Anda di halaman 1dari 38

Padang Tri Handoyo

Presentasi Kasus 1413010037

Appendisitis Akut
Identitas pasien

• Nama : Tn. M
• Umur : 40 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Kedungrowo
• Masuk Rumah Sakit : 30 Maret 2019
• Keluar rumah sakit : 5 April 2019
• Pekerjaan : Supir
• Status pernikahan : Sudah menikah
Anamnesis

• Keluhan utama : nyeri perut kanan bawah


• Riwayat Penyakit Sekarang
• Lokasi: pasien datang dengan keluahan nyeri perut
kanan bawah, nyeri bermula dari daerah tengah
perut, beranjak ke perut bagian kanan bawah.
• Onset: sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan
nyeri pada daerah pusar, beberapa hari kemudian
berobat ke dokter namun belum menunjukan ada
perbaikan, lalu nyeri berpindah ke daerah kanan
bawah.
• Kualitas: nyeri tumpul hebat
• Kuantitas: nyeri dalam skala 9 dari 10 sampai
mengganggu aktifitas fisik sehari-hari,
• Faktor yang memperberat: pekerjaan sebagai supir
dan mengangkat barang memeperberat nyeri. Tidur
terlentang dengan kaki lurus nyeri bertambah berat
• Faktor yang memperingan: istirahat, minum air
hangat. Tidur dalam keadaan kaki kanan di tekuk.
• Keluhan penyerta: tidak nafsu makan, mual tapi
tidak muntah
• Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
• Riwayat keluraga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
di kelaurganya, Riwayat Dm disangkal, riwayat HT
disangkal
• Riwayat pribadi dan sosial
Pasien suka makan makanan pedas dan asam.
Pasien merupakan seorang perokok aktif, pasien
tidak mengkonsumsi alkohol
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum baik


• GCS : E4V5M6
• Tanda vital :
• TD :130 / 80
• Nadi : 88 x/menit kuat angkat
• suhu : 36,5 celcius
• Nafas :22 x/menit
• Kepala leher :
• Normocephal
• Konjunctiva anemis -/-
• Sclera ikterik -/-
• Pembesaran limfonodi (-)
• Thorax :
• Inspeksi: spider navi (-), Simetris, otot bantu nafas (-)
• Perkusi : pulmo sonor, cardiomegali (-)
• Palpasi: fokal fremitus dbn
• Auskultasi:
• Cor: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo : Suara dasar vesikuler : +/+ Suara rokhi basah
kasar :-/- Suara wheezing : -/-
• Abdomen
• Inspeksi: perut datar, Spider nevi (-)
• Auskultasi : bising usus (+) Normal
• Perkusi dan Palpasi :
Uji tambahan :
• Rovsing sign (-)
• Obturator sign (-)
• Mc burney sign (+)
• Defans muscular (-)
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium USG
Assesment

DIAGNOSIS BANDING:
• Apendisitis akut
• Gastroenteritis
• Chron’s disease
• Batu ureter kanan
Terapi

Farmakologi Pembedahan

• Ringer Lactate 500 ml • Laparoskopi


solution infus 20 tpm Appendiktomi
• Ceftriaxone 1 gram
injeksi /12 jam
• Ranitidine 50 mg
injeksi /8 jam
• Ketorolac 30 mg injeksi
/8 jam
Anatomi dan Fisiologi Apendiks
• Apendiks berukaran 10cm dan berpangkal pada
cecum
• Memiliki lumen sempit di proximal dan lebar di
distal
• Posisi appendiks dapat retrocaecal (74%),
pelvic (21%), patileal (5%), paracaecal (2%),
subcaecal (1,5%) dan preleal (1%)
• Apendiks diperdarahi oleh arteri apendicular,
cabang dari ateri ileocolica aretri ini termasuk end
arteri.
• Apendiks memiliki 6 saluran limfe melintangi
mesoappendiks menuju ke limfe nodi ileocaeca.
• Persarafan appendiks berasal dari cabang n. vagus
mengikuti a. mesenterika superior dan a.
apendikularis, sedangkan persarafan simpatis
berasal dari n. torakalis X, sehingga nyeri viscera
pada appendisitis bermula dari umbilikus
• Apendiks mengeluarkan lendir 1-2 ml perhari.
Lendir dikeluarkan ke lumen caecum.
• Jika terjadi hambatan dapat terjadi
appendisits akut.
Etiologi

• Faktor Obstruksi
• Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia
jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis
fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya
1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
• Faktor Bakteri
• Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis
primer pada apendisitis akut. Bakteri yang
ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis,
Splanchicus, Lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus.
• Kecenderungan familiar
• Malformasi Herediter Organ Appendiks Terlalu
Panjang, Vaskularisasi Tidak Baik Dan Letak Yg
Memudahkan Terjadi Appendisitis
• Faktor ras dan diet
• Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola
makanan sehari-hari
Patofisiologi
Apendisitis Akut
Klasifikasi Apendisitis

• Apendisitis akut
• Apendisitis Akut Sederhana> mukosa,sub mukosa
• Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis) infeksi
serosa, eksudat fibrinopurulen
• Apendisitis Akut Gangrenosa > infark, gangren
• Apendisitis Infiltrat> massa flegmoid dari usus halusm sekum,
kolon, peritoneum
• Apendisitis Abses> massa lokal dg pus
• Apendisitis Perforasi> pecah apendiks yg gangren ke rongga
perut
• Apendisitis kronik
fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial
atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
Penegakan Diagnosa
Apendisitis Akut

• Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :


• Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus
disertai mual dan anorexia. Demam biasanya ringan,
dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
• Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan
tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc
Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya defans
muskuler.
• Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri
kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign) nyeri
kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan
Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi
- Tidak ditemukan gambaran spesifik.
- Kembung sering terlihat pada komplikasi
perforasi.
-Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat
pada massa atau abses periapendikuler.
-Tampak perut kanan bawah tertinggal pada
pernafasan
• Palpasi
• nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan,
bisa disertai nyeri tekan lepas. Pemerikaan
rosving sign melihat adanya nyeri pada regio
kanan bawah ketika dilaukan palpasi di daerah
regio kiri bawah
- defans muscular menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale. pada
apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan
palpasi dalam untuk menentukan adanya
rasa nyeri.
• Perkusi
- pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
• Auskultasi
- biasanya normal
- peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat apendisitis
perforata
• Uji Psoas

• Uji Obturator
Alvarado Score
Characteristic Score
M = Migration of pain to the 1
RLQ
A = Anorexia 1
N = Nausea and vomiting 1
T = Tenderness in RLQ 2
R = Rebound pain 1
E = Elevated temperature 1
L = Leukocytosis 2
S = Shift of WBC to the left 1
Total 10
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Pemeriksaan darah> leukositosis, LED naik
• Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan
bakteri di dalam urin.
• Radiologis
• Foto polos abdomen
• USG
• CT-Scan
• Laparoscopi
Penatalaksanaan

• Perawatan Kegawatdaruratan
• Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-
tanda klinis dehidrasi atau septicemia.
• Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak
diberikan apapun melalui mulut.
• Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk
kenyamanan pasien.
• Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita
usia subur, dan lakukan pengukuran kadar hCG
• Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-
tanda septicemia dan pasien yang akan dilanjutkan ke
laparotomi.
• Antibiotik Pre-Operatif
• Pemberian antibiotik pre-operatif telah
menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan
tingkat luka infeksi pasca bedah.
• Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram
negatif dan anaerob diindikasikan.
• Antibiotik preoperative harus diberikan dalam
hubungannya pembedahan. Dalam appendektomi
digunakan antibiotik sefoksitin dan sefotetan 1-2g
IV untuk basil enterik gram negatif, bakteri anaerob
dan enterococcus,
• Tindakan Operasi
• Apendiktomi, pemotongan apendiks.
• Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
• Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu
diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase
dalam jangka waktu beberapa
Apendektomi laparoscopic
• Komplikasi
 1. Abses
 2. Perforasi
 3. Peritononitis
• Prognosis
 Bila diagnosis yang akurat disertai dengan
penanganan pembedahan yang tepat, tingkat
mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.
Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas bila timbulnya adanya
komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai