DANI MULYANA, ST
PENGERTIAN :
• Keterangan gambar :
• a dan b :
bacaan rambu atau tinggi garis mendatar/ garis bidik dititik A dan B
• Ha dan Hb :
Ketinggian titik A dan B diatas bidang referensi
• ∆Hab :
Beda tinggi antara titik A dan titik B
Prosedur Lapangan Menggunakan
Waterpass
• Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua
petugas, yaitu pemegang alat dan pemegang rambu
ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang
konsisten. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian
membuat garis bidik horizontal, kemampuan
pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur
secara vertical, dan presisi rambu ukur yang dibaca.
Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung gas juga
harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan
presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh
terjadi penurunan alat di antara waktu bidik belakang
dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing, 1995)
Syarat – Syarat Pemakaian Alat Ukur Sipat
Datar
a) Syarat dinamis : sumbu I vertical
b) Syarat statis :
1. Garis bidik teropong sejajar garis arah
nivo.
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
(sumbu vertical)
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus
sumbu I
Pengoperasian Alat
• Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar.
Setelah alat disetel, operasi waterpass terdiri dari memasang,
mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai ketepatan
tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib
sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil
pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu
pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling
sedikit satu pembacaan bidik muka untuk menentukan elevasi titik
di sebelah muka ( sebuah titik stasiun atau elevasi ). Pembacaan
halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target pada rambu
ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak
sengaja. Tambahan bidik muka dapat dilakukan terhadap titik-titik
lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi
titik-titiki ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat
yang dipakai, baik benang tengah, semua ketiga benang salib
sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat digunakan untuk
melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)
Cara – Cara Pengukuran Menggunakan Sipat
Datar
1. Pada posisi tepat diatas salah satu titik yang
akan ditentukan adalah selisih tingginya.
• Keterangan:
• ta : tinggi alat di A
• T : tinggi garis bidik
• HA : tinggi titik A
• b : bacaan rambu di B
• HB : tinggi titik B
• ab : beda tinggi dari A ke B = ta – b
• Tinggi titik B : Hb = Ha + hab
2. Pada posisi ditengah-tengah antar 2 (dua) titik
dengan atau tanpa memperhatikan apakah posisi
tersebut membentuk satu garis lurus terhadap titik
yang akan diukur tersebut.
3. Pada posisi selain dari kedua metode tersebut
sebelumnya, dalam hal ini alat didirikan di
sebelah kiri atau kanan dari salah satu titik
yang akan ditentukan selisih tingginya.
Keterangan :
• hab =a–b
• Hba =b–a
• Bila titik C diketahui = Hc, maka
• Hb =T–b
• Ha =T–a
Pengukuran Sipat Datar Memanjang
• Pada saat pembacaan rambu, digunakan metode pulang pergi, yaitu setelah mengukur beda tinggi
AB, maka, rambu A dipindahkan ke titik C untuk mengukur beda tinggi BC sehingga akan kita
dapatkan beda tinggi BC. Setelah itu, rambu B dipindahkan ke titik D sehingga akan di dapat beda
tinggi CD. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan pembacaan rambu yang diakibatkan skala
nol pada rambu yang dikeluarkan oleh pabrik tidak berada pada skala nol sebenarnya. Untuk
mengoreksi data beda tinggi yang didapat, digunakan rumus:
setelah semua data terkoreksi, maka beda tinggi antara dua titik dapat diketahui dengan rata-rata
beda tinggi antara ulang dan tinggi.
∆h = (∆H pergi – ∆H pulang )/ 2
Pengertian Slag, Seksi dan Sirkuit
• Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat
datar profil memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada
tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang
jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan
skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas
terlihat. (Nurjati, 2004 )
A. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil
memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat
datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran
yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat
datar profil melintangnya, sehingga mempunyai
ketentuan sebagai berikut :
• Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis
tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan
pengukuran pada setiap perubahan yang
terdapat pada permukaan tanah.
• Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek
dengan jarak optis.
Profil Memanjang Tampak Atas
Profil Memanjang Alat di Atas Titik
1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap
4. Ukur tinggi alat diatas patok
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii,
iii, dst) ini pada seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC,
maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1
• H2 = HA+∆HA2
• Hn = HA+∆HAn (Nurjati, 2004 )
Profil Melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang
dilakukan setelah pengukuran sipat datar profil
memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat
sama, sedangkan pengukuran kearah samping kiri dan
kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan
sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada jalan
raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke
tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak lurus
dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik
B) maka potongan diusahakan membagi sudut terseut
sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah potongan
melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah
datang dan arah belokan selanjutnya.
Arah Potongan Melintang
Cara Pengukuran : Alat di Atas Titik
1. Tempatkan alat di atas titik A.
2. Lakukan centering.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup
klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
6. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-
BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2,
3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik relief.
8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada
setiap potongan melintang.
Poligon
• Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan
garis lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah
rangkaian (jaringan) titik atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan
peta, rangkaian titik poligon digunakan sebagai kerangka peta, yaitu
merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah
yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan
manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-
benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan.
Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan
dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar
(peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu
Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik
poligon harus cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran
benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung pada
ketelitian dari kerangka peta.
Macam-macam Poligon
1. Poligon Menurut Bentuknya.
2. Poligon Menurut Titik Ikatnya.
1. Poligon Menurut Bentuknya.
a. poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik
awal dan titik akhirnya merupakan titik yang
berlainan (tidak bertemu pada satu titik).
b. Poligon Tertutup
Poligon tertutup atau kring adalah poligon
yang titik awal dan titik akhirnya bertemu
pada satu titik yang sama. Pada poligon
tertutup, koreksi sudut dan koreksi koordinat
tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik
ikat.
2. Poligon Menurut Titik Ikatnya
a. Poligon Terikat Sempurna
Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi
pada poligon tertutup ataupun poligon terbuka, suatu
titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila
diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2 buah
titik ikat dan tingkatnya berada diatas titik yang akan
dihasilkan.
a) Poligon tertutup terikat sempurna :
Poligon tertutup yang terikat oleh azimuth dan
koordinat.
b) Poligon terbuka terikat sempurna :
Poligon terbuka yang masing-masing ujungnya
terikat azimuth dan koordinat.
b. Poligon Terikat Tidak Sempurna
Suatu poligon yang terikat tidak sempurna
dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun
poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak
sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui
koordinatnya atau hanya jurusannya.
a) Poligon tertutup tidak terikat sempurna :
Poligon tertutup yang terikat pada
koordinat atau azimuth saja.
b) Poligon terbuka tidak terikat sempurna :
1) Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth
saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.
Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang
diketahui dan sudut-sudut poligon yang diukur, sedangkan
koordinat dari masingmasing titiknya masih lokal.
2) Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat
saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.Poligon
semacam ini dapat dihitung dengan cara memisalkan azimuth
awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat
dihitung, sedangkan koordinat masing-masing titik dihitung
berdasarkan koordinat yang diketahui. Oleh karena itu pada
poligon bentuk ini koordinat yang dianggap betul hanyalah pada
koordinat titik yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak
ada orientasinya.
3) Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth
dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon
jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara sempurna
namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut
maupun koreksi koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah
benar.
4) Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh
azimuth. Pada poligon jenis ini ada koreksi azimuth,
sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat
lokal.
5) Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh
koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi
ada koreksi koordinat.
6) Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh
koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimuth.
Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi
koordinat.
7) Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh
azimuth dan koordinat saja, sedangkan ujung yang lain
terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi
sudut tetapi ada koreksi koordinat.
8) Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh
azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak
terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak
ada koreksi koordinat.
c. Poligon Tidak Terikat/Bebas
• Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali
(poligon lepas)
• Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali
(poligon lepas), pengukuran seperti ini
akan terjadi pada daerah-daerah yang
tidak ada titik tetapnya dan sulit
melakukan pengukuran baik dengan cara
astronomis maupun dengan satelit.
Poligon semacam ini dihitung dengan
orientasi lokal artinya koordinat dan
azimuth awalnya dimisalkan sembarang.
Rumus Umum Perhitungan Poligon
syarat absis :
syarat ordinat :
syarat absis
syarat ordinat
Toleransi Pengukuran
Cara Pengukuran