Anda di halaman 1dari 29

KEMOTERAPI PADA TUMOR

NASOFARING
DI BAGIAN INTERNE RSUP
M.DJAMIL PADANG

MAGISTER FARMASI KLINIK


UNIVERSITAS ANDALAS
KANKER NASOFARING

 Merupakan kanker yang terdapat pada


nasopharing, berada di antara belakang
hidung dan esofagus. Kanker ini merupakan
tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia
Etiologi
 Kaitan antara virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan
asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya
penyakit ini.
 Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan
tetap tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu
kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk
mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator
 Kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara
terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan
virus ini sehingga menimbulkan karsinoma nasofaring
Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya
karsinoma nasofaring yaitu :

1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin.


2. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan
dan kebiasaan hidup.
3.Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap
karsinogen, seperti : benzopyrene, benzoanthracene,
gas kimia, asap industry, asap kayu, beberapa
ekstrak tumbuhan
4. Ras dan keturunan
5. Radang kronis daerah nasofaring
6. Profil HLA
Gejala Klinik

1. Gejala Dini.
a. Gejala telinga : Rasa penuh pada telinga, Tinitus,
Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung : Epistaksis, Hidung tersumbat
c. Gejala mata dan saraf : Diplopia, Gerakan bola mata
terbatas
2. Gejala lanjut
- Limfadenopati servikal
- Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
- Gejala akibat metastase jauh.
Penatalaksanaan

1. Radioterapi
sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting
dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring.
2. Kemoterapi
Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada karsinoma
nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. Terutama
diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.
3. Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa
diseksi leher radikal dan nasofaringektomi
STUDI KASUS
 Nama Pasien : Tn Y
 No. MR : 70.63.95
 Umur : 69 Tahun
 Jenis Kelamin : Pria
 Berat Badan : 50 kg
 Tinggi Badan : 166 cm
 Luas Permukaan Tubuh : 1,51
 Biaya Pengobatan : Jamkesmas
Riwayat Penyakit Sekarang
 Bengkak dileher kiri meningkat sejak 1 bulan yang lalu, bengkak
awalnya sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu sebesar biji kacang
tanah. 6 bulan yang lalu muncul bengkak dileher kanan yang makin
membesar
 Telinga kanan terasa tersumbat terutama jika pasien berbaring
kesebelah kanan. Penurunan pendengaran (-), pasien sudah berobat
ke RSUD Payakumbuh dan dirujuk ke RSUP M Djamil.
 Hidung berdarah (-), pandangan kabur (-)
 Sakit kepala (+), dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, sakit kepala
berkurang jika pasien minum obat.
 Demam (-), batuk (-)
 Penurunan nafsu makan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu
 Penurunan berat badan (-)
 BAK dan BAB (+), normal
Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat sakit jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit keluarga

Alergen : Obat (-), makanan (-)

Masalah sosial yang berhubungan dengan obat


Alkohol :-
Kopi : setiap hari, semenjak sakit sudah berhenti
Merokok : √, perokok aktif, baru berhenti setelah sakit
Data lab/ organ vital
No Parameter 5/9 16/9 25/9 Normal
1 Hb (mmol/L) 15,9 11,9 8-12
2 Leukosit (/mm3) 7300 7800 5000-10000
3 Trombosit (/mm3) 242.000 354.000 150.000-400.000

4. Hematokrit (%) 49 37 40-48


5. Total Koleseterol (mg/dl) 141 < 220

6. HDL kolesterol (mg/dl) 40 >65


7. LDL Kolesterol (mg/dl) 74 <150
8. Trigliserida (mg/dl) 135 <150
9. Ureum darah (mg.dl) 29 22 17 10 - 50

10. Kreatinin darah (mg/dl) 0,9 1,2 1,4 0,7 – 1,1

11. Asam urat (mg/dl) 5,0 2,8 4,6 3-7


12. Kalsium (mg/dl) 9,7 9,3 8,1 – 10,4
13. Natrium (mg/dl) 131 135 131 139 - 145

14. Kalium ( mg/dl) 4,2 4,2 4,5 4,4 – 4,8

15. Klorida serum (mg/dl) 98 103 99 96 - 102

16. Total Protein (g/dl) 6,8 6,8 7,2 6,6 – 8,7

17. Albumin ( g/dl) 3,4 3,4 3,8 3,8 – 5,0

18. Globulin (g/dl) 3,4 3,4 3,4 1,3 – 2,7

19. Bilirubin total (mg/dl) 0,4 0,3 0,3 – 1,0

20. SGOT 22 22 17 < 38 I <32

21. SGPT 28 21 26 < 41 I < 31

22. Alkali fosfatase 176 177 234 <270 I <240

23. Gama GT 46 8,0 - 61

24. LDH 355 275 240 -480


Data hasil pemeriksaan fisik dan data penunjang
lain

Tanggal Keadaan Kesadaran Tekanan Pernapasan Nadi Suhu


Umum Darah ( °C)
17/9 Sedang CMC 120/70 18 x/i 80 x/i 36,5
18/9 Sedang CM 110/70 20 x/i 80 x/i Af
19/9 Sedang CM 110/70 20 x/i 80 x/i Af
20/9 Sedang CM 110/70 18 x/i 82 x/i Af
21/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 88 x/i Af
22/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 82 x/i Af
23/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af
24/9 Sedang CM 110/70 20 x/i 80 x/i Af
25/9 Sedang CM 100/70 22 x/i 80 x/i Af
26/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af
27/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af

28/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af

29/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af

30/9 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af

1/10 Sedang CM 100/80 20 x/i 80 x/i 36

2/10 Sedang CM 100/80 20 x/i 80 x/i Af

3/10 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af

4/10 Sedang CM 100/80 20 x/i 80 x/i Af

5/10 Sedang CM 100/70 20 x/i 80 x/i Af


Tabel Pengobatan

Nama Obat / Tanggal 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Pengobatan harian

Tramadol (k/p)

NTR 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Ondansentron (k/p)
PROTOKOL TERAPI Ca NASOFARING
Perhitungan Dosis

1. Cisplatin
Dosis : 60 mg/m2
Dosis yang diberikan berdasarkan luas permukaan
tubuh :

= 1,518 m2
 Jadi, dosis cisplatin yang diberikan = 60 mg/ m2 x
1,518 m2 = 91,08 mg
 Kesimpulan : Dosis yang diberikan aman dan
sesuai.
2. Ondansetron
Dosis : 16 mg diberikan 30 menit sebelum kemoterapi

3. Difenhidramin
 Dosis : Dewasa dan remaja : 10-50 mg IM atau IV
setiap 4-6 jam, bila perlu. Dosis tunggal 100 mg
dapat diberikan bila perlu. Dosis maksimal 400
mg/hr.
 Dosis yang diberikan : 1 ampul 30 menit sebelum
kemoterapi, 1 ampul = 50 mg/ml
 Kesimpulan : Dosis sehari tidak melewati dosis
terapi tetapi tidak sesuai dengan frekuensi dan
4. Deksametason
 Dosis : 10-20 mg sebelum terapi dan dapat
ditingkatkan sampai 40 mg setelah terapi
 Dosis yang diberikan : 2 ampul = 5 mg/ml 30 menit
sebelum kemoterapi
 Kesimpulan : Dosis yang diberikan sudah tepat dan
sesuai dengan dosis terapi

5. Ranitidin
 Dosis : 50 mg diberikan iv
 Dosis yang diberikan : 1 ampul 30 menit sebelum
terapi.
 Kesimpulan : Dosis yang diberikan sudah tepat dan
sesuai dengan dosis terapi
6. Tramadol
 Dosis : 50-100 mg po, tiap 4-6 jam jika perlu
dan jangan melebihi 400 mg/hari atau 300
mg/hari pada pasien berumur > 75 tahun.
 
Cara penyiapan obat
1. Cisplatin
 Serbuk dilarutkan dalam 2L dekstrosa 5% dalam ¼ atau ½
larutan NaCl atau NaCl 0,9%. Jangan gunakan dekstrosa 5%
dalam air.
 Simpan vial pada suhu kamar, 15-25°C, hindari cahaya
matahari langsung, larutan jangan disimpan beku karena dapat
menyebabkan terjadinya endapan.
Stabilitas larutan tergantung pada konsentrasi ion klorida dan
harus disimpan pada larutan natrium klorida (setidaknya NaCl
0.3%).
 Larutan dalam NaCl, D5/0,45% NaCl atau D5/NaCl sampai
mencapai konsentrasi 0.05 - 2 mg/mL stabil selama 72 jam
pada 4-25°C.
2. Ondasentron
 Diencerkan dalam larutan dekstrosa 5% atau
NaCl0,9%, larutan ini stabil 48 jam pada
temperature ruangan (suhu kamar).
 Simpan sediaan tablet pada suhu antara 2
dan 30°C. Simpan blister dan botol di dalam
karton. Simpan sediaan ampul pada suhu <
30°C. Lindungi semua sediaan dari cahaya.
3. Difenhidramin
 Kompatibilitas pada pencampuran :
 Kompatibel :
Amikacin, aminophylline, ascorbic acid injection, bleomycin,
buprenorphine, colistimethate, erythromycin lactobionate,
hydrocortisone sodium succinate, lidocaine, methyldopate,
nafcillin, netilmicin, penicillin G potassium , penicillin G sodium,
polymyxin B, vitamin B complex dengan C.
Inkompatibel :
Amobarbital, amphotericin B, dexamethasone sodium
phosphate with lorazepam and metoclopramide, iodipamide
meglumine, phenytoin, phenobarbital, thiopental.
 Stabil dalam : dextran 6% dalam dextrose, dextran 6% dalam
NS, D5LR, D51/4NS, D51/2NS, D5NS, D5W, D10W, emulsi
lemak 10%, LR, 1/2NS, NS.
4. Deksametason
 Larutan Injeksi : Simpan dalam temperatur ruang; hindari dari
cahaya dan penyimpanan beku. Stabilitas injeksi setelah
dicampur pelarut adalah 24 jam pada suhu 25°C, sedang dalam
refrigrator (4°C) : 2 hari. Injeksi dapat diencerkan dalam 50-100
mL NS atau D5W.

5. Ranitidin
 Vial injeksi disimpan pada suhu antara 4°C-30°C, terlindung
dari cahaya. Larutan jernih tak berwarna sampai berwarna
kuning; warna yang agak tua tidak mempengaruhi potensi.
Larutan injeksi dalam vial dapat dicampur dengan normal saline
atau larutan dekstrosa 5% dalam air, larutan stabil selama 48
jam pada suhu kamar.
 Dilarutkan 50 mg dalam 50-100 ml dekstrosa 5% selama 15-20
menit.
PENYIAPAN OBAT SITOSTATIKA INTRAVENA
Apakah Ruangan Sudah Memenuhi Prinsip
Keamanan sesuai standar ?
Keamanan Petugas?
Cara terpaparnya obat sitostatika
kedalam tubuh
 Inhalasi  Terhirup pada saat
rekonstitusi.
 Absorpsi  Masuk dalam kulit jika
tertumpah.
 Ingestion  Kemungkinan masuk
jika tertelan.
Tujuan Safe Handling Cytostatic
Intravena
 Produk terlindung dari kontaminasi
microba ( teknik aseptis ) Mutu
terjamin.

 Personal dan lingkungan yang


terlibat, terlindung dari paparan
bahan berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai