?
• *bila smua “ya”  lakukan perawatan (menghangatkan, membuka
membersihkan jalan nafas, mengeringkan dan menilai warna)
• *bila salah satu “tidak”  persiapkan langkah awal resusitasi
• Langkah awal resusitasi
• Tempatkan bayi dibawah infant warmer
• Letakan bayi terlentang pd posisi setengah tengadah u/ mmbuka jalan
napas. Gulungan handuk diletakkan di bawah bahu untuk membantuk
cegah fleksi leher dan penyumbatan jalan napas
• Bersihkan jalan napas atas dengan mengisap mulut terlebih dahulu
kemudian hidung (dgn bulb syringe, alat hisap lendir, / kateter pengisap)
• Pengisapan yg kontinyu dibatasi 3-5 detik pd satu pengisapan (hisap mulut
dulu u/ cegah aspirasi)
• Pengisapan agresif dilakukan jika tdpt mekonium pd jalan napas
• Keringkan, stimulasin ganti kain yg basah dgn kain yg kering dan reposisi
kepala
• Tindakan harus kurang dr 30 dtk
• Menilai pernapasan
• Jika bayi mulai bernapas teratur dan memadai, periksa denyut jantung. Jika
>100x/menit dan tidak sianosis stop resusitaasi. Jika sianosis berikan
oksigen aliran bebas
• Ventilasi tekanan positif
• jika tidak terdpt pernapasan/bayi megap”, ventilasi tekanan + (VTP)
diawali dgn menggunakan balon resusitasi dan sungkup, dgn
frekuensi 40-60x/menit
• Jika denyut jantung <100x/menit, bernapas memadai, VTp hrs
dimulai dgn kecepatan 40-60x/menit
• Intubasi endotrakea diperlukan jika bayi tidak berespon thdp VTP
dgn menggunakan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan bersiap u/
memindahkan bayi ke NICU(neonatal intensive care unit)
• Kompresi dada
• Jika denyut <60x/menit stlh 30 dtk VTP yg memadai kompesi dada harus
dimulai
• Dilakukan pd sternum di proksimal dari prosesus sifoideus, jgn menekan
diatas sifoid. Kedua ibu jari petuga yg meresusitasi digunakan untuk menekan
sternum, sementara jari” lain mengelilingi dada/jari tengah dan telunjuk dari
satu tangan dpt digunakan untuk kompresi sementara tangan yg lain
menahan punggung bayi
• Kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terkoodinasi dgn rasio 3:1
• Pemberian obat
• Epinefrin diberikan jika denyut jantung tetap <60x/menit stlh 30dtk VTP dan 30 dtk lg
VTP dan kompresis dada
• Dosis Epinefrin 0.1-0.3 ml/kg berat badan secara IV melalui v.umbilikal
• Bila melalui endotrakeal tube, 0.3-1.0 ml/kg berat badan
• Volume expander, NaCl 0.9% atau ringer latktat dapat diberikan dalam bentuk bolus
10ml/kg selama 5-10 menit.
• Natrium bikarbonat
• Nalokson hidroklorid
Lanjutan
• Catat nilai APGAR
• Bayi memerlukan asuhan intensif  rujuk ke RS terdekat
• Jika sudah stabil  pindahkan ke ruang neonatal
Learning Issue
ASI eksklusif
Manajemen laktasi
• ASI ekslusif  pemberian ASI tanpa • Hindari penggunaan dot
makanan dan minuman tambahan • Bari ASI yg dipompa menggunakan
lain (0-6bln) cangkir/selang nasogastrik bila bayi
tidak mampu menyusu/ ibu tidak bisa
• Tatalaksana : brsama bayi spanjang waktu
• Beri informasi bahwa ASI eksklusif • Cuci puting dan buat ibu dlm posisi
diberi hgg 6 bln dan dilanjutkan santai sblm menyusui (diberi
MPASI s.d 2 thn sandaran dan penampang siku
• Frekuensi dan lama menyusui tidak
dibatasi
• Pemberian formula hanya jika ada
alasan dan instruksi medis
Perhatian dlm menyusui
• Posisi • Setelah selesai
• Kepala,leher, tubuh bayi dlm 1 garis lurus • Bayi melepas payudara spontan
• Badan bayi menghadap ke dada ibu • Bayi tampang tenang dan mengantuk
• Badan bayi melekat ke ibu • Bayi tampak tidak berminat lg pd ASI
• Sluruh badan bayi tersangga dgn baik • Tanda bayi mendapat ASI cukup
• bayi melekat baik • BAK bayi 6x/24jam
• Dagu bayi menempel pd payudara ibu • BAB bayi berwarna kekuningan “berbiji”
• Mulut bayi terbuka lebar • Bayi tampak puas stlh minum ASI
• Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di • Tidak ada aturan ketat frekuensi bayi
dlmnya menyusu (biasa 10-12x/24jam)
• Areola jg masuk ke mulut bayi • Payudara terasa lembut dan kosong setelah
menyusui
• bayi menghisap dgn efektif • BB bayi bertambah
• Menghisap secara mendalam dan teratur
• Kadang diselingi istirahat
• Tidak terdengar kecapan
• Anjuran u/ meningkatkan produksi ASI: kurangi nyeri
• Menyusu dgn cara benar • Penanganan payudara yg bengkak
• Menyusu tiap 2 jam akibat bendungan ASI :
• Posisi menyusu yg baik, trdapat suara • Kompres payudara dgn kain basah/hangat
menelan aktif 5menit
• Menyusui di tempat yg tenang dan • Urut payudara dari arah pangkal menuju
nyaman putting
• Minum setiap kali menyusui • Kluarkan ASI dari bagian depan payudara shg
putting jd lunak
• Tidur bersebelahan dgn bayi • Susukan bayi tiap 2-3 jam
• Perawatan payudara : • Letakan kain dingin pd payudara stlh
• Jaga payudara ttp kering dan bersih menyusui
• Memakai bra yg menyokong payudara
• Oleskan kolostrum/ASI pd putting susu yg
lecet
• Lecet berat  ASI dikluarkan dan ditampung
dgn sendok
• Minum parasetamol 1500mg/6jam untuk
Manajemen laktasi
• ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik dari ibu untuk
anak yang baru dilahirkannya
• Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi tiap saat.
• Kolostrum pada hari pertama sampai 4-7 hari. Setelah itu ASI
peralihan sampai 3-4 minggu. Setelah itu ASI matur.
• Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi
• 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi dan perlu
ditambahkan MPASI yang lumat sampai lunak
• Di atas 12 bulan, ASI memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Pemberian ASI
dianjurkan sampai paling kurang 2 tahun.
• Perlu diberi penyuluhan pada antenatal kepada ibu agar termotivasi
untuk memberikan ASI.
• Segera setaelah bayi stabil dalam waktu <30 menit setelah bersalin,
bayi diletakkan di dada ibunya untuk mencari putting susu dan
menghisapnya ( waktu 30-60 menit) (IMD)
• Merawat ibu bersama bayinya atau rawat gabung
• Petugas mengajarkan kepada ibu cara memosisikan dan melekatkan
bayi pada payudara bagi mereka yang belum dijelaskan pada masa
antenatal
Cara menyusui yang benar
1. Cuci tangan dengan air bersih
2. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung
3. Perah sedikt ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya
4. Posisikan bayi dengan benar
Pemberian ASI jangan dijadwal !
Nutrisi pada ibu menyusui
• Makanan tinggi protein, daging tanpa lemak, telur, kacang-kacangan
• Makanan yang tinggi besi, kalsium
• Konsumsi suplemen vitamin B-12
• 400-500 kalori per hari
• 1 slice roti gandum dengan sekitar 16gram selai kacang/ 1 sendok makan.
• Pisang atau apel
• Dan 227 gram yogurt
• Minum yang cukup
• Kurangi kafein, alkohol
Post partum blues syndrome
• perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita setelah
melahirkan bayinya
• Menangis tanpa sebab yang jelas
• Mudah kesal
• Lelah
• Cemas
• Tidak sabaran
• Enggan memperhatikan si bayi
• Tidak percaya diri
• Sulit beristirahat dengan tenang
• Mudah tersinggung
Terapi Farmakologis & Laktasi
Faktor2 Obat yg Mpengaruhi Transfer Obat dr Sirkulasi Maternal
Ke Dalam Susu ASI :
• Derajat pengikatan protein di dalam sistem sirkulasi maternal
• BM obat
• Klarutan lipid obat & isi lemak pd susu
• Kadar plasma maternal
• T1/2 obat
• pH obat
Terapi Farmakologis & Laktasi
Faktor dr infan yg mpengaruhi jumlah obat yg dicerna via
mnyusui :
• Frekuensi mnyusui
• Jumlah susu yg dicerna
Terapi Farmakologis & Laktasi
Strategi utk m(-)i risiko pd infan dr obat yg ditransferkan via ASI,
pilihlah obat dgn :
 T1/2 pendek
 > berikatan dgn protein
 Bioavaibilitas ↓
 Kelarutan lemak ↓
Learning Issue
Kontrasepsi
Kontrasepsi
• Jenis
• Mekanisme kerja
• Efek samping
• Indikasi
• Kontraindikasi
• Cara pemberian
• KIE
JENIS
• Kontrasepsi Non-hormonal: sederhana untnuk
• Senggama terputus(koitus perempuan) diafragma
Interruptus) • Kontrasepsi dgn obat-obatan
• Pembilasan pascasanggama spermitisida
(postcoital douche)
• Perpanjangan masa menyusui
anak (prolonged lacatation)
• Pantang berkala (rhythm
method)
• Kondom (kontrasepsi sederhana
untuk laki”)
• Pessarium (kontrasepsi
JENIS
• Kontrasepsi hormonal
• Pil kotrasepsi
• Kombinasi
• Mini pill (continous low-dose progesterone pill)
• Postcoital contraception (morning after pill)
• Amenorea pascapil
• Kontrasepsi suntikan
• Suntikan setiap 3 bulan (depo provera)
• Suntikan tiap bulan (monthly injectable)
JENIS
• AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) // IUD (intra uterine device)
• Kontrasepsi mantap pd perempuan (sterilisasi)
• Sterilisasi pd laki-laki (vasektomi
Senggama terputus
• Penarikkan penis dari vagina sblm terjadinya ejakulasi disadari
• (+) gratis, tanpa alat
• (-) perlu ketepatan dan pengendalian  metode kurang
berhasil
Pembilasan pascasanggama (postcoital douche)

• Pembilasan vagina dengan air biasa / tanpa tambahan larutan


obat (cuka)
• Kurang efektif karena sblm pembilasan, spermatozoa sbagian
besar sudah masuk ke serviks uteri
Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged
lacatation)
• “efektivitas menyusui anak dpt mencegah ovulasi dan
memperpanjang amenorea prostpartum”  tp ovulasi pd
suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama
setelah partus  shgga konsepsi dpt trjadi lg
Pantang berkala (rhythm method)
• Dgn menentukan kapan waktu subur dan waktu tidak
subur
• (-) sulit untuk menentukan waktu yg tepat dari
ovulasi, pd perempuan yg siklus menstruasi tidak
teratur
• Bisa efektif jika disertai dgn cara pengukuran suhu
basal badan  dilakukan setiap hari
kondom
• Awal  mencegah penularan infeksi seksual
• Abad-18  kontrasepsi
• Mekanisme : pengaman/pembungkus penis sewaktu koitus dan
mencegah pengumpulan sperma dlm vagina
• (+) cegah IMS, kontrasepsi
• (-) rasa tidak nyaman dari karet kondom tsbt, bisa tjd kebocoran
• E.S : tidak ada; kecuali alergi dgn bahan kondom
• Perhatian dlm penggunaan kondom
• Sblm koitus, pastikan kondom trpasang baik
• Pemasangan dilakukan saat penis dlm keadaan
ereksi (blm sunat preputium di tarik dulu)
• Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom
untuk menapung sperma
• Gunakan bahan pelicin secukupnya
• Keluarkan penis dari vagina masih dlm keadaan
ereksi, pastikan kondom tdk tertinggal dan bocor
Diafragma vaginal
• Trbentuk atas kantong karet yg berbentuk mangkok dengan per(dari
logam tipis/kawat halus) elastis pd pinggirnya
• Mekanisme : diafragma dimasukkan ke dlm vagina sblm koitus + obat
spermatisida dimasukkan ke dlm mangkuk dan dioleskan pd
pinggirnya
• Anjuran penggunaan :
• Tidak ada pilihan lain yg lbh baik
• Frekuensi koitus yg tidak sbrp tinggi
• Jika pil, IUD, & cara lain dihentikan smntara waktu krn suatu sebab
• K.I :
• Sistokel yg berat
• Prolapsus uteri
• Fistula vagina
• Hiperanterofleksio/hiperretrofleksio uterus
E.S : tidak banyak; alergi, tmpt perkembang biakan bakteri pd penggunaan yg lama
(-) perlu diperhatikan dgn benar pemasangannya, cocok untuk perempuan yg punya
pengertian dan pemahaman yg baik, pemakaian harus teratur, tingkat kegagalan lbh
tinggi drpd pil/IUD
(+) hmpr tidak ada E.S, bisa berhasil bila ada motivasi yg baik, bisa sbg pengganti pil, IUD
• Cara pemakaian :
• Tentukan ukuran diafragma  dgn
mengukur jarak antara simfisis
bagian bawah dan forniks vagina
posterior dgn jari telunjuk serta jari
tengah (dilakukan dokter)
• Pinggir mangkuk dijeput antara ibu
jari dan jari telunjuk dan diafragma
dimasukkan ke dlm vagina ssuai
sumbunya
• Stlh pemasangan selesai pasien
harus meraba dgn jarinya bahwa
porsio servisis uteri terletak diatas
mangkuk, pinggir atas diafragma di
forniks
Spermitisida
• T.d 2 komponen zat kimiawi yg mampu mematikan spermatozoon
dan vehikulum yg nonaktif yg dibutuhkan utk mmbuat tablet/jelly
• Busa yg dihasilkan saat dimasukkan ke dlm vagina dpt mengelilingi
serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum
• Biasa di kombinasi dgn cara lain (diafragma vaginal)
• E.S : jarang; alergi
Pil Kontrasepsi Kombinasi
• progesteron sintetik, esterogen (etinil estradiol dan mestranol)
• Mekanisme :
• estrogen dlm pil  menekan sekresi FSH menghalani maturasi folikel dalam
ovarium, pengeluaran LH jg tidak ada  tjd ovulasi terganggu
• Estrogen dosis tinggi dpt mempercepat perjalanan ovum yg menyulitkan
trjadinya implantasi dlm endometrium dari ovum yg dibuahi
• Mekanisme :
• Progesteron pd pil kombinasi  dpt mmperkuat kerja estrogen untuk cegah ovulasi,
• Progesteron dosis tinggi dpt menghambat ovulasi
Efek samping
• Kelebihan progesteron • Nyeri mammae, fluor albus
• Perdarahan tidak teratur • Muntah, diare, kembung
• Nafsu makan +  BB + • Hipertensi
• Acne • Pmbesaran mioma uteri
• Alopesia • E.s berat
• Mammae mengecil • Trombo-emboli, emboli paru,
• Fluor albus trombosis otak
• hipomenore
• Kelebihan esterogen
• Mual, retensi cairan, sakit
kepala
• K.I :
• Mutlak : adanya tumor yg
dipengaruhi estrogen, penyakit hati,
trombosis, kelainan serebro vaskuler,
DM, hamil
• Relatif : migrain, mioma uteri, HT,
oligomenorea dan amenorea

(+) efektivitas dpt dipercaya, frekuensi


koitus tidak perlu teratur, keluhan
dismenore primer jd
berkurang/hilang
(-) harus diminum tiap hari, motivasi
harus kuat, e.s sprti mual dll, dpt
menimbulkan amenorea persisten,
cukup mahal untuk bbrp daerah
• Pemilihan pil kombinasi
• Pemberian pil pertam akali dipakai pil yg mengandung 50mikrogram mestranol & 1 gr
norethindrone
• Jika efek yg dirasakan banyak, pilih pil yg mengandung estrogen <50mikrogram
• Jika ada breakthrough bleeding ganti dgn esterogen yg > tinggi
• Cara pakai
• Pil yg berjumlah 21-22 diminum mulai dari hari ke-5 haid tiap hari satu scara terus
menerus s.d habis (sebaiknya diminum malam hari)
• Jika lupa  minum esok paginya dilanjutkan malamnya
• Jika lupa 2 hari  minum 2 pil keesokan harinya dan 2 pil lusa nya
• !tidak dianjurkan melakukan sediaan apus (papaniculaou, smear) & px. Mammae 1x
setahun pd pemakai pil
• Pil sekuensial
• Di Indonesia  tdk di edarkan, <efektif, hanya untuk hal tertentu
• Mini pil (umumnya tdk dipakai u/ kontrasepsi)
• Bukan penghambat ovulasi, efek utama  thdp lendir serviks&endometrium (nidasi
blastokista tdk dpt terjadi)
• Postcoital contraception
• Esterogen dosis tinggi  menghalangi implantasi blastokista dlm endometrium
• Amenorea pascapil
• Kemungkinan amenorea stlh minum pil dikakrenakan pil menghambat pengeluaran
GnRH / penyebab diluar pil
Kontrasepsi suntikan
• Suntikan tiap 3 bulan (depo provera) injectable)
• (+) efektivitas tinggi, pemakaian • Mekanisme : mencegah ovulasi
sederhana, reversibel • harus di suntikkan tepat waktu
• (-) perdarahan tidak teratur, amenore
• Indikasi : postpartum dan sdg menyusui
• Waktu dan dosis : diberikan sesudah air
susu ibu trbentuk (hari ke 3 s.d 5) dsuntik
dlm dosis 150mg/cc) sekali 3 bulan
• Mekanisme :
• Menekan GnRH  ovulasi tidak terjadi
• Pengentalan lendir serviks  hambat
penetrasi sperma
• Halang implantasi ovum
• Mempengaruhi transpor ovum di tuba
• Suntikan setiap bulan (monthly
IUD/AKDR
• Mekanisme (pendapat)
• IUD di kavum uteri menimbulkan reaksi
peradangnan+sebukan leukosit 
menghancurkan blastokista/sperma
• Ditemukan bahwa sifat & isi cairan uterus
mengalami perubahan dlm pemakaian IUD 
blastokista tdk dpt hidup dlm uterus
• Kontraksi uterus trjadi pd pemakai IUD  halang
nidasi, disebabkan peningkatan PG dlm uterus
• Jenis
• Indonesia = lippes loop (terbuka linear)
• Dibagi dlm bentuk trbuka linear dan trtutup cincin
• (+) hanya sekali pemasangan, tdk ada • Sewaktu haid berlangsung
efek sistemik, ekonomis, efektif, • Postpartum
reversibel • Postabortum
• E.S : • Sewaktu seksio sesarea
• Perdarahan • Follow up
• Rasanya nyeri dan kejang perut • 1 mgg ssudah pemasangan
• Gangguan pd suami • 3 bln kemudian
• Ekspulsi (pengeluaran sendiri)  sering • Tiap 6 bln
trjd pd wanita muda , sering trjdi 3 • Diangti 2-3 thun
bulan pertama
• Komplikasi
• Infeksi
• Perforasi  periksa keberadan
spekulum benang, rontgen, laparoskopi
• Waktu pemasangan
• Cara pengeluaran
• Menarik benang IUD kluar dari OUteriE dgn cara  pinset atau cunam (bila
benang tampat diluar), ultrasonografi/rontgen (bila benang tak nampak
• Bisa dgn pengait IUD
• Laparoskopi/ minilaparotomi untuk IUD translokasi
Sterilisasi
• Tidakan yg dilakukan pd kedua tuba Fallopii / • Aldridge
vas deferens  tidak dpt hamil lg • Peritoneum dari lig. Latum dibuka,
• (+) motivasi hanya 1 kali, efektivitas hmpr kmudian tuba distal dan fimbrae ditanam
100%, tidak mempengaruhi libido seksualis, ke lig. latum
tidak ada kegagalan dr pihak pasien • Uchida
• Cara : • Tuba ditaruk ke luar abdomen melalui
insisi kecil diatas simfisis pubis, kmudian
• Pomeroy suntik di daerah ampulla tuba dgn larutan
• > dilakukan, dgn mengangkat bagian adrenalin  maka mesosalfing daerah tsb
tengah tuba shingga terbentuk lipatan menggembung dibuat sayatan kecil 
terbuka, dan dasarnya diikat benang yg serosa di bebaskandari tuba  setelah
dpt diserap, lalu tuba diatas dasarnya tuba ditemukan dijeput,diikat, dan
dipotong diguntinh
• Irving • Kroener
• tuba dipotong antara dua ikatan benang • Pengeluaran fimbria dari tuba
yg dpt diserap, ujung proksimal tuba
ditanam ke dlm miometrium, ujung
distalnya ditanam pd lig. latum
uchida

irving

aldridge
Vasektomi
• Operasi kecil dgn menggunakan • Teknik : anestesi di kulit skrotum
anastesi lokal dan jaringan sekitarnya dan pd
• Indikasi : jaringan di skitar vas deferens 
• Pasangan suami istri tidak ingin hamil
menentukan lokasi vas  dijepit
lg dan dkluarkan dari sayatan 
• Pihak suami bersedia dipotong 1-2cm dan kedua ujungnya
diikat  diulangi pd skrotum
• K.I : sebelahnya
• Masalah dlm penyembuhan luka
• Komplikasi : infeksi,nyeri, hematom,
• (+) tidak timbul kelainan epididimitis, trbentuk granuloma
fisik/mental, tdk ganggu libido, dpt
dikerjakan scara poliklinis

Anda mungkin juga menyukai