Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

RETENSIO PLASENTA

Disusun oleh :
dr. Sayed Hamzah

Pembimbing :
dr. Robert S.H. Situmorang, Sp. OG

Program Internsip Dokter Indonesia


Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Natuna
2019
Identitas
Nama : Ny. TK Nama suami: Tn. Y
Umur : 26 tahun Umur : 38 tahun
Status : Menikah Pendidikan : SD
Pendidikan : SD Pekerjaan : Wiraswasta
Pekerjaan : IRT Agama : Islam
Agama : Islam
Alamat : Midai
Masuk RS : 17 Juni 2019
ANAMNESIS (1)
Keluhan •Ari-ari belum lahir
Utama

• Pasien datang ke IGD RSUD Natuna dari rujukan Puskesmas


Midai dengan keluhan ari-ari belum lahir sejak 12 jam SMRS.
Pasien mengaku sebelumnya telah melahirkan anak ke-2 dengan
persalinan normal di Puskesmas Midai dibantu oleh Bidan pada
tanggal 16-06-2019 jam 21.30 WIB, tetapi ari-ari belum lahir
Riwayat setelah melahirkan. Pasien mengatakan banyak darah merah
penyakit segar yang keluar setelah melahirkan. Di Puskesmas, pasien
sekarang sudah dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak bisa.
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, dan lemas.
Di Puskesmas pasien di pasang infus loading RL 4 kolf, diberi
obat ergometrin 0,2 mg IM, drip oksitosin 30 iu dalam 500 cc
Nacl, dan dirujuk ke RSUD Natuna di dampingi 2 orang bidan.
Dalam perjalanan dipakai infus RL 3 kolf..
ANAMNESIS (2)
Riwayat Haid / Kontrasepsi
• Haid pertama kali umur : 13 tahun
• Siklus haid : teratur, 28 hari / bulan
• Durasi & banyaknya haid : 5-7 hari, 2-3 kali ganti softex
• Hari pertama haid terakhir : 20 September 2018
• Taksiran persalinan : 27 Juni 2019
• Kontrasepsi : Tidak memakai KB

Riwayat Antenatal Care


• Pasien memeriksakan kehamilan di puskesmas tidak teratur, hanya 4 kali
kunjungan yaitu pada bulan pertama, kedua, kelima, dan ketujuh. Selama
pemeriksaan kehamilan pasien tidak ada keluhan dan kelainan, hanya diberi
vitamin tambah darah dan asam folat saja. Pasien melakukan pemeriksaan USG 1
kali di umur kehamilan 8 bulan. Pada pemeriksaan USG tersebut dinyatakan
kondisi janin baik dengan presentasi kepala oleh bidan puskesmas. Pasien tidak
pernah kontrol ke RS atau dokter kandungan dikarenakan tinggal di pulau, akses
ke RS sulit dan harus melewati laut memakai pompong atau kapal ke kabupaten.
ANAMNESIS (3)
Riwayat Perkawinan & Kehamilan
• Pasien menikah 1 kali. Lama menikah dengan suami sekarang 7 tahun.
• Anak :
• Perempuan, 1,3 tahun, lahir pervaginam di Puskesmas Midai ditolong
bidan, berat badan lahir : 4100 gram.
• Laki-laki, 0 hari, lahir pervaginam di Puskesmas Midai ditolong bidan,
berat badan lahir : 3400 gram.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat asma (-) • Riwayat asma (-)
• Riwayat hipertensi (-) • Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat diabetes mellitus (-) • Riwayat diabetes mellitus (-)
• Riwayat penyakit jantung (-) • Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit ginjal (-) • Riwayat penyakit ginjal (-)
• Riwayat menjalani operasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK (1)
• KU : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
• Tekanan Darah: 110/80 mmHg
• Nadi : 97 x/menit, reguler, cukup
• Suhu : 36,4 °C
• Pernapasan : 20 x/menit, teratur
PEMERIKSAAN FISIK (2)
• Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal,
kelembaban normal, pucat (-)
• Kepala dan Leher
• Kepala : Normosefal, ubun-ubun normal, rambut warna hitam,
distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
• Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-
, sekret -/-,
• Mulut : Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-)
• Lidah: lidah kotor (-)
• Tonsil : T1/T1
• Tenggorokan : faring hiperemis (-)
• Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar, trakea letak normal
• Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), pucat, CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN FISIK (3)
Paru

• Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak pernapasan simetris,


tipe abdomino-thorakal, retraksi (-)
• Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
• Perkusi : Sonor di semua lapang paru
• Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


• Palpasi : Ictus cordis teraba, thrill (-)
• Perkusi : Redup
• Auskultasi : SISII reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN OBSTETRIK

Status Lokalis Abdomen

• Inspeksi : Tampak datar, striae gravidarum (+), linea nigra (+),


terlihat tali pusat berukuran 5 cm di depan vagina diklem .
• Palpasi : Kontraksi (+), TFU teraba sejajar pusar, nyeri tekan
seluruh abdomen
• Auskultasi : Bising usus (+) normal

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

• Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri externa, stolcel (+),
portio terbuka sedikit
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan HBsAg Non reaktif Non reaktif

Hematologi Rutin HIV Non reaktif Non reaktif

Hemoglobin 8,4 12-16 g/dl Golongan Darah B

Hematokrit 26,3 37-47 % Anti-Rhesus +

Eritrosit 3,47 4,3-6,0 jt/µL Glukosa Darah 130 < 140 mg/dl
(Sewaktu)
Leukosit 12.600 4.800-10.800/µL
Hemostasis
Trombosit 234.000 150.000-
PT pasien 7,5 9,8 – 12,6
400.000
MCV 76 80-96 fL PT control 10,4 -

MCH 24,2 27-32 pg APTT pasien 26,2 31 – 47

MCHC 31,9 32-36 g/dl APTT control 31,9 -


DAFTAR MASALAH
1. Ari-ari belum lahir
2. Post partum spontan P2A0 sejak 12 jam SMRS.
3. Darah merah segar keluar di jalan lahir
4. Nyeri perut bagian bawah, pusing, dan lemas.
5. Diberi obat ergometrin 0,2 mg IM
6. Pemeriksaan antenatal tidak teratur
7. Tidak pernah kontrol ke RS atau dokter kandungan
8. Konjungtiva anemis pada mata.
9. TFU sejajar pusar dan nyeri tekan di seluruh kuadran abdomen.
10. Pemeriksaan vagina toucher : tali pusat keluar dari ostium uteri externa,
stolcel dan portio serviks yang terbuka sedikit.
11. Anemia dan leukositosis.
DIAGNOSIS
• P2A0 dengan perdarahan post partum e.c.
retensio plasenta + Anemia
PENATALAKSANAAN
• Observasi tanda vital, keadaan
Rencana umum, perdarahan
pervaginam dan jumlah urin.
Diagnostik • Kirim ke VK untuk tatalaksana
lanjutan (USG)

• Pasang kateter urin


Rencana • Kie keluarga siapkan darah
untuk transfusi
Terapi • Antibiotik
• Pro manual plasenta
Tanggal 17/06/2019 Jam 11.40
Subjektif Assesment

• Di lakukan manual plasenta • P2A0 post partum spontan 12 jam + Post


oleh dr. Robert Sp.OG manual plasenta a/i retensio plasenta + Syok
hipovolemi ec. PPH + Anemia
Objektif
Planning
• KU : lemah
• Kesadaran : Compos Mentis • Loading RL 500 cc  TD: 110/70 mmHg
• TD : 50 / palpasi • IVFD 10 i.u oxytocin drip 28 tetes/ menit
dalam cairan RL 500 cc
• HR : 120 x/menit
• Inj. Ceftriaxon 2x1gr IV
• RR : 20 x/menit
• Drip metronidazol 3x500 mg IV
• T : afebris
• Inj. ketorolac 3x30 mg IV
• Abdomen : kontraksi (+) baik,
TFU 2 jari dibawah pusat • Observasi TTV, kontraksi uterus, perdarahan
pervaginam, monitor urin output.
• Vulva : perdarahan aktif (-)
• Cek DL (Darah Lengkap) post manual
plasenta
Jam 18.00
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 6,5 12-16 g/dl
Hematokrit 20,7 37-47 %
Eritrosit 2,74 4,3-6,0 jt/µL
Leukosit 14.200 4.800-10.800/µL
Trombosit 243.000 150.000-400.000
MCV 75,8 80-96 fL
MCH 23,7 27-32 pg
MCHC 31,4 32-36 g/dl
Lapor hasil Lab  advice
- Tranfusi PRC 2 kolf  target HB > 8 gr/dl
- Inj. Dipenhidramin 1 amp  premed
- Inj. Transamin 3x1 amp
Follow Up 18 Juni 2019
Subjektif
Assesment
• lemas (-), sesak (-), perdarahan pervaginam
(-), pusing (-) • P2A0 post partum spontan + Post
manual plasenta a/i retensio
plasenta + Syok hipovolemi ec. PPH
Objektif membaik + Anemia
• KU : Baik
• TD : 110/70 mmHg RR : 19x/menit Planning
• HR : 85x/menit T : 36 ºC
• Mata : Anemis (+) • Infus RL 20 tpm
• Abdomen : soepel, BU (+) normal, nyeri • Diet MB TKTP
tekan (-) • Inj. Ceftriaxon 2x1gr IV
• Ekstremitas : akral hangat, crt < 2’’, edem (-) • Drip metronidazol 3x500 mg IV
• Status Obstetri : • Asam mefenamat 3x500 mg PO
• Payudara : bengkak (-), nyeri tekan (-), ASI (-) • Metergin 3x1 tab PO
• Abdomen : datar, striae gravidarum (+), • Cek DL post transfusi
soepel, nyeri tekan (-), TFU 3 jari dibawah
pusat, kontraksi (+) baik, • Pindah rawat inap kebidanan
• Genitalia : edem (-), luka (-), perdarahan • Observasi keluhan, vital sign,
aktif (-) kontraksi uterus.
Follow Up 19 Juni 2019
Subjektif
Assesment
• keluhan (-)
• P2A0 post partum spontan +
Objektif Post manual plasenta a/i
retensio plasenta + Syok
• KU : Baik
hipovolemi ec. PPH membaik +
• TD : 120/70 mmHg RR : 20x/menit
Anemia
• HR : 81x/menit T : 36,5 ºC
• Mata : Anemis (+)
• Abdomen : soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-) Planning
• Ekstremitas : akral hangat, crt < 2’’, edem (-)
• Status Obstetri : • Aff infus
• Payudara : bengkak (+), nyeri tekan (-), ASI (+) • Cefadroxil 2x500 mg PO
• Abdomen : datar, striae gravidarum (+), soepel,
nyeri tekan (-), TFU 3 jari dibawah pusat, • Asam mefenamat 3x500 mg PO
kontraksi (+) baik, • Benovit C 1x1
• Genitalia : edem (-), luka (-), perdarahan aktif (-) • Pompa ASI
• Laboratorium : Hemoglobin : 8,7 g/dl
• BLPL
Leukosit : 7.000 /ul
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah
suatu keadaan dimana
plasenta belum lahir 30
menit setelah bayi lahir.
Patofisiologi Retensio Plasenta

Plasentasi Hipoperfusi Kontraktilitas


Invasif Plasenta Inadekuat
Etiologi

Plasenta trapped atau


Plasenta adherens Plasenta akreta
inkarserata
• Keadaan di mana • Keadaan plasenta • Keadaan plasenta
plasenta sudah lepas masih melekat pada melekat secara
seutuhnya dari dinding uterus, akan patologis sampai
uterus, namun tetapi akan mudah menginvasi
plasenta tidak dapat dilepaskan secara miometrium karena
dilahirkan akibat dari manual. adanya defek pada
serviks yang sudah desidua.
menutup.
Plasenta akreta dibagi 3 berdasarkan kedalaman
invasi plasenta pada dinding uterus

Plasenta Implantasi jonjot korion plasenta hingga


memasuki sebagian lapisan
Akreta miometrium.

Plasenta Implantasi jonjot korion plasenta yang


menembus lapisan otot hingga
Inkreta mencapai lapisan serosa dinding uterus

Plasenta Implantasi jonjot korion plasenta yang


Prekreta menembus lapisan serosa dinding
uterus hingga ke peritonium
Faktor Risiko

Penyulit
Riwayat obstetri Faktor ibu Lainnya
kehamilan
• riwayat • preeklampsia, • umur maternal • penggunaan
retensio • kelahiran mati ≥ 30 tahun ergometrin
plasenta • kecil masa • paritas rendah • abnormalitas
• riwayat kehamilan uterus
tindakan sectio (KMK) • insersi korda
caesarea, • usia gestasional velamentous
• riwayat abortus premature
• persalinan kala
satu atau dua
memanjang
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang

• tertahannya plasenta dalam • Evaluasi Syok • Tes Laboratorium


rahim selama lebih dari 30 • Pemeriksaan Vagina dan • USG
menit setelah bayi lahir. Uterus
• Status obstetrik dan ginekologi
pasien secara lengkap juga
harus ditanyakan.
Tehnik Plasenta Manual
• Masukkan tangan dalam posisi obstetri dengan
menelusuri bagian bawah tali pusat
• Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat
hingga masuk ke dalam kavum uteri, sedangkan
tangan di luar menahan fundus uteri, untuk
mencegah inversio ueteri.
• Menggunakan lateral jari tangan, disusuri dan
dicari pinggir perlekatan (insersi) plasenta.
• Tangan obstetri dibuka menjadi seperti
memberi salam, lalu jari-jari dirapatkan.
• Tentukan tempat implantasi plasenta, temukan
tepi plasenta yang paling bawah.
• Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan
sambil bergeser ke arah kranial hingga seluruh
permukaan plasenta dilepaskan.
Komplikasi

Perdarahan Postpartum
• Perdarahan umumnya terjadi setelah plasenta terlepas dari dinding
uterus sehingga pembuluh darah uterus menjadi terbuka.
• Jika tidak tertangani dengan baik akan dapat mengganggu hemodinamik.

Endometritis Postpartum
• Kondisi inflamasi pada dinding uterus setelah dilakukan manual plasenta.
• Sekitar 6,7% wanita yang menjalani manual plasenta akan mengalami
endometritis.
• Tanda dan gejala seperti demam, nyeri abdomen bawah, nyeri tekan
uterus, menggigil, malaise, dan lokia berbau.
Prognosis
• Prognosis tergantung pada kelainan yang
mendasari dan ada-tidaknya komplikasi.
• risiko untuk terjadinya retensio plasenta
berulang pada kehamilan berikutnya
dilaporkan meningkat sebesar 12,6 kali.
PEMBAHASAN (1)
Teori Kasus
• Retensio plasenta adalah • Pada kasus ini didapatkan ari-ari
suatu keadaan dimana belum lahir sejak 12 jam SMRS
setelah melahirkan anak ke-2
plasenta belum lahir 30 dengan persalinan normal.
menit setelah bayi lahir. 5 • Lamanya waktu pasien sampai ke RS
dikarenakan lamanya proses
rujukan dimana pasien tinggal di
daerah pulau yang aksesnya jauh
dari kabupaten sehingga keluarga
harus mencari pompong terlebih
dahulu dan menunggu cuaca cerah
untuk berlayar menyeberangi laut.
PEMBAHASAN (2)
Teori Kasus
• Gejala lain seperti demam, • Pada pasien banyak darah merah
perdarahan hebat, nyeri segar yang keluar setelah melahirkan.
Pasien juga mengeluh nyeri perut
hebat, duh vagina berbau, bagian bawah, pusing, dan lemas.
dan tampak jaringan pada • Perdarahan umumnya terjadi pada
vagina, juga bisa ditemukan pasien retensio plasenta sehingga
pada retensio plasenta. 5 evaluasi syok harus dilakukan.
• Penatalaksanaan didahului • Pada pasien ini sudah dilakukan
resusitasi cairan RL di puskesmas dan
dengan stabilisasi
saat dalam perjalanan menuju rumah
hemodinamik koreksi sakit. Total pasien mendapatkan
hipovolemia. 14
cairan infus sebanyak 3500 cc.
PEMBAHASAN (3)
Teori Kasus
• Faktor risiko lainnya, • Pada pasien ini setelah janin lahir
seperti riwayat retensio di Puskesmas diberi obat
plasenta, abortus, preekla ergometrin 0,2 mg secara
mpsia, penggunaan suntikan intramukular.
ergometrin, dan stillbirth • Seharusnya tidak perlu diberikan
juga harus digali.13 karena ergometrin adalah
uterotonik yang menghasilkan
kontraksi tetanik dalam 5 menit
setelah pemberian intramuskular
sehingga menyebabkan plasenta
terperangkap dalam kavum uteri.
PEMBAHASAN (4)
Teori Kasus
• Pentingnya upaya • Pemeriksakan kehamilan pada
menurunkan kejadian pasien tidak teratur dan pasien
retensio plasenta adalah tidak pernah kontrol ke RS atau
mengaskses pelayanan dokter kandungan dikarenakan
kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan tinggal di pulau, akses ke RS
kehamilan atau ANC secara sulit dan harus melewati laut
teratur untuk mendeteksi memakai pompong atau kapal
dini faktor-faktor risiko ke kabupaten.
kehamilan dan komplikasi
kehamilan.
KESIMPULAN
• Retensio plasenta adalah suatu keadaan dimana
plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
• Patofisiologi retensio plasenta menjadi tiga
mekanisme, yaitu plasentasi invasif, hipoperfusi
plasenta, dan kontraktilitas inadekuat.
• Penatalaksanaan retensio plasenta didahului
dengan stabilisasi hemodinamik.
• Terapi definitif untuk retensio plasenta adalah
manual plasenta.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai