Anda di halaman 1dari 59

Konsep Mutu dan Keselamatan

Pasien
Akreditasi sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan
FKTP dan Keselamatan Pasien
Basic Concepts:
Client Centered Care
Access
Quality – Quality
assurance/quality management
Safety (pmk 1691/2011) – Risk
management
Pengertian mutu
• Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby,
1984)
• Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan
pelanggan melalui perbaikan sluruh proses secara berkelanjutan
(Zimmerman)
• Donabedian: Tidak dapat dibuat satu definisi ttg mutu
• Donabedian mengusulkan definisi sbb:
• The absolutist definition: the possibility of benefit and harm to health as valued by
practitioner, with no attention to cost
• Defisini absolut: kemungkinan terjadinya manfaat atau cedera terhadap kesehatan
sebagaimana dinilai oleh praktisi kesehatan tanpa mempertimbangkan biaya
• The individualized definition: the patient’s expectations of benefit and/or harm and other
undesired consequences
• Defisini individual: ekspektasi pasien terhadap manfaat dan/atau terjadinya cedera dan
konsekuensi yang tidak diharapkan
• The social definition: the cost of care, the benefit/harm continuum, distribution of health care
as valued by the population in general
• Definisi sosial: biaya pelayanan, manfaat atau cedera yang terjadi sepanjang proses
pelayanan, distribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dinilai oleh masyarakat secara
umum.
Mutu (Kemenkes)
Mutu pelayanan kesehatan
adalah kinerja yang menunjuk
pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yang
disatu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta
dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan
Trilogy Juran
Quality planning
Quality control
Quality improvement

Juran menjelaskan bahwa agar pelayanan kita


bermutu, maka mutu perlu direncanakan,
dikendalikan, dan secara berkelanjutan
ditingkatkan atau disempurnakan
Standar mutu
(Donabedian)
Standar struktur
Standar proses
Standar outcome

Menurut Donabedian: perlu dilakukan standardisasi agar pelayanan


yang kita berikan bermutu. Standar meliputi: standar struktur/input,
standar proses, dan standar outcome/hasil
14 Prinsip Deming
1. Peningkatan mutu merupakan tujuan yang secara konsisten hendak dicapai
2. Menerapkan filosofi mutu
3. Mengurangi ketergantungan pada pengawasan
4. Hentikan pendapat bahwa “harga membawa nama”
5. Peningkatan yang berkesinambungan sistem pelayanan dan produksi
6. Pendidikan dan pelatihan karyawan
7. Kepemimpinan yang mempunyai komitmen thd mutu
8. Menghilangkan rasa takut dalam iklim kerja
9. Menghilangkan barier antar unit kerja
10. Membatasi slogan
11. Mengurangi penekanan pada angka pencapaian target
12. Menghilangkan hambatan thd kepuasan kerja
13. Merencanakan dan melaksanakan program diklat yang membangun
14. Melaksanakan proses perubahan
14 langkah Crosby
1. Komitmen manajerial
2. Pembentukan Kelompok Kerja Mutu
3. Pengukuran
4. Penetapan biaya mutu
5. Kembangkan kesadaran akan mutu
6. Lakukan tindakan koreksi
7. Perencanaan cacat nihil (zero defect)
8. Pendidikan dan pelatihan
9. Penetapan hari bebas cacat (zero defect)
10. Penetapan tujuan yang jelas
11. Hilangkan penyebab terjadinya penyimpangan
12. Penghargaan
13. Pembentukan dewan mutu
14. Lakukan sebagai kegiatan yang berkesinambungan
Dimensi Mutu (WHO)
Akses thd pelayanan

Keefektifan

Efisiensi

Keamanan

Kelangsungan layanan

Kompetensi tehnis

Kenyamanan

Hub. Antar manusia


8 Prinsip dasar peningkatan
mutu • Pusat perhatian pada pelanggan
(client centered)
• Kepemimpinan
• Keterlibatan personil
• Pendekatan proses
• Pendekatan sistem untuk pengelolaan
• Peningkatan berkesinambungan
• Pembuatan keputusan berdasarkan
fakta
• Kepedulian timbal balik dengan
mitra/pihak ketiga (pihak-pihak yang
diajak kerjasama dlm pelayanan)
Mutu pelayanan puskesmas
mutu

SISTEM SISTEM
MANAJEMEN PELAYANAN
MUTU

SISTEM
MANAJEMEN
Penyebab masalah mutu:
Variasi Proses
1 Proses tidak diukur dg baik

2 Proses tidak dimonitor dg baik

3 Proses tidak dikendalikan dg baik

4 Proses tidak dipelihara dg baik

5 Proses tidak disempurnakan

6 Proses tidak didokumentasikan dg baik


Mutu pelayanan puskesmas
Komitmen
Leadership

SISTEM
SISTEM PELAYANAN
MANAJEMEN Mengukur -Struktur
Memonitor
MUTU Mengendalikan
-Proses
Memelihara -Outcome
Menyempurnakan
Mendokumentasikan
Mengukur Indikator

Kinerja
Memonitor
Pelaksanaan proses

Standar/
Mengendalikan
SPO

Ringkas, Rapih,
Memelihara
Resik, Rawat, Rajin

CQI:
Menyempurnakan
Siklus PDCA
PRIMUM, NON NOCERE
FIRST, DO NO HARM

 HIPPOCRATES’S TENET
 (460-335 BC)
Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan:

Upaya upaya yang dirancang untuk: mencegah


terjadinya “adverse outcomes/events” (hasil/kejadian
yang tidak diharapkan, yang disebabkan bukan oleh
kondisi pasien) sebagai akibat “tindakan yang
tidak aman” atau “kondisi laten”
Beberapa definisi
• Adverse event (Kejadian tidak diharapkan=KTD): Cedera yang
diakibatkan oleh pengelolaan klinis bukan oleh kondisi pasien.
• Kejadian Tidak Cedera (KTC): terjadi error dalam pengelolaan
klinis tetapi tidak terjadi cedera
• Near miss (Kejadian nyaris cedera=KNC): suatu kejadian atau
situasi yang sebenarnya dapat menimbulkan kecelakaan, trauma
atau penyakit tetapi belum terjadi karena secara kebetulan
diketahui atau upaya pencegahan segera dilakukan
• Kondisi Potensial Cedera (KPC): suatu keadaan yang mempunyai
potensi menimbulkan cedera
Penyebab terjadinya
kejadian tidak diharapkan (KTD=Adverse event)

• Tindakan yang tidak aman (unsafe act):


• Human error:
• Slips: error sebagai akibat kurang/teralihnya perhatian atau salah persepsi)
• Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori lupa/tdk ingat)
• Mistakes: Kesalahan yang terkait dengan proses mental dalam assessment
informasi yang tersedia, kesalahan dalam merencanakan asuhan, kesalahan
dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan klinis
• Violation (pelanggaran)
• Sabotage (sabotase)

(Reason, 1997)
• Kondisi laten (latent condition):
• Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi terjadinya error
• Sumber daya yang tidak memenuhi persyaratan

(Reason, 1997)
Multi-Causal Theory “Swiss
Cheese” diagram (Reason, 1991)
Situasi/kondisi yang memudahkan terjadi medical error

Tekanan waktu
Lingkungan kerja yang tidak menentu
Beban kerja yang tinggi
Menghadapi situasi, alat, kasus yang belum pernah sebelumnya
Kesibukan yang tinggi shg kurang istirahat
Tuntutan kecepatan dlm menangani kasus setiap saat
Petunjuk yang meragukan/tidak tepat
Terlalu percaya diri
Komunikasi yang tidak memadai
Lingkungan kerja dg stress tinggi
Risiko yang mungkin terjadi pada sarana
pelayanan kesehatan
(McCaffrey & Hagg-Rickert, Risk Management Handbook, pp 100-104, 2004)

Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien


Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga kesehatan yang lain
Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
Risiko financial
Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan
penggunaan kendaraan/alat transportasi, misalnya ambulans,
vans, sepeda motor dsb)
Risiko pada saat akses ke faskes

Akses
Kegagalan
melakukan akses
Keterlambatan akses
Salah
menuju/memilih
tempat pelayanan
Risiko pada saat pendaftaran

Pendaftaran
Kekeliruan identitas rekam
medis
Rekam medis tidak ditemukan,
dibuatkan rekam medis baru,
Kartu identitas tertukar,
Rekam medis tertukar
Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana
asuhan
Pengkajian
&
Penyusunan
Rencana asuhan

Salah diagnosis
Salah baca hasil pem. penunjang
Salah interpertasi hasil
Salah menyusun rencana terapi
Risiko pada
Tindakan dan
Pemberian obat

Pelaksanaan asuhan tidak sesuai rencana asuhan


Kekeliruan dalam melakukan tindakan medik/keperawatan
Kekeliruan dalam menyediakan diit
Kekeliruan dalam penulisan resep, penyediaan obat,
pemberian obat yang tidak perlu, tidak memberikan obat yang
diperlukan, peracikan obat, informasi ttg obat, dsb
Pemberian pelayanan yang tidak bersih,
Pemberian terapi yang tidak dimonitor
Risiko pada
saat
Evaluasi
dan tindak
lanjut
Risiko pada
saat kembali
ke
rumah/masya-
rakat
Proses manajemen risiko
Menetapkan lingkup
Manajemen risiko
Kajian risiko (risk assessment)

Identifikasi risiko
Monitoring,
Komunikasi audit
dan dan
Konsultasi Analisis risiko Tinjauan
pd (review)
stakeholders Dukungan
Evaluasi risiko internal
tdk
ya

Tindakan/treatment
terhadap
risiko
Health care regulation
(Nihal Hafez, 1997)

Suatu aksi sosial yang dilakukan


(oleh pemerintah) untuk
mempengaruhi secara langsung atau
tidak langsung terhadap perilaku dan
fungsi tenaga kesehatan dan/atau
organisasi kesehatan

30
Mekanisme regulasi

Perijinan (lisensi)
Sertifikasi
Akreditasi

31
Definisi Akreditasi
ISQua (2001) :Accreditation is a public recognition
by a national healthcare accreditation body of the
achievement of its accreditation standards by a
healthcare organisation, demonstrated through an
independent external peer assessment of that
organisation’s level of performance in relation to
the standards.
Akreditasi adalah pengakuan oleh public melalui
lembaga akreditasi pelayanan kesehatan nasional
pada suatu organisasi pelayanan kesehatan atas
tingkat pencapaian terhadap standar akreditasi
yang diwujudkan melalui penilaian eksternal oleh
peer secara independen thd tingkat kinerja terkait
dengan standar tsb.
Akreditasi puskesmas dan fasyankes tingkat
pertama

Pengakuan terhadap puskesmas, klinik


pratama, praktik dokter dan praktik dokter
gigi yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai
bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama itu
memenuhi standar pelayanan fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang telah
ditetapkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan secara berkesinambungan
Penyelenggaraan
Pelayanan
Peraturan (Produksi):
Perundangan Kebijakan
-mengukur
Pedoman Outcome
Pedoman Kr.Acuan -memonitor
Pelayanan
Acuan Prosedur
-mengendalikan
Manual Kepuasan
Standar -memelihara
-menyempurnakan
-mendokumentasikan

