Anda di halaman 1dari 11

OM SWASTYATU

Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan “LEGALITAS”


NAMA KELOMPOK
1. KADEK APRIYANTI (1806091071)
2.KADEK NOVYA ANGGARWATI DEWI (1806091072)
3.NYOMAN SUCI HATI (1806091073)
4.NI KOMANG LAKSMITA SARI (1806091074)
PENGERTIAN ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Menurut KBBI : Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: Kepmenkes. RI Nomor:
pelayanan yang diterima 36 Th. 2009, dalam Ketentuan Umum, 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
oleh sesorang dalam pengertian pelayanan kesehatan yang standart profesi bidan, Pelayanan
hubungannya dengan lebih mengarahkan pada obyek Kebidanan adalah bagian integral dari
pencegahan, diagnosis dan pelayanan yaitu pelayanan sistem pelayanan kesehatan yang
pengobatan suatu gangguan kesehatan yang ditujukan pada jenis diberikan oleh bidan yang telah
kesehatan tertentu. upaya, meliputi upaya peningkatan terdaftar (teregister) yang dapat
(promotif) pencegahan (preventif), dilakukan secara mandiri, kolaborasi
pengobatan (kuratif) dan atau rujukan.
pemulihan (rehabilitatif).

pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan


seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan) yang sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
LATAR BELAKANG SISTEM LEGISLASI TENAGA BIDAN
INDONESIA
1. UUD 1945 upaya pembangunan nasional yaitu pembangunan disegala
bidang guna kepentingan, keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan
seluruh rakyat indonesia secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan.
2. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

3. Peningkatan SDM

4. Visi pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010


PENGERTIAN LEGISLASI
APA ITU LEGISLASI
??
Proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang
sudah ada melalui serangkaian kegiatan
sertifikasi (pengaturan kompetensi),
registrasi (pengaturan kewenangan), dan
lisensi (pengaturan penyelenggaraan
kewenangan).
TUJUAN LEGISLASI
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut meliputi (farelya
dan nurrobikha, 2015) :
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
2. Memberi kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profisionalisme
SIB (Surat Izin Bidan) adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh DEPKES yang menyatakan bahwa bidan berhak
menjalankan pekerjaan kebidanan.
PERANAN LEGISLASI
Peranan legislasi adalah menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi
sendiri, legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional. Dalam memberikan pelayanan
ada hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien atau masyarakat, diantaranya:
1. Pelayanan yang tidak aman
2. Sikap petugas yang kurang baik
3. Kurangnya komunikasi
4. Salah prosedur
5. Kurangnya sarana prasarana
6. Kurangnya informasi

Selain hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, adapula kriteria agar bidan dikatakan
professional, yaitu:
1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktek berdasarkan evidence based
4. Menggunakan beberapa sumber informasi
CONTOH KASUS. . .
JEMBER- kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di jember jawa timur, seorang
ibu muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air.
Diduga korban yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitaannya, di
sebabkan kelalaian bidan yang masih magang di puskesmas setempat yang
menangani persalinannya. Kini kasus dugaan malpraktek ini di tangani dinas
kesehatan kota jember.
Kasus dugaan malpraktek ini dialami ika agustinawati, warga desa semboro kidul,
kecamatan semboro, jember. Ibu muda berusia 22 tahun ini, menjadi korban
dugaan malpraktek, usai menjalani proses persalinan anak pertamanya, irza
praditya akbar. Melihat kondisi bayi yang besar, bidan praktek tersebut melakukan
episiotomi atas pengawasan bidan puskesmas..
LANJUTAN. . .
Diduga karena kecerobohan bidan yang masih magang saat menolong persalinannya di puskesmas tanggul, ika
mengalami luka robek di bagian organ vital hingga ke bagian anus. Akibatnya, selain terus-terusan mengalami
kesakitan, sejak sebulan lalu korban terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya.
Saat menjalani proses persalinan 3 februari 2011 lalu, korban dibantu oleh beberapa bidan magang, atas
pengawasan bidan puskesmas. Namun, salah seorang bidan magang diduga melakukan kesalahan saat
menggunting dinding kemaluan korban.
Terkait kasus ini pihak puskesmas tanggul saat ini belum memberikan keterangan resmi. Namun, salah
seorang bidan magang di duga melakukan kesalahan saat menggunting dinding kemaluan korban.
Terkait kasus ini pihak puskesmas tanggul saat ini belum memberikan keterangan resmi. Namun, kepala dinas
kesehatan kota jember tengah menangani kasus ini.
Jika terbukti terjadi malpraktek, dinas kesehatan berjanji akan menjatuhkan sanksi terhadap petugas persalinan
tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku.
IDENTIFIKASI KASUS. . .
Sesuai dengan PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 10 ayat 3a bahwa
bidan di berikan kewenangan melakukan episiotomi, tetapi melakukannya harus
terdapat indikasi-indikasi tertentu di antaranya : jalan lahir sempit, bayi terlalu
besar, ukuran panggul sempit.
Pada kasus diatas bidan melakukan episiotomi atas indikasi bayi besar, namun
bidan salah dalam melakukan pengguntingan organ kewanitaannya ( episiotomi ).
kesalahan tersebut menyebabkan ibu harus buang air besar melalui organ
kewanitaannya. Jika bidan terbukti melakukan malpraktek, maka bidan akan
dipidana sesuai ketentuan pasal 35 peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996
tentang tenaga kesehatan.
TERIMA KASIH. . .

Anda mungkin juga menyukai