Anda di halaman 1dari 40

Luka Bakar

DEFINISI/PENGERTIAN LUKA BAKAR

 Luka bakar adalah bentuk cedera pada kulit


akibat trauma oleh panas, listrik, zat kimia
atau zat radioaktif.
 Cedera inhalasi adalah kejadian yang sering
menyertai luka bakar, yang sering
mengakibatkan angka kematian yang tinggi
(50-60%).
ETIOLOGI LUKA BAKAR
 Sebagian besar kejadian kecelakaan
yang mengakibatkan luka bakar
terjadi di rumah selain di tempat
kerja.
 Luka bakar akibat terbakar api
merupakan kasus terbanyak pada
pasien dewasa dan terkena benda
panas pada anak-anak.
 Pada remaja luka bakar tersering
akibat tersengat listrik
 Pria lebih sering mengalami luka
bakar dari wanita
 Etiologi lain: Zat kimia, Radioaktif,
frost bite
PATOFISIOLOGI
CEDERA LUKA BAKAR
 Cedera luka bakar umumnya terjadi akibat penghantaran energi
panas dari sumber panas ke tubuh manusia. Ada beberapa
faktor yang menghambat penghantaran panas di tubuh manusia:
 Konduktifitas dari jaringan yang terkena. Jaringan yang paling
buruk menghantarkan panas adalah tulang dan yang baik dalam
penghantaran panas adalah jaringan otot, pembuluh darah dan
persarafan.
 Keadekuatan dari sirkulasi perifer
 Ketebalan dari kulit, jenis atau ketebalan baju
pelindung atau kelembaban kulit
Patofisiologi (Lanjutan)
 Reaksi fisiologis dari luka bakar
sama dengan reaksi inflamasi
pada umumnya.
 Pada daerah kulit yang terkena
terjadi pelebaran pembuluh
darah, mengakibatkan kulit
memerah
 Trombosit dan leukosit
menempel pada dinding endotel
pembuluh darah sebagai bagian
dari proses inflamasi
 Peningkatan permeabilitas
kapiler pada luka
mengakibatkan luka menjadi
edema
Patofisiologi (Lanjutan)
 Kedalaman luka bakar sangat dipengaruhi oleh suhu
dari sumber energi panas dan lama kontak dengan
jaringan tubuh.
 Panas <44’ C tidak terdapat cedera pada kulit
kecuali kontak dengan sumber dalam waktu lama
 Panas 49’ C selama 5 Menit dapat mengakibatkan
luka bakar sampai kulit pada lapisan dermis
 Panas 52’ C selama 2 menit atau 60’ C selama 6
detik dapat mengakibatkan luka bakar sampai kulit
pada lapisan dermis
 Panas 70’ C selama 1 detik pada dewasa atau
kurang dari 1 detik pada anak-anak atau Lansia
dapat mengakibatkan luka bakar sampai kulit pada
lapisan dermis
Patofisiologi (Lanjutan)
CEDERA INHALASI
 Sering terjadi pada area saluran nafas bagian atas dalam
hitungan menit atau jam atau sampai saluran nafas bawah yang
dapat mengakibatkan ARDS. Umumnya ARDS terjadi setelah
cedera jalan nafasnya berlangsung lebih dari 4 jam.
 Dampak lain serius dari cedera inhalasi adalah keracunan gas
CO yang memiliki daya ikat dengan hemoglobin 200 kali lebih
kuat dari oksigen. Hipoksia otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan irreversible pada susunan saraf pusat yang
permanen.
 Bahan plastik yang terbakar akan mengakibatkan asap yang
lebih beracun dari asap biasa.
PERPINDAHAN/KEHILANGAN CAIRAN

 Kulit sebagai bagian terluar dari tubuh


yang berfungsi untuk mengatur proses
penguapan, apabila terjadi kerusakan
akibat cedera luka bakar
mengakibatkan klien akan mengalami
kehilangan cairan.
 Cedera luka bakar mengakibatkan
peningkatan permebilitas kapiler,
dimana cairan akan berpindah dari
vaskuler ke interstitiel. Dampak
lanjutnya terjadi kebocoran
plasma/protein yang terjadi 24-36 jam
pertama pasca cedera luka bakar.
PERPINDAHAN/KEHILANGAN CAIRAN
 Permeabilitas kapiler kembali berangsur normal
setelah 48 jam, namun protein plasma akan kembali
ke vaskuler setelah 5 hari sampai 2 minggu.
 Pada klien dengan fungsi jantung & ginjal yang baik,
akan mengalami diuresis.
 Pada klien yang mengalami masalah jantung dan
ginjal, klien akan mengalami kelebihan cairan dan
edema pulmonal
 Sel darah merah akan sebagian hilang akibat
terjadinya trombosis dan kematian sel darah merah
akibat luka bakar. Aliran darah melambat seiring
terjadinya peningkatan nilai hematokrit,
mengakibatkan perfusi menurun, iskemi jaringan
bahkan terjadi nekrosis jaringan.
Pengkajian
Derajat Tanda & Gejala Proses Penyembuhan

Derajat 1 Kulit memerah, sedikit edema, Nyeri Kurang lebih terjadi dalam 5 hari
terjadi sampai dengan 48 jam kulit epidermis akan mengelupas,
sembuh dengan sendirinya. Kulit
terasa gatal dan berwarna pink
terjadi dalam 1 minggu. Tidak
terbentuk jaringan parut
Derajat 2 Kulit memerah, menggelembung, Membutuhkan waktu beberapa
edema, elastis & lembab. Klien minggu untuk sembuh. Akan
mengeluh nyeri hebat. Helai rambut terbentuk jaringan parut
tidak mudah untuk dicabut
Derajat 3 Kulit yang rusak meliputi epidermis & Jaringan nekrotik harus
dermis. Kulit tidak elastis. Kerusakan dibersihkan. “Skin graft” dilakukan
dapat terjadi sampai lapisan otot, terutama area luka >5cm.
lemak bahkan tulang. Klien tidak Debridement mempercepat proses
mengeluh nyeri penyembuhan dan tumbuhnya kulit
diarea “skin graft”
Derajat 1, 2, & 3
Luka Bakar Derajat 2
Luka Bakar Derajat 3
 Rumus 9 atau rule of nine
untuk orang dewasa
 Luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri,
paha kanan, paha kiri,
tungkai dan kaki kanan,
serta tungkai dan kaki kiri
masing-masing 9%.
 Daerah genitalia = 1%.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Resiko tinggi kekurangan cairan b/d proses kehilangan/
perpindahan cairan
 Resiko tinggi infeksi b/d hilangnya integritas kulit
 Resiko gangguan pertukaran gas b/d cedera inhalasi
 Tidak efektifnya pola nafas b/d obstruksi jalan nafas, ARDS
 Penurunan curah jantung b/d kehilangan cairan dan shock
hipovolemik
 Nyeri b/d cedera pada saraf perifer di kulit
 Gangguan perfusi jaringan b/d terjadinya edema
 Resiko tinggi kelebihan cairan b/d proses resusitasi cairan
 Keterbatasan aktifitas b/d nyeri, edema, kontraktur pada sendi
 Harga diri rendah b/d dampak lanjut (efek kosmetik) dari luka
bakar
Intervensi Keperawatan pada Resiko
Kekurangan Cairan

 Hitung kebutuhan cairan pengganti


menggunakan rumus perhitungan cairan
 Berikan cairan sesuai dengan rumus yang
digunakan
 Monitor & hitung jumlah pemasukan &
pengeluaran cairan setiap 30 menit
 Setelah jumlah cairan yang ditentukan dari
perhitungan rumus tersebut telah selesai
diberikan, berikan cairan lanjutan dengan
mengurangi dosis pemberian cairan
secara bertahap, sesuai kebutuhan klien
Intervensi Keperawatan pada Resiko
Kekurangan Cairan
 Monitor & hitung jumlah pemasukan dan pengeluaran cairan
klien setiap 3 jam
 Ukur berat badan klien tiap hari
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Na, K dan elektrolit
penting lainnya.
 Waspada terhadap tanda-tanda kelebihan cairan dan gagal
jantung, terutama saat pemberian resusitasi cairan.
 Berikan diuretik apabila terdapat tanda-tanda kelebihan cairan
Rumus Resusitasi Cairan

 Baxter
 24 jam pertama
 RL: 4ml x kgBB x % LB
 Diberikan :
 ½ nya diberikan pada 8 jam pertama
 ¼ nya diberikan pada 8 jam kedua
 ¼ nya diberikan pada 8 jam ketiga
 24 jam kedua
 Plasma: 0,3-0,5 ml x kgBB x % LB
 Dextrose: +/- 2000cc
Rumus Resusitasi Cairan

 Brooke
 24 jam pertama
 Koloid (darah/plasma): 0,5 x kgBB x % LB
 RL: 1,5 x kgBB x % LB
 Dextrose: 2000 ml
 Diberikan:
 ½ nya untuk 8 jam pertama
 ¼ nya untuk 8 jam kedua
 ¼ nya untuk 8 jam ketiga
 24 jam kedua
 Koloid & RL: ½ dari jumlah yang diberikan pada 24
jam pertama
Contoh Kasus
 Tn. Max 45 tahun masuk ke UGD dengan
luka bakar disekujur wajah, dada dan
abdomen serta paha atas kanan & kiri.
Pasien mengalami luka bakar akibat kompor
gas meledak. Berat badan pasien
diperkirakan 60 Kg.
 Berapa persentase luka bakar pada Tn. Max
 Berapa jumlah cairan dan pendistribusiannya jika
dihitung menggunakan rumus Baxter
Intervensi Keperawatan pada
Resiko Infeksi
 Cuci tangan sebelum dan sesudah ke
klien/pasien menggunakan cairan disinfektan
 Gunakan skort/gaun, masker, sarung tangan
steril dan penutup kepala pada saat setiap
kali perawat melakukan perawatan ke pasien
 Kaji kondisi luka saat perawatan luka, ada
tidaknya tanda infeksi seperti kemerahan,
pembengkakan dan adanya pus
 Bersihkan luka dengan cairan fisiologis steril,
berikan salep antibiotik tipis dan merata
 Pastikan klien telah mendapatkan imunisasi
tetanus
Intervensi Keperawatan pada
Resiko Infeksi
 Ganti infus/kateter sesuai dengan standar pemasangan/ penggantian
infus/kateter
 Berikan terapi antibiotik profilaksis iv/im/oral sesuai program
 Kaji adanya tanda-tanda septikemia seperti penurunan kesadaran,
peningkatan frekuensi pernafasan, penurunan bising usus; tanda lanjut
seperti peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah.
 Berikan kebutuhan kebersihan diri klien seperti mandi, keramas, sikat
gigi, membersihkan area perineum setelah eliminasi dan mencukur
rambut sekitar area luka bakar
Proses Penyembuhan “Skin Graft”
 Tahap paling awal dari proses pertumbuhan “skin graft” adalah “plasmatic imbibition”
yang terjadi dalam 24-48 jam pertama. Pada tahap ini terjadi kulit donor yang
ditempelkan pada area resipien mulai mendapatkan nutrisi dari kapiler-kapiler di area
resipien. Pada tahap ini kulit akan terlihat sedikit pucat dan agak udem. Jika yang
ditanam adalah kulit donor yang lebih tipis maka pertumbuhan akan jauh lebih baik.
Pada tahap ini pula jaring-jaring fibrin terbentuk dan menstimulus terbentuknya
vaskularisasi baru.
 Tahap berikutnya adalah tahap Inosculation, yang terjadi pada 48-72 jam. Pada
tahap ini terjadi proses anastomosis antara pembuluh darah yang telah ada di
resipien dengan yang baru. Pada tahap ini kulit akan terlihat sedikit kebiruan. Warna
kebiruan adalah akibat proses revaskularisasi yang sedang terjadi pada tahap ini.
 Tahap yang terjadi 1 minggu setelah “skin graft” adalah pembentukan jaringan limfe
dan proses pertumbuhan kembali dari kulit yang di “graft” kan. Proses ini dapat
terjadi akibat adanya revaskularisasi di area kulit donor dan resipien, walaupun
seringkali dalam beberapa minggu pertama kulit masih terasa baal.
Hal Penting yang diperhatikan
Post Op “Skin Graft”
 Idealnya saat jahitan atau straples akan di
angkat, kulit sudah terlihat berwarna pink/segar
dengan pinggiran area “skin graft’ yang sedikit
kasar. Jelaskan pada pasien bahwa hal tersebut
normal untuk beberapa bulan pertama.
 Karena kondisi kulit yang sangat rentan
terhadap trauma dan sinar matahari, anjurkan
pasien berhati-hati dan melindungi kulit dari
terpapar matahari langsung. Jika terdapat sedikit
jaringan nekrotik atau cairan darah yang
mengering di area sekitar luka, bersihkan
dengan kasa yang telah dibasahi campuran
NaCl dengan H2O2, usapkan perlahan.
 Jika terdapat perluasan jaringan “skin graft” yang
menghitam akibat nekrosis, pertanda bahwa skin
graft di area tersebut gagal. Namun jaringan ini
jangan dulu di debridemen karena jaringan
tersebut berfungsi untuk melindungi jaringan
dibawahnya. Debridemen baru dapat dilakukan
jika graft benar-benar telah terlepas.
Intervensi Keperawatan pd Resiko Gangguan
Pertukaran Gas

 Berikan oksigen sesuai program, hati-hati untuk


memberikan oksigen pada klien yang menderita PPOK
 Jika klien stabil lakukan pengambilan darah arteri
untuk pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
 Kaji tanda-tanda hipoksemia seperti gelisah, takikardi
dan takipnu
 Kaji adanya tanda-tanda cedera jalan nafas seperti
rambut/bulu hidung yang keriting karena terbakar, bibir,
wajah ataupun leher yang terbakar, atau adanya suara
ngorok.
 Kaji warna dan konsistensi dahak/sputum, jika
berwarna kehitaman (jelaga) segera kolaborasikan
dengan dokter untuk kemungkinan dilakukan intubasi
Intervensi Keperawatan pd Resiko
Gangguan Pertukaran Gas

 Pastikan alat-alat intubasi siap untuk


digunakan, dan ventilator (ruang ICU) siap
untuk menerima klien
 Jika cedera inhalasi benar terjadi, jika cedera
sedang:
 Berikan oksigen dengan
pelembaban/humidifikasi yang cukup
 Anjurkan klien nafas dalam dan batuk efektif
 Lakukan penghisapan lendir (suction) jika
diperlukan
 Jika cedera inhalasi benar terjadi, jika cedera
berat:
 Monitor ketat tanda vital, hasil AGD dan urin
output
 Berikan bronkhodilator sesuai program
 Lakukan suction lebih sering
Tidak efektifnya Pola Nafas b/d obstruksi
jalan nafas, penumpukan cairan akibat
ARDS
 Berikan posisi semifowler
 Anjurkan klien untuk bernafas normal, tidak terlalu
cepat
 Periksa & Monitor hasil AGD
 Berikan O2 sesuai program
 Berikan PEEP atau CPAP jika pasien terpasang
ventilator
 Berikan terapi bronkhodilator, diuretik sesuai program
 Lakukan suction jika diperlukan
Pendidikan Kesehatan
 Pendidikan kesehatan yang diberikan
sangat erat kaitannya dengan proses
rehabilitasi klien untuk mengembalikan
mereka ke lingkungan mereka sebagai
individu yang produktif.
 Bantu klien melewati masa transisi dari
individu yang tergantung menjadi
mandiri dengan cara
mengkomunikasikan kebutuhannya dan
kemampuan diri yang dimilikinya.
 Bantu klien untuk berfikir positif tentang
dirinya. Bantu klien untuk menatap-
balik orang-orang sekitar/lingkungan
yang menatap dirinya
Pendidikan Kesehatan
 Jelaskan dan peragakan cara
perawatan luka setelah klien
dipulangkan, yaitu:
 Cuci tangan
 Bersihkan luka dengan air bersih dan sabun
yang lembut
 Bilas hingga bersih dengan air bersih
 Usap/keringkan kulit dengan lembut
menggunakan handuk
 Usapkan/ratakan salep antibiotik sesuai
dengan program
Pendidikan Kesehatan
 Ajarkan klien tentang tanda-tanda
infeksi, seperti:
 Meluasnya tanda kulit yang memerah
disekitar area luka bakar
 Meningkatnya jumlah produksi pus dari luka
 Meningkatnya bau yang tidak sedap dari luka
 Meningkatnya frekuensi dan kualitas nyeri
 Meningkatnya suhu tubuh klien
 Berikan semua informasi yang
dibutuhkan klien dalam bentuk lisan dan
tulisan (buklet/liflet)
Pendidikan Kesehatan pada
“Skin Graft”
 Jelaskan dimana letak “skin donor” (SD) & “skin
graft” (SG)
 Jaga balutan pada SD & SG agar tetap kering
 Jika sebagian dari luka area SD telah mengering,
untuk melembabkannya dapat digunakan Vaseline®
 Lindungi area kulit dari sinar matahari langsung.
 Sebisa mungkin posisikan area luka lebih tinggi dari
jantung
 Segera hubungi Klinik terdekat
MedSurg Nurse Specialist
not only SMART but also CARE

Anda mungkin juga menyukai