Anda di halaman 1dari 33

Surat Al-Ikhlas

L/O/G/O
Muhtawa Tujuan Umum

Mawashofat yang
ingin dicapai Tujuan Khusus

Sasaran Kerangka Sasaran Afektif


Pembelajaran Maddah

Sarana Evaluasi Sasaran


dan Mutaba’ah Psikomotorik

Pilihan Kegiatan Kegiatan


Pendukung Pembelajaran
I. TUJUAN UMUM
1. Memperkuat tali ikatan dengan Kitabullah
2. Dasar pemahaman yang benar
3. Penanaman cinta
4. Penguasaan untuk mengajarinya,
5. Merasa terikat dengan taujihnya,
6. Mengamalkan kandungannya,
7. Memurnikan sasaran-sasaran dengan
menyesuaikan ruang dan waktu,
8. Kembali kepada Al-Qur’an ketika berselisih.

Rasm
II. TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan kosa kata dan
dilalahnya
2. Menjelaskan surat yang setara
dengan sepertiga surat dengan
menerangkan dalil-dalilnya dari sunah
3. Mengenali surat-surat pengusir
syetan, pembatal sihir, dan penjaga
manusia dari godaan syetan
Rasm
III. SASARAN AFEKTIF
1. Baik bacaannya, hafalan dan pemahaman kandungan surat.
2. Meluruskan pemahaman yang salah yang ada di Masyarakat.
3. Tetap bertawakal kepada Allah dan bergantung kepadaNya
4. Senantiasa mempersiapakan diri untuk bertemu Allah dengan
bekal ketakwaan
5. Mencari petunjuk dari ayat-ayat Allah swt dalam pembahasan
ilmiah.
6. Menjauhi para penjajah nafsu orang munafik da berlindung
kepada Allah dari mereka

Rasm
IV. SASARAN PSIKOMOTORIK

1. Memperindah bacaan surah Al-


Ikhlas
2. Selalu mewiridkan surat Al-Ikhlas
diwaktu pagi dan petang
3. Membacanya pada waktu-waktu
tertentu

Rasm
IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:
1. Kegiatan Pembuka
• Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Tafsir surat Al
Ikhlas
2. Kegiatan Inti:
• Kajian tentang Tafsir surat Al Ikhlas
• Berdikusi dan tanya jawab seputar pokok bahasan ( lihat
tujuan Kognitif, afektif dan psikomotor
• Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang
terkandung dalam materi tersebut
3. Kegiatan Penutup:
• Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)
• Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)
Rasm
V. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.
1. Belajar membaca surat Al-Qur’an dan menghapalnya
2. Mendokumentasikan film yang berbicara tentang kehebatan Al-Qur’an.
3. Merangkum inti-inti surat dan menulisnya pada kertas di dinding agar
mudah dihafal .
4. Menulis cerita yang berkenaan dengan kemulian orang yang bertaqwa
dan kehinaan orang yang durhaka
5. Mengadakan Rihlah individu untuk merenungi ayat-ayat Allah.
6. Mengadakan halaqah tahsin Al-Qur’an beserta tafsir untuk remaja dan
pemuda.
7. Membahas rahasia-rahasia dan mukjizat yang ada dalam Al-Qur’an
8. Melengkapi buku-buku kaset video dan kaset tafsir yang sederhana
9. Melengkapi kaset-kaset muratal di perpustakaan masjid seperti murattal
Syaikh Mahmud Al-Hushori.

Rasm
VI. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH.

1. Menguji peserta sekitar hukum-hukum tajwid


baik teori maupun praktek
2. Menguji hafalan surat setiap peserta secara
lafazh dan maknanya
3. Mengevaluasi perilaku peserta dan
komitmennya terhadap adab-adab Al-Quran
4. Membuat format untuk mengevaluasi
keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan di atas

Rasm
VII. SASARAN PEMBELAJARAN.

1. Paruh kedua dari Juz Amma (Al-‘ala s/d An-nas)


2. Menjelaskan makna dari kosakata dan dilalah yang ada
3. Menerangkan kesesuian risalah Islam dengan ciptaan Allah.
4. Menyebutkan tugas-tugas Rasul dari kesimpulan surat tersebut .
5. Menjelaskan kehancuran orang-orang zhalim dan dampaknya
dalam kemenangan dakwah para da’i, dan meluasnya dakwah
islamiyyah.
6. Menerangkan rahasia dibalik ujian Allah, dan pengaruh ujian
tersebut terhadap manusia, dan bagaimana sikap seorang
mukmin menghadapinya.
7. Menjelaskan fadilah menyegerakan berbuat kebajikan.
8. Memaparkan peranan dai dalam menyebarluaskan akhlak islami

Rasm
Muwashafat yang ingin dicapai

SALIMUL AQIDAH
1. Tidak berhubungan dengan jin
2. Tidak meminta tolong kepada orang yang
berlindung kepada jin
3. Tidak menghadiri majlis dukun dan
peramal
4. Mengimani rukun iman
Muwashafat yang ingin dicapai

• SHAHIHUL IBADAH
1. Hafal surat Adh-dhuha sampai An-Naas
2. Komitmen dengan wirid tilawah harian
3. Berdoa pada waktu-waktu utama
4. Menjauhi dosa besar
5. Merutinkan dzikir pagi hari
6. Merutinkan dzikir sore hari
7. Dzikir kepada Allah swt dalam setiap keadaan
8. Menutup hari-harinya dengan bertaubat dan
beristighfar
Muwashafat yang ingin dicapai

• MATINUL KHULUQ
1. Tidak Takabbur
• MUTSAQAFUL FIKRI
1. Baik dalam membaca dan menulis
2. Memperhatikan hukum-hukum tilawah
3. Mengkaji marhalah Makkiyah dan menguasai
karakteristinya
4. Membaca satu juz tafsir Alquran (juz 30)

Rasm
VIII. Muhtawa

Allah Berfirman:
‫) لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬2( ‫ص َم ُد‬ ‫) ه‬1( ‫َّللاُ أ َ َح ٌد‬
‫َّللاُ ال ه‬ ‫قُ ْل ُه َو ه‬
)4( ‫) َولَ ْم يَك ُْن لَهُ ُكفُ ًوا أ َ َح ٌد‬3(
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia."
Rasm
‫‪Alur Materi‬‬

‫هللا األ َ َح ُد‬

‫ص َم ُد‬
‫هللاُ ال ه‬
‫هللاُ لَ ْم يَ ِل ْد‬ ‫ِصفَاتُ هللا‬
‫ِِ‬
‫هللا لَ ْم يُ ْولَ ْد‬
‫هللا لَ ْم يَك ُْن لَهُ ُكفُ ًوا أ َ َح ُد‬
Pendahuluan
• Surat Al Ikhlas ini terdiri dari 4 ayat, surat ke
112, diturunkan setelah surat An Naas. (At Ta’rif
bi Suratil Qur’anil Karim)
• Surat ini dinamakan Al Ikhlas karena di
dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid.
Oleh karena itu, surat ini dinamakan juga Surat
Al Asas, Qul Huwallahu Ahad, At Tauhid, Al
Iman, dan masih banyak nama lainnya.
• Surat ini merupakan surat Makiyyah dan
termasuk surat Mufashol.
Ada dua sebab kenapa surat ini
dinamakan Al Ikhlash.Yang
pertama, dinamakan Al Ikhlash
karena surat ini berbicara tentang
ikhlash. Yang kedua, dinamakan
Al Ikhlash karena surat ini murni
membicarakan tentang Allah.
Asbabun Nuzul
• Surat ini turun sebagai jawaban kepada orang
musyrik yang menanyakan pada Rasulullah saw,
’Sebutkan nasab atau sifat Rabbmu pada kami?’.
Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad
saw, ’Katakanlah kepada yang menanyakan tadi,
… [lalu disebutkanlah surat ini]’(Aysarut Tafasir,
1502).
• Juga ada yang mengatakan bahwa surat ini turun
sebagai jawaban pertanyaan dari orang-orang
Yahudi (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, At Ta’rif bi
Suratil Qur’anil Karim, Tafsir Juz ‘Amma 292).
Kandungan surat
1. Surat ini merupakan surat yang menegaskan
tentang ketauhidan dan pensucian nama Allah
Ta'ala. Ia merupakan prinsip pertama dan pilar
utama Islam.
2. Surat ini juga mengukuhkan keesaan Allah, tiada
sekutu bagi-Nya, Dia sendiri yang dituju untuk
memenuhi semua kebutuhan, yang tidak
melahirkan dan tidak dilahirkan, tiada yang
menyerupai dan tandingan-Nya. Konsekuensi
dari semua itu adalah ikhlas beribadah kepada
Allah dan ikhlas menghadap kepada-Nya saja.
Hubungan surat
 Hubungan surat Al-Ikhlas dengan surat sebelumnya:
Surat Al-Lahab mengisyaratkan bahwa kemusyrikan itu
tak dapat dipertahankan dan tidak akan menang
walaupun para pendukung-pendukungnya bekerja keras.
Surat Al-Ikhlash mengemukakan bahwa tauhid dalam
Islam adalah tauhid yang semurni-murninya.
 Hubungan surat Al-Ikhlas dengan surat sesudahnya:
Surat Al-Ikhlash menegaskan kemurniaan keesaan Allah
SWT, sedang surat Al-Falaq memerintahkan agar
semata-mata kepada-Nya lah orang memohon
perlindungan dari segala macam celaan dan cobaan
Keutamaan surat Al-Ikhlas
1. Surat Al Ikhlas Setara dengan Tsulutsul Qur’an (Sepertiga Al
Qur’an)
Hal ini berdasarkan hadits :

َّ ‫س ِم َع َر ُجالً يَ ْق َرأ ُ ) قُ ْل ُه َو‬


‫ فَلَ َّما‬، ‫َّللاُ أ َ َح ٌد ( يُ َر ِد ُد َها‬ َ ً‫س ِعي ٍد أ َ َّن َر ُجال‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبى‬ َ
‫ َو َكأ َ َّن‬، ُ‫َّللا – صلى هللا عليه وسلم – فَ َذ َك َر َذ ِل َك لَه‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫صبَ َح َجا َء ِإلَى َر‬ ْ َ‫أ‬
‫َّللا – صلى هللا عليه وسلم « – َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫الر ُج َل يَتَقَالُّ َها فَقَا َل َر‬
َّ
ِ ‫ث ْالقُ ْر‬
»‫آن‬ َ ُ‫بِيَ ِد ِه ِإنَّ َها لَت َ ْع ِد ُل ثُل‬
Dari Abu Sa’id (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca
dengan berulang-ulang ’Qul huwallahu ahad’. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar
tadi mendatangi Rasulullah saw dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada
seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas. Kemudian Rasulullah saw bersabda, ”Demi
yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga
Al Qur’an”. (Bukhari no. 6643)
Begitu juga dalam hadits:

-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ع ِن النَّ ِب ِى‬ َ ‫اء‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبى ال َّد ْر َد‬ َ
‫آن‬
ِ ‫ر‬
ْ ُ ‫ق‬ ْ
‫ال‬ َ
‫ث‬ ُ ‫ل‬ُ ‫ث‬ ‫ة‬
ٍ َ ‫ل‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ف‬
ِ َ ‫أ‬ ‫ر‬ َ ‫ق‬ْ َ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫م‬
ْ ‫ك‬ ُ ُ
‫د‬ ‫ح‬
َ َ ‫أ‬ ُ
‫ز‬ ‫ج‬
ِ ‫ع‬
ْ َ ‫ي‬َ ‫قَا َل « أ‬
َُّ ‫ ”قُ ْل ُه َو‬:‫آن قَا َل‬
‫َّللا‬ ِ ‫ر‬
ْ ُ ‫ق‬‫ال‬ ْ ‫ث‬َ ُ ‫ل‬ُ ‫ث‬ ُ ‫أ‬ ‫ر‬ َ ْ
‫ق‬ َ ‫ي‬ ‫ْف‬َ ‫ي‬‫ك‬َ َ ‫»قَال‬.
‫و‬ ‫وا‬ ُ
‫آن‬
ِ ‫ر‬ ْ ُ ‫ق‬ ْ
‫ال‬ ‫ث‬ َ ُ ‫ل‬ ُ ‫ث‬ ُ
‫ل‬ ‫د‬ ِ ‫ع‬
ْ َ ‫ي‬ “ ٌ
‫د‬ ‫ح‬
َ َ ‫أ‬
Dari Abu Darda’ dari Nabi saw. Beliau saw bersabda, ”Apakah
seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga
Al Qur’an dalam semalam?” Mereka mengatakan,”Bagaimana
kami bisa membaca seperti Al Qur’an?” Lalu Nabi saw bersabda,
”Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al Qur’an.”
(Muslim no. 1922)
2. Membaca surat Al Ikhlash sebab mendapatkan
kecintaan Allah
Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Nabi saw mengutus seseorang
kepada seorang budak. Budak ini biasanya di dalam shalat ketika shalat
bersama sahabat-sahabatnya sering mengakhiri bacaan suratnya dengan ’Qul
huwallahu ahad.’ Tatkala para sahabatnya kembali, mereka menceritakan hal ini
pada Nabi saw. Beliau saw lantas berkata:
‫صنَ ُع ذَ ِّل َك‬ ْ ‫ش ْىءٍ َي‬ َ ‫ى‬ ِّ َ ‫سلُوهُ أل‬
َ
”Tanyakan padanya, kenapa dia melakukan seperti itu?”
Mereka pun menanyakannya, dia pun menjawab,
‫ب أَ ْن أَ ْق َرأَ ِّب َها‬ ُّ ‫ َوأَنَا أ ُ ِّح‬، ‫الر ْح َم ِّن‬َّ ُ‫صفَة‬
ِّ ‫ألَنَّ َها‬
”Surat ini berisi sifat Ar Rahman. Oleh karena itu aku senang membacanya.”
Rasulullah saw lantas bersabda,
َّ ‫أَ ْخ ِّب ُروهُ أَ َّن‬
ُ‫َّللاَ يُ ِّحبُّه‬
”Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya.” (Bukhari no. 7375 dan Muslim
no. 813)
Tafsir ayat 1
Allah Maha Esa

‫َّللاُ أ َ َح ٌد‬
‫قُ ْل ُه َو ه‬
"Katakan, 'Dialah Allah yang Esa."
Inilah prinsip pertama dan tugas utama yang diemban Nabi
saw. Beliau pun menyingsingkan lengan baju dan mulai mengajak
manusia kepada tauhid dan beribadah kepada Allah yang Esa. Oleh
karena itu di dalam surat ini Allah memerintahkan beliau agar
mengatakan, "Katakan, 'Dialah Allah yang Esa." Katakan kepada
mereka, ya Muhammad, "Berita ini benar karena didukung oleh
kejujuran dan bukti yang jelas. Dialah Allah yang Esa. Dzat Allah satu
dan tiada berbilang. Sifat-Nya satu dan selain-Nya tidak memiliki sifat
yang sama dengan sifat-Nya. Satu perbuatan dan selain-Nya tidak
memiliki perbuatan seperti perbuatan-Nya.
Kata (‫– )قُ ْل‬artinya katakanlah-. Perintah ini ditujukan
kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan juga umatnya.
 Al Qurtubhi mengatakan bahwa (‫َّللاُ أ َ َحد‬ َّ ‫ )قُ ْل ُه َو‬maknanya
adalah:
‫ َو ََل َولَد َو ََل ش َِّري َْك‬،َ‫صا َحبَة‬
َ ‫ َو ََل ن َِّظي َْر َو ََل‬،ُ‫ش ِّب ْيهَ لَه‬ َ ‫ الَّذِّي ََل‬،‫احدُ ال ِّوتْ ُر‬
ِّ ‫الو‬
َ
Al Wahid Al Witr (Maha Esa), tidak ada yang serupa dengan-
Nya, tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak memiliki
istri ataupun anak, dan tidak ada sekutu baginya.
 Asal kata dari (‫ )أ َ َحد‬adalah (‫)و ْحد‬, َ sebelumnya diawali
dengan huruf ‘waw’ kemudian diganti ‘hamzah’. (Al Jaami’
liahkamil Qur’an, Adhwaul Bayan)
Tafsir Ayat 2
Allah tempat bergantung
‫ص َم ُد‬
‫َّللاُ ال ه‬
‫ه‬
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.”

Artinya tiada sesuatu pun di atas-Nya dan Dia


tidak butuh kepada sesuatu pun. Bahkan selain-
Nya butuh kepada-Nya. Semua makhluk perlu
berlindung kepada-Nya di saat sulit dan krisis
mendera. Maha Agung Allah dan penuh berkah
semua nikmat-Nya.
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masiir mengatakan bahwa makna Ash Shomad
ada empat pendapat:
Pertama, Ash Shomad bermakna:
‫ص َمدُ إليه في الحوائج‬
ْ ُ‫السيد الذي ي‬
ِّ ‫أنه‬
Allah adalah As Sayid (penghulu), tempat makhluk menyandarkan segala
hajat pada-Nya.
Kedua, Ash Shomad bermakna:
‫أنه الذي َل جوف له‬
Allah tidak memiliki rongga (perut).
Ketiga, Ash Shomad bermakna:
‫أنه الدائم‬
Allah itu Maha Kekal.
Keempat, Ash Shomad bermakna:
‫الباقي بعد فناء الخلق‬
Allah itu tetap kekal setelah para makhluk binasa.
Dalam Tafsir Al Qur’an Al Azhim (Tafsir Ibnu Katsir) disebutkan beberapa perkataan ahli tafsir
yakni sebagai berikut.
Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah :
ْ َ‫الَّذِّي ي‬
َ ‫ص ُمدُ الخ َََلئِّ ُق إِّلَ ْي ِّه فِّي َح َوائِّ ِّج ِّه ْم َو َم‬
‫سائِّ ِّل ِّه ْم‬
Seluruh makhluk bersandar/bergantung kepada-Nya dalam segala kebutuhan maupun
permasalahan.
Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu Abbas mengatakan mengenai
‫ والحليم‬،‫ والعظيم الذي قد كمل في عظمته‬،‫ والشريف الذي قد كمل في شرفه‬،‫ص َمدُ )هو السيد الذي قد كمل في سؤدده‬ َّ
َّ ‫َّللاُ ال‬
‫ والحكيم الذي قد كمل في حكمته وهو الذي قد كمل في أنواع الشرف‬،‫ والعليم الذي قد كمل في علمه‬،‫الذي قد كمل في حلمه‬
.‫ سبحان هللا الواحد القهار‬،‫ وليس كمثله شيء‬،‫ ليس له كفء‬،‫ هذه صفته َل تنبغي إَل له‬،‫ وهو هللا سبحانه‬،‫والسؤدد‬
Dia-lah As Sayyid (Pemimpin) yang kekuasaan-Nya sempurna. Dia-lah Asy Syarif (Maha
Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna. Dia-lah Al ‘Azhim (Maha Agung) yang keagungan-Nya
sempurna. Dia-lah Al Halim (Maha Pemurah) yang kemurahan-Nya itu sempurna. Dia-lah Al
‘Alim (Maha Mengetahui) yang ilmu-Nya itu sempurna. Dia-lah Al Hakim (Maha Bijaksana)
yang sempurna dalam hikmah (atau hukum-Nya). Allah-lah –Yang Maha Suci- yang Maha
Sempurna dalam segala kemuliaan dan kekuasaan. Sifat-Nya ini tidak pantas kecuali bagi-
Nya, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak ada yang semisal dengan-Nya. Maha Suci Allah
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Tafsir Ayat 3
Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan

‫لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬


"Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan"
Ini merupakan pensucian Allah dari mempunyai anak laki-laki, anak
perempuan, ayah, atau ibu. Allah tidak mempunyai anak adalah bantahan terhadap
orang-oran musyrik yang mengatakan bahwa malaikat itu anak-anak perempuan
Allah, terhadap orang-orang Nashrani dan Yahudi yang mengatakan 'Uzair dan Isa
anak Allah. Dia juga bukan anak sebagaimana orang-orang Nashrani mengatakan
Al-Masih itu anak Allah lalu mereka menyembahnya sebagaimana menyembah
ayahnya. Ketidak-mungkinan Allah mempunyai anak karena seorang anak
biasanya bagian yang terpisah dari ayahnya. Tentu ini menuntut adanya
pembilangan dan munculnya sesuatu yang baru serta serupa dengan makhluk.
Allah tidak membutuhkan anak karena Dialah yang menciptakan alam semesta,
menciptakan langit dan bumi serta mewarisinya. Sedangkan ketidak-mungkinan
Allah sebagai anak, karena sebuah aksioma bahwa anak membutuhkan ayah dan
ibu, membutuhkan susu dan yang menyusuinya. Maha Tinggi Allah dari semua itu
setinggi-tingginya.
Kalimat (‫ )لَ ْم يَ ِل ْد‬sebagaimana dikatakan Maqotil,
”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.”
Kalimat (‫)ولَ ْم يُولَ ْد‬َ maksudnya adalah tidak
disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik
Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak
perempuan Allah . Kaum Yahudi mengatakan
bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan
Nashoro mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen)
adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah
meniadakan itu semua.” (Zadul Masiir)
Tafsir Ayat 4
Allah tidak serupa dengan yang lainnya

‫َولَ ْم يَك ُْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬


"Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Selama satu Dzat-Nya dan tidak berbilang, bukan ayah seseorang dan
bukan anaknya, maka Dia tidak menyerupai makhuk-Nya. Tiada yang
menyerupai-Nya atau sekutu-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
sekutukan.
Meskipun ringkas, surat ini membantah orang-orang musyrik Arab,
Nashrani, dan Yahudi. Menggagalkan pemahaman Manaisme (Al-
Ma’nawiyah) yang mempercayai tuhan cahaya dan kegelapan, juga terhadap
Nasrani yang berpaham trinitas, terhadap agama Shabi'ah yang menyembah
bintang-bintang dan galaksi, terhadap orang-orang musyrik Arab yang
mengira selain-Nya dapat diandalkan di saat membutuhkan, atau bahwa Allah
mempunyai sekutu. Maha Tinggi Allah dari semua itu.
• Maksudnya adalah tidak ada seorang pun
sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah
meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau
dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga
Allah meniadakan adanya yang semisal
dengan-Nya. (Tafsir Juz ‘Amma 293)
• Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di
mengatakan makna ayat: ”dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia” yaitu tidak
ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam
nama, sifat, dan perbuatan.
Penutup
1. Surat Al Ikhlas ini berisi penjelasan mengenai
keesaan Allah serta kesempurnaan nama dan
sifat-Nya.
2. Surat Al-Ikhlas menegaskan akan
ketergantungan seluruh makhluk di muka
bumi ini kepada sang Penguasa, Allah SWT,
semuanya makhluk tak terkecuali senantiasa
membutuhkan Allah SWT
3. Dengan mengimani ayat ini berarti seorang
muslim telah mengikhlaskan diri kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai