Anda di halaman 1dari 23

BY LISNENI DEWI,

SE.,M.Kes.
 Etimologi Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communicatio” yang terbentuk dari dua kata “com”
berarti dengan atau sama dengan dan “unio” berarti
bersatu dengan.
Jadi komunikasi dapat diartikan “union with”
(bersatu dengan) atau union together with (bersama
dengan). Ini lazim disebut dalam satu kata saja,
yakni “communion” yang berarti “saya” tidak sekedar
“bersama-sama dengan” tetapi lebih jauh dari itu
yakni “bersatu dengan” orang lain (bersama dalam
satu kesatuan-bersatu dalam kesamaan).
 Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan
informasi dari satu orang kepada orang lain dengan
maksud tertentu.
Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang
untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau
universal) berupa symbol-simbol (berdasarkan
perjanjian manusia) verbal atau non-verbal yang
disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk
mempengaruhi sikap orang lain.
Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu
maksud dari satu sumber kepada penerima, proses
tersebut merupakan suatu seri akivitas, rangkaian atau
ahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud
tersebut.
Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang
menggunakan system siombol linguistic, seperti system
symbol verbal (kata-kata), verbal dan non verbal. Sistem
ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka
atau melalui media lain. (Karlfried Knapp, 2003).
Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran
informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi
informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun
tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan
dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri,
menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga
sebuah pesan menjadi lebih kaya (Liliweri, 2003).
Komunikasi adalah : (1) pernyataan diri yang efektif; (2)
pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan
dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3)
pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata
melalui percakapan atau dengan metode lain; (4)
pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain;
(5) pertukaran makna antar pribadi dengan system
symbol; dan (6) proses pengalihan pesan melalui
saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu
(Liliweri, 2003)
Dari beberapa definisi diatas dapa dikatakan bahwa
komunikasi sebagai suatu aktivitas manusia selalu
melibatkan :
1. Sumber komunikasi
2. Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan non
verbal
3. Media atau saluran sebagai sarana-
wadahtempat pesan atau rangkaian pesan
dialihkan
4. Cara, alat atau metode untuk memindahkan
pesan.
5. Penerima aau sasaran yang menerima
komunikasi.
7.Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim
dengan sasaran atau penerima.
8. Situasi penerima.
9.Proses komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi,
dan proses transaksi.
10.Pemberian makna bersama atas pesan dari sumber
dan penerima yang terlibat dalam komunikasi.
11.Pembagian pengalaman atas pesan yang
dipertukarkan dari sumber dan penerima yang terlibat
dalam komunikasi.
II. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI
Secara umum komunikasi manusia mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1. Komunikasi merupakan proses simbolis
Memperagakan cara benar menggosok gigi!
Ama Kase, seorang petugas Puskesmas di Siso/TTS sedang
menerangkan cara menggunakan sikat gigi yang baik dan benar kepada
sekelompok anak SD K Benlutu. Ama Kase mengambil sikat gigi Oral B
lalu mengoles odol Pepsodent kemudian mengambil air dan
memperagakan cara menggosok gigi yang benar. Sementara itu, Ama
Kase juga mengajak anak-anak untuk melihat selembar poster tenang
perkembangan pertumbuhan gigi dan gigi sehat yang tertempel pada
dinding serambi Puskesmas. Ketika menerangkan sakit gigi, Ama Kase
memperagakan bagaimana wajah bengkak dari seorang yang sedang
sakit gigi diiringi suaranya yang meraung kesakitan.
Cerita diatas menggambarkan bahwa komunikasi
merupakan proses simbolis karena pesan tentang cara
benar menggosok gigi disampaikan dalam symbol
kata-kata verbal-vokal yang diucapkan Ama Kase, juga
pesan simbolik verbal-visual melalui poster. Ama Kase
juga berhasil mengirimkan pesan simbolik non-verbal
ketika dia memperagakan wajah orang yang sedang
sakit gigi.
2. Komunikasi merupakan proses Sosial (Isasi)

Cerita diatas menggambarkan bahwa


komunikasi merupakan proses sosial karena : (1)
Ama Kase sedang terlibat dalam relasi sosial
dengan anak-anak SD, yakni pengirim berinteraksi
dengan penerima informasi; (2) Ama Kase sedang
melakukan proses sosialisasi, yakni proses
menjelaskan hidup sehat (gigi sehat) sebagai suatu
nilai, dan cara benar menggosok gigi sebagai
norma (aturan) yang patut diikuti anak-anak.
3. Komunikasi merupakan proses satu arah atau
dua arah
Kegiatan komunikasi antara Ama kase
dengan anak-anak SD itu bisa disebut komunikasi
satu arah karena Ama Kase tidak memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk bertanya.
Komunikasi anTara Ama Kase dengan anak-anak
dikatakan komunikasi dua arah kalau ada proses
dialog antara Ama Kase sebagai pengirim pesan
dengan anak-anak sebagai penerima pesan. Proses
komunikasi dua arah biasanya lebih
menguntungkan dua pihak karena pengirim dan
penerima dapat memahami isi informasi tentang
cara benar menggosok gigi.
4. Komunikasi bersifat Koorientasi

Komunikasi manusia itu bersifat koorientasi


karena dua atau lebih pihak terlibat dalam
komunikasi yang mempunyai tujuan yang sama
yakni penyuluhan kesehatan gigi, koorientasi itu
semakin lengkap karena Ama Kase menggunakan
bahasa Dawan sehingga anak-anak sekolah itu
mudah mengerti kesehatan gigi melalui peragaan
cara benar menggosok gigi.
5. Komunikasi bersifat Purfosif dan Persuasif
Komunikasi bersifat purposive karena
komunikasi merupakan aktifitas pertukaran pesan-
pesan dengan tujuan yang sudah ditentukan.
Bersifat persuasif karena komunikasi bertujuan
untuk mempengaruhi perubahan sikap anak-anak.
Tujuan Ama Kase yang menerangkan cara benar
menggosok gigi agar anak-anak itu dapat
menambah pengetahuan mereka tentang kesehatan
gigi, bagaimana cara merawat gigi, bahkan
diharapkan agar anak-anak mulai menggosok gigi
yang benar sesuai dengan apa yang ditunjukkan
Ama Kase. Komunikasi koorientasi terjadi manakala
tujuan komunikasi untuk mengubah sikap
penerima informasi sesuai dengan kehendak
6. Komunikasi mendorong interpretasi individu
Komunikasi juga mendorong interpretasi
individu, karena sebagai pengirim pesan maupun
penerima pesan harus menginterpretasikan pesan
sesuai dengan maksud pengirim.
Ama Kase tidak dapat menghindari interpretasi
anak-anak jika anak-anak yang usil akan bertanya:
Apakah Ama Kase menggosok gigi sesuai dengan
peragaan itu? Apakah Ama Kase menggosok gigi
sesuai dengan peragaan itu?. Apakah Ama Kase
mendapat bonus dari perusahaan Oral B atau pasta
gigi Pepsodent setelah semua anak membeli sikat
gigi dan Pepsodent yang dianjurkan Ama Kase?
Interpretasi terhadap pesan itu akan sama jika Ama
Kase menjelaskan bahwa dia juga menggosok gigi
dengan cara yang ditampilkan, dan dia tidak
mendapat apa-apa dari perusahaan sikat gigi atau
Pepsodent, yang dia jalankan adalah wujud
kecintaan dia pada tugasnya semata-mata dan rasa
cinta dia pada anak-anak itu.
7. Komunikasi merupakan aktivitas pertukaran
makna

Komunikasi yang berlangsung antar manusia


tidak dapat dipahami hanya melalui kata-kata yang
diucapkan atau yang ditulis. Komunikasi hanya
dapat dipahami jika pesan-pesan komunikasi
dipahami dalam dua makna, yakni makna
denotative (arti kata berdasarkan kamus) dan
makna konotatif (arti kata berdasarkan koneks
tertentu).
Karena makna kata itu ada dan hanya dapat
dipahami oleh pengirim atau penerima, maka
komunikasi dibutuhkan aktifitas pertukaran makna.
Kata “gosok gigi” mengandung makna denotatif jika
diartikan sebagai aktifitas menggosok gigi dengan
sikat gigi, namun kata “gosok gigi” dapat bermakna
konotatif dimana anak-anak SD itu mengartikannya
sebagai aktifitas mandi.
8. Komunikasi terjadi dalam konteks

Komunikasi terjadi dalam konteks karena


aktifitas komunikasi yang dilakukan oleh manusia
selalu berada dalam sebuah ruang dan waktu, atau
disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu.
Berhubung dengan itu kita dapat mengatakan
bahwa komunikasi dapat dilakukan dalam konteks :
a. Lingkungan fisik, misalnya di Puskesmas, kantor,
di tepi jalan raya, disamping tangki bensin, di depan
kantor pos, dan lain-lain.
b. Antar budaya manakala komunikasi melibatkan
komunikator dan komunikan yang berbeda latar
belakang kebudayaannya (misalnya diantara anak-
anak itu ada anak yang bukan berasal dari Benlutu
sehingga memberikan makna konotatif yang
berbeda atas kata “gosok gigi”).
c.Psikologis, artinya aktivitas komunikasi
memperhatikan beragam faktor psikologis seperti
persepsi, sikap, motivasi, kebutuhan, keinginan dari
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi (dalam
kasus diatas sudah tentu ada perbedaan persepsi,
sikap, motivasi, kebutuhan dan keinginan dari Ama
Kase dengan anak-anak SD K itu).
d. Personal, artinya aktivitas komunikasi
memperhitungkan situasi hubungan antar pribadi
(interaksi sosial, relasi sosial, atau transaksi sosial),
misalnya hubungan antara petugas pemerintah
dengan rakyat, hubungan antara pengirim pesan
dengan penerima pesan yang berbeda latar
belakang pengetahuan kesehatan, dan lain-lain.
e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi turut
memperhatikan sifat dan karakteristik kelompok,
jumlah anggota dalam kelompok, daya tarik
kelompok, dinamika kelompok, dan lain-lain.
f. Organisasinya, artinya aktivitas komunikasi turut
memperhatikan tujuan organisasi, karakteristik
atau sifat organisasi, jumlah orang dalam organisasi,
daya tarik organisasi, dinamika organisasi, dll.
g. Massa, artinya akivitas komunikasi turut
memperhatikan sifat-sifat massa, atau kategori
massa yang dapat dirinci dalam cirri-ciri kategorial
seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
tempat tinggal, gaya hidup, dan lain-lain.
d. Personal, artinya aktivitas komunikasi
memperhitungkan situasi hubungan antar pribadi
(interaksi sosial, relasi sosial, atau transaksi sosial),
misalnya hubungan antara petugas pemerintah
dengan rakyat, hubungan antara pengirim pesan
dengan penerima pesan yang berbeda latar
belakang pengetahuan kesehatan, dan lain-lain.
e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi turut
memperhatikan sifat dan karakteristik kelompok,
jumlah anggota dalam kelompok, daya tarik
kelompok, dinamika kelompok, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai