Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOPARATIROID

Oleh :
Kelompok 2
Pengertian

Hipoparatiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolisme


kalsium dan fosfat yang terjadi karena produksi hormon paratiroid
yang kurang sehingga menyebabkan hipokalsemia. (Kowalak, 2011)
Etiologi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2001) penyebab yang paling


sering ditemukan adalah sekresi hormon paratiroid yang kurang
adekuat akibat suplai darah terganggu atau setelah jaringan
kelenjar paratiroid diangkat pada saat dilakukan tiroidektomi,
paratiroidektomi atau diseksi radikal leher.
Patofisiologi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2001) yaitu gejala hipoparatiroidisme disebabkan oleh
defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar posfat darah (hiperposfatemia)
dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia). Tanpa adanya parathormon akan
terjadi penurunan absropsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium
dari tulang dan disepanjang tubulus renalis. Penurunan ekskresi posfat melalui ginjal
menyebabkan hipopospaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan
hipokalsiuria.
Manifestasi Klinis

Menurut (Brunner & Suddarth, 2000) :

1. Tetani laten : kebas, semutan dan kram pada ekstremitas; kekakuan pada tangan dan kaki.

2. Tetani nyata : spasme bronko, spasme laring, spasme arpopedal, disfagia, fotofobia,
disritmia jantung, dan konvulsi.

3. Gejala lain : ansietas, peka rangsang, depresi, dan delirium.


Penatalaksanaan

Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) :

1. Penatalaksanaan medis

a. Hipoparatiroidisme kronis ditangani dengan diet tinggi kalsium dan rendah fosfor. Pasien
harus menghindari susu, produk susu, kuning telur, dan bayam.

b. Apabila hipokalsemia dan tetanus terjadi setelah tindakan tiroidektomi, segera berikan
kalsium glukonat per IV. Sedatif (pentobarbital) dapat diberikan. Parathormon parenteral
dapat diberikan, pantau reaksi alergi dan perubahan kadar kalsium serum.
Lanjutan ...
2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Letakkan kalsium glukonat disamping tempat tidur jika pasien mengalami gangguan
jantung, disritmia, atau mendapatkan obat digitalis, kalsium glukonat diberikan secara
perlahan dan dengan hati – hati.

b. Lakukan pemantauan jantung secara kontinu dan lakukan pengkajian yang cermat;
kalsium dan digitalis meningkatkan kontraksi sistolik dan juga memperkuat kerja satu
sama lain; kondisi ini dapat menimbulkan disritmia yang berakibat fatal.

c. Jelaskan kepada pasien mengenai medikasi dan terapi diet, rasional perlunya asupan tinggi
kalsium dan rendah fosfat, dan gejala hipokalsemia serta hiperkalsemia.
Pengkajian Fokus

1. Identitas Klien

Nama: Tn. K

Umur : 67 tahun

Keluhan Utama : Satu bulan terakhir mengeluh kesulitan menelan,


sering kejang dan berdebar – debar.
2. Analisa Data
Data Etiologi Problem
Data subjektif : Kejang atau tetani Resiko cidera.
Pasien mengeluh kesulitan
menelan, sering kejang dan
berdebar – debar.

Data objetif :
Satu tahun yang lalu menderita
kanker tiroid dan dilakukan Odema laring atau aktivitas Ketidakefektifan bersihan
tiroidektomi. kejang. jalan nafas.
Pemeriksaan lebih lanjut
menderita hipoparatiroid.
3. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko cidera berhubungan dengan kejang atau tetani.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan


dengan odema laring atau aktivitas kejang.
Pathways lihat di word
Intervensi dan Rasional
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko cedera Tujuan : Klien tidak 1. Ciptakan lingkungan 1. Mencegah terjadinya
berhubungan dengan mengalami cedera. yang aman untuk risiko cidera.
resiko kejang atau KH : pasien. 2. Menentukan
tetani. 1. Pasien dapat 2. Identifikasi kebutuhan kebutuhan pasien
mengidentifikasi resiko keamanan pasien, terhadapm keamanan
kesehatan yang berdasarkan tingkat dan menentukan
mungkin. fisik, fungsi kognitif dan intervensi yang tepat.
2. Status kognitif pasien sejarah tingkah laku. 3. Mencegah risiko
baik skala 5. 3. Jauhkan objek cidera.
3. Pasien mengetahui berbahaya dari 4. Melatih pasien untuk
tentang risiko cidera. lingkungan. meminimalisir faktor
4. Pasien mengetahui 4. Ajari pasien bagaimana penyebab risiko
strategi untuk cara duduk, berdiri dan cidera.
mengatasi risiko cidera. berjalan yang aman
untuk meminimalkan
cedera bila diperlukan.
Lanjutan ...
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Ketidakefektifan jalan Tujuan : Jalan nafas 1. Pantau rate, irama, 1. Mengetahui tingkat gangguan
nafas berhubungan efektif. kedalaman, dan usaha yang terjadi dan membantu
dengan oedema KH : respirasi. dalam menetukan intervensi
laring atau aktivitas 1. Frekwensi, irama, dan 2. Monitor suara napas yang akan diberikan.
kejang. kedalaman tambahan. 2. suara napas tambahan dapat
pernafasan normal. 3. Auskultasi untuk menjadi indikator gangguan
2. Auskultasi paru mendengarkan stridor kepatenan jalan napas yang
menunjukan bunyi laring setiap 4 jam. tentunya akan berpengaruh
yang bersih. 4. Siapkan untuk terhadap kecukupan pertukaran
berkolaborasi dengan udara.
dokter dalam mengatasi 3. Adanya stridor suatu tanda
status efileptikus adanya oedema laring.
misalnya : intubasi, 4. Kolabroasi dengan dokter dalam
pengobatan. hal tindakan wewenang dokter
(pengobatan dan tindakan).

Anda mungkin juga menyukai