Anda di halaman 1dari 15

MITIGASI BENCANA

Konsep Mitigasi Bencana


Secara etimologi :
• Kata mitigasi dalam Bahasa Indonesia diambil dari kata mitigation
dalam Bahasa Inggris (telah digunakan sejak pertengahan abad ke-
14).
• Kata mitigation berasal dari kata benda dalam Bahasa Latin
mitigationem, berasal dari kata kerja mitigare. Mitigare merupakan
gabungan dari kata mitis (lunak, jinak, lembut) dan agare
(melakukan, mengerjakan, membuat).
• Mitigasi diartikan sebagai penjinakan, yaitu membuat sesuatu yang
liar menjadi jinak atau sesuatu yang keras menjadi lunak atau
lembut.
• Bencana pada umumnya bersifat liar, dengan upaya mitigasi
diharapkan dijinakkan atau dilemahkan kekuatannya.
• Berdasarkan UU RI No. 24 Tahun 2007 (tentang
penanggulangan bencana) dan PP RI No. 21 Tahun 2008
(tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana) :

“Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi


resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana”.

• Berdasarkan UU RI No. 27 Tahun 2007 (tentang pengelolaan


wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil) :
“Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi resiko
bencana baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan
fisik/alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik
melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil”.
• Dalam PP RI No.21 Tahun 2008 pasal 20 dan UU RI No. 24 Tahun
2007 :
Kegiatan utama mitigasi bencana :
1. Perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang yang berdasarkan
pada analisis resiko bencana.
2. Pengaturan pembangunan : pembangunan infrastruktur dan tata
bangunan.
3. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, baik
secara konvensional maupun modern.
• Dalam UU RI No. 27 Tahun 2007,
Kegiatan utama mitigasi bencana :
1) kegiatan struktur/fisik yang meliputi : pembangunan sistem
peringatan dini, pembangunan sarana prasarana, dan/atau
pengelolaan lingkungan untuk mengurangi resiko bencana.
2) kegiatan nonstruktur/nonfisik yang meliputi : penyusunan
peraturan perundang-undangan, penyusunan peta rawan bencana,
peta resiko bencana, penyusunan AMDAL, penyusunan tata ruang,
penyusunan zonasi, pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran
masyarakat.
Jenis-Jenis Mitigasi
• Mitigasi Struktural :
“Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan dampak
bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
menggunakan pendekatan teknologi, seperti alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System
yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami”.

“Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan


(vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan
bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan
atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang
bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur
bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana”.
• Mitigasi Non-Struktural :
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak
bencana selain fisik seperti penyusunan peraturan perundang
undangan, penyusunan peta rawan bencana, peta resiko bencana,
penyusunan AMDAL, penyusunan tata ruang, penyusunan zonasi,
pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat.
Metode dan Tujuan Mitigasi

• Metode/strategi mitigasi harus dirancang untuk aplikasi


yang diusulkan. Program-program mitigasi bencana
dilaksanakan di Philipina tidak mungkin dapat diterapkan
secara langsung di Peru. Ada beberapa solusi baku.
Beberapa elemen individu dan teknik-teknik mitigasi
akan dapat diterapkan.
• Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi
Bencana adalah :
a) Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh
bencana khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa
(kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan
kerusakan sumber daya alam.
b) Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan
pembangunan.
c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public
awareness) dalam menghadapi serta mengurangi
dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat dapat
hidup dan bekerja dengan aman.
Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia) :
• Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan. Fokus
bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga
kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
• Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
• Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan
membangun sendiri.
• Menggunakan sumber daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
• Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan
membangun rumah.
• Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
• Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di
daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi,
maupun implikasi politik.
• Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat
Bagian paling kritis dari Pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman
penuh akan sifat bencana !!!

• Pemahaman dari bahaya-bahaya alam dan proses-proses yang


menyebabkan bahaya-bahaya itu adalah tanggung jawab dari para ahli
seismologi, vulkanologi, klimatologi, hidrologi dan para ilmuwan lainnya.
• Pengaruh dari bahaya alam terhadap bangunan-bangunan dan lingkungan
buatan manusia merupakan bahan kajian dari para insinyur dan para ahli
risiko.
• Kematian dan luka yang disebabkan oleh bencana-bencana dan
konsekuensi-konsekuensi dari kerusakan sehubungan dengan gangguan
masyarakat dan dampak-dampaknya terhadap ekonomi menjadi bidang
penelitian bagi para praktisi medis, ekonomi dan ilmu social.
• Pemahaman bahaya-bahaya mencakup tentang :
a) Bagaimana bahaya itu muncul
b) Kemungkinan terjadi dan besarnya
c) Mekanisme fisik kerusakan
d) Elemen-elemen dan aktivitas-aktivitas yang paling rentan terhadap
pengaruh-pengaruhnya.
e) Konsekuensi-konsekuensi kerusakan
Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana

Kebijakan mitigasi bencana antara lain :


1) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap
unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman
umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-
masing.
2) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye
• Strategi mitigasi bencana :
1) Pemetaan : belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan,
peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik 3.Peta
bencana belum terintegrasi , peta bencana yang dibuat memakai
peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam proses
integrasinya.
2) Pemantauan. Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini,
maka dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi
bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan.
3) Penyebaran informasi.
4) Sosialisasi dan Penyuluhan
5) Pelatihan/Pendidikan
6) Peringatan Dini
State of the art mitigasi bencana di Indonesia

• Bencana tsunami : penanaman mangrove, early warning


sistem
• Bencan gempa : pembuatan bangunan tahan gempa
• Bencana gunung api : desain bangunan tahan beban
abu gunung api
• Dll..

Anda mungkin juga menyukai