Anda di halaman 1dari 32

REVIEW JURNAL

PTERYGIUM

Claudia S.P Kota Siku


13 17 777 14 219
Prevalence and associated factors
of
pterygium among adults living in
Gondar city, Northwest Ethiopia
Pendahuluan
Latar Belakang
 Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk
sayap dari arah konjungtiva ke kornea
 lebih sering terjadi secara nasal daripada temporal, meskipun salah
satu atau keduanya (ªdoubleº pterygium) dapat terjadi
 Presentasi klinis utamanya adalah kemerahan, iritasi, menurun
penglihatan dan ketidaknyamanan mata.
 Faktor yang berhubungan dengan pembentukan pterygium
lingkungan kerja di luar ruangan, usia menjadi tua, jenis kelamin
laki-laki, tinggal di daerah dengan paparan radiasi ultraviolet yang
lebih tinggi, iklim kering dan berangin .
 Daerah penelitian terletak di daerah tropis, di mana belum
dilakukan penelitian prevalensi pterigium tsebelumnya
terutama faktor-faktor terkait pterigium.
 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya
pterigium dan faktor-faktor yang terkait sehingga kesadaran
menciptakan penghindaran faktor risiko terhadap kejadian
pterigium.
METODE
 Design : Studi desain cross sectional
 Sampel :
Sampel yang dilibatkan pada penelitian ini sebanyak 399 sampel
orang dewasa yang berusia diatas 20 tahun berdasarkan pengisian
kuesioner dan pemeriksaan mata dasar. Menggunakan metode
pengambilan sampel secara acak. Studi ini dilakukan sesuai
dengan Deklarasi Helsinki dan disetujui oleh Dewan Peninjau
Etika Universitas Gondar.
Data dikumpulkan oleh dokter ahli mata.
Orang dewasa yang menderita pterygium diberi resep sunglass
dan dirujuk ke Pusat perawatan mata dan pelatihan tersier
Universitas Gondar untuk pemeriksaan detail dan pengelolaan.
 Pengumpulan Data :
Data yang dikumpulkan dari peserta penelitian : faktor sosial
ekonomi dan demografi, faktor perilaku dan lingkungan.
Pemeriksaan standar mata dasar dengan menggunakan
portable slit lamp yang dilakukan oleh dokter ahli mata.
Temuan pemeriksaan dicatat dalam bahasa Inggris

 Analisis Data :
Menggunakan SPSS versi 20. Statistik analitik dilakukan
dengan menggunakan regresi logistik bivariat dan multivariat.
Nilai-p kurang dari 0,05 dianggap sebagai statistik faktor
signifikan pterigium
HASIL
KESIMPULAN
 Prevalensi pterygium yang tinggi dialami oleh pnduduk yang
berusia tua dan berjenis kelamin laki-laki di kota Gondar,
Ethiopia barat laut.
 Faktor predisposisi terjadinya pterygium di di kota Gondar,
Ethiopia barat laut meliputi area kerja di luar ruangan,
pemanfaatan obat mata tradisional dan riwayat keluarga
pterygium
 Faktor pencegahan terjadinya pterygium adalah penggunaan
sunglass / topi
KEKURANGAN
Peneitian ini memiliki bias mengingat dari peserta. Penelitian
ini tidak melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mencari data terkait lainnya dengan pterygium.
The Astigmatic Effect of Pterygium in a
Tertiary Hospital in
Kano, Nigeria
Pendahuluan
Latar Belakang
 Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk
sayap dari arah konjungtiva ke kornea
 Pterygium dikaitkan dengan astigmatisme. Tingkat signifikan
astigmatisme kornea dapat diinduksi dengan perambahan
pterigium ke kornea.
 Ada hubungan langsung antara ukuran pterygium pada kornea dan
efek astigmatik
METODE
 Design : Studi desain Prospektif observasional dilakukan dari
September 2012 hingga Juni 2013
 Sampel :