Akreditasi

Standar
Akreditasi
Akreditasi Puskesmas

Pelayanan Klinis

Pelayanan
Yang Penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Masyarakat
diakreditasi
Administrasi manajemen
Puskesmas
Standar akreditasi puskesmas disusun dalam 9
bab, dengan 802 elemen penilaian (EP):
Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59 EP
Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 121 EP
Bab III. Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko (PMMR) dengan 32 EP
Bab IV. Upaya Puskesmas yang Berorientasi Sasaran (UPBS) dengan 53 EP
Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Puskesmas (KMPP) dengan 101 EP
Bab VI. Sasaran Kinerja dan MDG’s (SKM) dengan 55 EP
Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 EP
Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 EP
Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan 58 EP
4 Bab standar akreditasi klinik
(TOTAL 503 EP)

Bab I Kepemimpinan dan Manajemen Klinik (KMK) : 122 EP


Bab II Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) : 151 EP
Bab III Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK): 172 EP
Bab IV Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) : 58 EP
Standar akreditasi Praktik Dokter Mandiri
(227 EP)
Bab I Kepemimpinan dan Manajemen Praktik Mandiri (KMPM) dengan
71 EP
Bab II Layanan Klinis dan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
(LKPM) dengan 156 EP
Struktur standar

• Bab:
• Standar:
• Kriteria :
• Pokok Pikiran:
• Elemen Penilaian
BAB I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)

Standar
1.1. Analisis Kebutuhan Masyarakat dan Perencanaan Puskesmas
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan Puskesmas diidentifikasi dan tercermin dalam Upaya Puskesmas. Peluang untuk pengembangan dan
peningkatan pelayanan diidentifikasi dan dituangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

Kriteria 1.1.1
Di Puskesmas ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat dan dilakukan kerja sama untuk mengidentifikasi dan merespon
kebutuhan dan harapan masyarakat akan pelayanan Puskesmas yang dituangkan dalam perencanaan.

Pokok Pikiran:
Pukesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan dasar perlu menetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya dengan mendapatkan masukan dari masyarakat melalui
proses pemberdayaan masyarakat.
Penilaian kebutuhan masyarakat dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan sektor terkait dan kegiatan survei
mawas diri, serta memerhatikan data surveilans untuk kemudian dilakukan analisis kesehatan komunitas (community health analysis) yang
menjadi bahan untuk penyusunan rencana Puskesmas.
Rencana Puskesmas …..dst

Elemen Penilaian:
1. Ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan berdasarkan prioritas
2. Tersedia informasi tentang jenis pelayanan dan jadwal pelayanan.
3. Ada upaya untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat.
4. Ada Informasi tentang kebutuhan dan harapan masyarakat yang dikumpulkan melalui survey atau kegiatan lainnya.
5. Ada perencanaan Puskesmas yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dengan melibatkan masyarakat dan sektor terkait yang
bersifat komprehensif, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
6. Pimpinan Puskesmas, Penanggungjawab, dan Pelaksana Kegiatan menyelaraskan antara kebutuhan dan harapan masyarakat dengan visi, misi,
fungsi dan tugas pokok Puskesmas
PENDEKATAN PENDAMPINGAN
(1) Jika system sudah terbentuk:
Lakukan pendekatan dengan memperhatikan tiap Elemen Penilaian, dan penuhi EP tersebut:
Contoh system pelayanan klinis (Bab VII): dapat digunakan pendekatan EP

(2) Jika system belum terbentuk/tertata:


Lakukan pendekatan system:
• Pelajari system pelayanan tsb (misalnya pelayanan laboratorium)
• Gunakan pendekatan: Input – Proses – Output (bias dimulai dari Output dulu: jenis pelayanan
yang disediakan, ukuran kinerja output), dilanjutkan: untuk mencapai output tsb sumber daya
apa saja yang dibutuhkan: sdm, reagen, dsb) dan bagaimana memenuhi kebutuhan sumber
daya tsb. Kemudian dilanjutkan dengan membangun proses: proses pelayanan dan
bagaimana proses pengendalian dan peningkatan mutu
(3) Pendekatan dengan melihat hirarki dokumen:
• Awali dengan penyusunan kebijakan yang dipersyaratkan
• Susun pedoman-pedoman/panduan untuk melaksanakan kebijakan tersebut
• Susun SOP-SOP yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
ada pada pedoman
• Susun rencana (atau kerangka acuan) program/kegiatan
• Implementasi program, monitoring dan tindak lanjutnya
Kebijakan

Pedoman/Panduan

(Rencana/KAK)
Program
Kegiatan SPO

Implementasi

Rekam implementasi
Kebijakan pelayanan farmasi
Kebijakan pelayanan obat, yang berisi:
1.Kebijakan peresepan obat (termasuk peresepan obat narkotika dan psikotropika)
2.kebijakan pelayanan obat rawat inap dan rawat jalan
3.kebijakan penyediaan dan penggunaan obat
4.kebijakan pengendalian dan penilaian penyediaan dan penggunaan obat
5.kebijakan pelayanan obat 7 hari 24 jam pada puskesmas dengan rawat darurat
6.kebijakan persepan obat sesuai formularium
7.Kebijakan penyediaan obat sesuai formularium
8.Kebijakan penanganan obat kedaluwarsa
9.Kebijakan tentang efek samping obat, riwayat alergi, obat yang dibawa pasien rawat inap
10.Kebijakan monitoring efek samping obat
11.Kebijakan pengendalian pengawasan penggunaan psikotropika dan narkotika
12.Kebijakan penyediaan obat emergensi
13.Kebijakan jika terjadi kesalahan pemberian obat dan pelaporannya (KTD, KNC, dsb)
Pedoman pelayanan farmasi
Pendahuluan: latar belakang, ruang lingkup, landasan hukum
Pengorganisasian
Standar ketenagaan
Standar fasilitas
Tata laksana pelayanan farmasi:
peresepan obat
pelayanan obat
pengadaan obat
penyimpanan obat
distribusi obat
monitoring dan penilaian thd penggunaan dan penyediaan obat
pencegahan dan penanganan obat kaduluwarsa
pelayanan dan penyimpanan obat psikotropika dan narkotika
rekonsiliasi obat
monitoring efek samping obat
penyediaan dan penggunaan obat emergensi
Logistik pelayanan obat
Kendali mutu pelayanan farmasi dan Keselamatan pasien
Keselamatan kerja karyawan farmasi
Penutup
SPO
1.SPO peresepan obat (termasuk peresepan obat narkotika dan psikotropika)
2.SPO pelayanan obat rawat inap dan rawat jalan
3.SPO penyediaan dan penggunaan obat
4.SPO pengendalian dan penilaian penyediaan dan penggunaan obat
5.SPO pelayanan obat 7 hari 24 jam pada puskesmas dengan rawat darurat
6.SPO monitoring persepan obat sesuai formularium
7.SPO penanganan obat kedaluwarsa
8.SPO penanganan efek samping obat, riwayat alergi, obat yang dibawa pasien rawat inap
9.SPO monitoring efek samping obat
10.SPO pelayanan obat psikotropika dan narkotika
11.SPO pengendalian pengawasan penggunaan psikotropika dan narkotika
12.SPO jika terjadi kesalahan pemberian obat dan pelaporannya (KTD, KNC, dsb)
Program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien di farmasi
Pendahuluan
Latar belakang
Pengorganisasian tim mutu dan keselamatan pasien di farmasi
Tujuan dan sasaran
Kegiatan pokok:
penilaian kinerja dan mutu pelayanan farmasi (mulai dari penetapan indikator,pengumpulan indikator, analisis, dan
tindak lanjut)
monitoring kejadian efek samping obat dan tindak lanjutnya
monitoring kejadian kesalahan pemberian obat dan tindak lanjutnya
penyusunan formularium obat, monitoring peresepan obat sesuai formularium dan revisi formularium
pengelolaan risiko pelayan obat
pendidikan staf tentang mutu dan keselamatan pasien
Penjadualan
Evaluasi pelaksanaan kegiatan sesuai jadual yang direncanakan dan pelaporannya
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi
Implementasi
Bukti pelaksanaan SPO dalam kegiatan pelayanan
Bukti monitoring pelaksanaan SPO, hasil monitoring dan tindak
lanjutnya
Bukti pelaksanaan kegiatan sesuai dengan penjadualan program dan
hasil-hasil serta tindak lanjutnya
(4) Khusus untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien (Bab III, VI, IX):
a. Susun kebijakan mutu puskesmas dan keselamatan pasien
b. Susun (Rencana) Program mutu puskesmas dan keselamatan pasien (Quality Plan), yang memuat:
• Program mutu manajerial:
• Penilaian kinerja manajerial
• Audit internal
• Penilaian kontrak kerja manajerial
• Penilaian kinerja SDM non Klinis
• Diklat mutu untuk karyawan puskesmas
• Program mutu UKM:
• Penilaian kinerja tiap UKM
• Pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan mutu UKM melalui survey, SMD, dan MMD
• Pencapaian sasaran MDGs
• Program mutu klinis (11 program)
11 program kegiatan mutu klinis
1. Penilaian kinerja klinis
2. Penilaian pencapaian sasaran keselamatan pasien
3. Penilaian kinerja dan perilaku SDM Klinis dan rekredensial
4. Penyusunan dan monitoring pelaksanaan Pedoman Praktik klinis
5. Pelaporan dan tindak lanjut jika terjadi KTD, KNC, KTC, KPC
6. Penyelenggaraan diklat mutu dan keselamatan pasien untuk praktisi klinis
7. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas
8. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien pelayanan laboratorium
9. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan obat
10. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan
radiodiagnostik
11. Evaluasi kontrak kerja klinis (PKS klinis)
c. Menyusun SPO/Panduan/Pedoman termasuk Panduan Praktik klinis
d. Implementasi program mutu dan keselamatan pasien
e. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien
f. Pelaporan dan diseminasi hasil pelaksanaan program mutu dan keselamatan
pasien
Untuk Bab I, II, IV, V
(5) Pendekatan manajemen (POACE):
Susun Perencanaan
Susun Pengorganisasian
Bagaimana Pelaksanaannya (Actuating):
• Kebijakan
• SPO
• Pelaksanaan sesuai rencana dan SPO
• Koordinasi dan komunikasi
Controlling
Evaluating
Perhatikan kasus berikut ini
Kriteria 1.1.1
Jenis pelayanan ditetapkan tetapi belum berdasar prioritas
Informasi ttg pelayanan sudah ada
Upaya menjalin komunikasi dg masyarakat belum ada
Belum dilakukan survey kebutuhan dan harapan masyarakat
Ada perencanaan puskesmas RUK dan RPK tetapi tidak melalui analisis
kebutuhan masyarakat
Rencana disusun belum mengacu pada visi, misi dan tata nilai
puskesmas
Kriteria 1.1.2.
Belum ada umpan balik masyarakat thd pelayanan puskesmas
Tanggapan masyarakat thd mutu belum diidentifikasi
Belum ada tanggapan thd keluhan masyarakat
Apa kesimpulannya ?
Sistem perencanaan di puskesmas tsb belum berjalan dengan baik
Sistem pemberdayaan masyarakat belum berjalan dengan baik
Visi misi puskesmas (mungkin) perlu ditinjau kembali

 lalu apa yang harus dilakukan ?


Perlu meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk perencanaan
puskesmas  pelatihan perencanaan puskesmas (?)
Perlu meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk
pemberdayaan masyarakat  pelatihan pemberdayaan masyarakat (?)
Terimakasih

Learn more at http://aka.ms/officemix

Anda mungkin juga menyukai