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Persetujuan Tidak memberikan persetujuan


untuk berpartisipasi
Usia di atas 20 tahun Usia < 20 tahun

Pterygium primer dengan astigmatisme Riwayat operasi mata sebelumnya


minimal 1 Diopter cylinder (DC)
Fundus normal pada ophthalmoscopy Riwayat pterygium berulang
langsung
Pterygium grade IV
 Analisis Data :
Data dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik
Minitab versi 12.0, Minitab Inc, Pennsylvania, Amerika
Serikat Amerika. Paired t-test digunakan untuk
membandingkan nilai rata-rata ketajaman visual dan
perubahan kekuatan silinder sebelum dan setelah operasi. P
<0,05 dianggap signifikan secara statistik.
HASIL
 Dari 45 mata dari 33 pasien berusia 28–75 tahun. Usia rata-
rata adalah 56,12 + 12,38 tahun. Enam mata memiliki Grade
I, 29 mata memiliki Grade II dan 10 mata memiliki Grade III
pterygium.
 Nilai rata-rata untuk astigmatisme pra operasi adalah 2,12 ±
1,09 diopter silinder (DC) sedangkan untuk astigmatisme
pasca operasi adalah 0,72 ± 0,50 DC (P = 0,000).
 Pembedahan dikaitkan dengan peningkatan ketajaman visual
pasca operasi yang signifikan secara statistik. (P = 0,000).
KESIMPULAN
Tingkat astigmatisme yang diinduksi pterigium berkurang
secara signifikan mengikuti eksisi bedah.
Eksisi pterigium dikaitkan dengan peningkatan ketajaman
visual.
KEKURANGAN
 Keterbatasan penelitian ini mencakup kemungkinan bahwa
beberapa pasien telah mengalami astigmatisme sebelumnya
Efficacy and Safety of Bevacizumab in
the Treatment of Pterygium:
An Updated Meta-Analysis of
Randomized Controlled Trials
Pendahuluan
Latar Belakang
 Pterygium adalah Pterygium adalah salah satu penyakit mata yang
paling umum, yang ditandai oleh pertumbuhan jaringan
fibrovaskular mulai dari konjungtiva bulbar menuju kornea.
 Terapi utama untuk pterygium adalah operasi, dan masalah utama
dari perawatan adalah tingginya tingkat kekambuhan.
 Bevacizumab adalah antibodi monoklonal manusia rekombinan
terhadap VEGF, yang disetujui oleh FDA untuk mengobati
neoplasma. Banyak uji coba terkontrol secara acak (RCT)
dilakukan untuk menilai keamanan dan kemanjuran bevacizumab
pada manajemen pterigium.
METODE
 Design : Controlled Trials (CENTRAL)
 Sampel :
Pada penelitian ini, melibatkan semua artikel penelitian yang
memenuhi syarat sebagai berikut : artikel yang membahas
penderita pterigium tanpa batasan grade, penggunaan
bevacizumab topical pada penderita pterigium.
Pada penelitian ini hanya mengambil 18 penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi.
1.045 mata terdaftar: 561 di bevacizumab grup dan 484 di grup
kontrol.
 Pengumpulan Data :
Data yang dikumpulkan dari peserta penelitian : faktor sosial
ekonomi dan demografi, faktor perilaku dan lingkungan.
Pemeriksaan standar mata dasar dengan menggunakan
portable slit lamp yang dilakukan oleh dokter ahli mata.
Temuan pemeriksaan dicatat dalam bahasa Inggris

 Analisis Data :
Menggunakan SPSS versi 20. Statistik analitik dilakukan
dengan menggunakan regresi logistik bivariat dan multivariat.
Nilai-p kurang dari 0,05 dianggap sebagai statistik faktor
signifikan pterigium
HASIL
 Dari 1045 mata dalam 18 percobaan terkontrol acak (RCT) yang
terdaftar.
 Secara keseluruhan, estimasi yang dikumpulkan menunjukkan efek
signifikan secara statistik dari bevacizumab pada pengurangan
kekambuhan pterygium(RR 0,74, 95% CI 0,56-0,97, P = 0,03).
 Analisis subkelompok mempresentasikan hasil signifikan
penggunaan bevacizumab (pterygium primer kelompok, RR 0,53,
95% CI 0,33-0,83, P = 0,006; kelompok autograft konjungtiva,
RR 0,48, 95% CI 0,25-0,91, P = 0,02).
 Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik diamati di
tingkat komplikasi
KESIMPULAN
 Pemberian bevacizumab menunjukkan penurunan yang
signifikan secara statistik dalam tingkat kekambuhan
pterygium tanpa mengakibatkan peningkatan komplikasi
akbat pterygium
KEKURANGAN
Pada penelitian ini tidak ada standar khusus dalam
menetapkan derajat pterygium, cara pemberian bevacizumab,
teknik operasi
Analisis sensitivitas tingkat kekambuhan pterygium pada
penelitian ini tidak stabil sehingga masih memerlukan
penelitian selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai