Anda di halaman 1dari 27

KEPANITERAAN KLINIK

RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

EPILEPSI DAN STATUS EPILEPTIKUS


serta PENANGANANNYA

Disusun oleh:
Regina Philyria

Pembimbing : dr. Bambang Supriadi, Sp. S


Epilepsi

PERDOSSI 2016:
Kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan
untuk menimbulkan bangkitan epileptik yang terus
menerus , dan konsekuensi neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan sosial
Epilepsi
ILAE 2014  ditegakkan pada 3 kondisi :
1. terdapat dua kejadian kejang tanpa
provokasi yang terpisah lebih dari 24 jam

2. terdapat satu kejadian kejang tanpa


provokasi, namun risiko kejang selanjutnya
sama dengan risiko rekurensi umum setelah
dua kejang tanpa provokasi dalam 10 tahun
mendatang

3. sindrom epilepsi (berdasarkan pemeriksaan


EEG).
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi di negara berkembang >> negara maju
 Angka mortalitas epilepsi pada anak di Jepang  45
per 1000 orang pertahun. Di Taiwan 9 per 1000 orang
pertahun , dimana orang dengan epilepsi memiliki
resiko kematian 3 kali lebih tinggi dibandingkan
populasi normal

4
Etiologi Epilepsi
 Idiopatik
 tidak dapat dibuktikan adanya suatu lesi sentral.
 Simtomatis
 cedera kepala, gangguan metabolik dan gizi
(hipoglikemia, fenilketonuria, defisiensi vit. B6),
faktor toksik (intoksikasi alkohol, putus obat
narkotik, uremia), ensefalitis, hipoksia, gangguan
sirkulasi, gangguan keseimbangan elektrolit
(terutama hiponatremia dan hipokalsemia), dan
neoplasma.
Klasifikasi Epilepsi
ILAE 2014 ILAE 2017

International League Against Epilepsy


…Klasifikasi Epilepsi
•Kejang parsial/fokal

Jenis •Dengan gejala motorik


•Dengan gejala somatosensorik

Kejan •Dengan gejala otonom


•Dengan gejala psikis

g
•Kejang parsial kompleks
•Kejang fokal sederhana + gg kesadaran
•Kejang + gg kesadaran sejak awal kejang
Epile •Kejang parsial  kejang umum sekunder
•parsial sederhana yg menjadi umum

psi •parsial kompleks menjadi umum


•parsial sederhana  parsial kompleks
umum

International League Against Epilepsy


…Klasifikasi Epilepsi
 Kejang Umum
(1) Lena (Absence)
(2) Mioklonik
(3) Klonik
(4) Tonik
(5) Tonik-Klonik
(6) Atonik/Astatik

International League Against Epilepsy


Patofisiologi Epilepsi
Neurotransmit
Instabilitas
Depolarisasi ter eksitatorik
membran sel
neuron berlebih/deple
saraf
si
neurotransmit
ter inhibitorik
Kelebihan
Neuron-neuron asetilkolin dan
hipersensitif defisiensi
GABA

Ambang
melepaskan Muatan
muatan berlebihan Epilepsi
menurun
anamnesis
 Anamnesis
 Tanyakan riwayat kejang pada yang melihat secara langsung
kejadian tsb
 Klarifikasi :
 Pertanda, atau peringatan sebelum kejang
 Pencetus kejang
 Ingatan pasien mengenai kejangnya, respon pasien thdp
lingkungan selama kejam
 Durasi dan frekuensi kejang
 Respon thdp terapi

 Perhatikan riwayat kejang lama spt luka ekstremitas


akibat kejang berulang
Anamnesis
• SEJAK KAPAN KEJANG?
• BERAPA LAMA SAAT KEJANG?
• APAKAH KEJANG BERULANG? BERAPA KALI?
• JARAK ANTAR KEJANG BERAPA LAMA?
• KEJANGNYA SEPERTI APA?
• PADA SAAT KEJANG PASIEN SADAR ATAU TIDAK?
• SEBELUM DAN SETELAH KEJANG SADAR ATAU TIDAK?
• APAKAH SEBELUMNYA ADA DEMAM MENDADAK DENGAN PANAS TINGGI?
• APAKAH SAAT KEJANG ADA KELUAR BUIH DARI MULUT?
• APAKAH SEBELUMNYA PERNAH KEJANG SEPERTI INI? KAPAN PERTAMA KALI
KEJANG?
• APAKAH PASIEN MENGALAMI PERASAAN TIDAK ENAK SEBELUM SERANGAN
TERJADI?
• APAKAH ADA FAKTOR PENCETUS: KECAPEAN, STRES EMOSIONAL,
KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT EPILEPSI, KURANG TIDUR, KONSUMSI
ALKOHOL, DLL?
• OBAT YANG RUTIN DIKONSUMSI?
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Elektro-Ensefalografi
(EEG)

Pemeriksaan Elektro-Ensefalografi
(EEG)

 CT-Scan / MRI
Tatalaksana terapi

 Non farmakologi:
 Amati faktor pemicu
 Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya :
stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol,
perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
 Farmakologi : menggunakan obat-obat
antiepilepsi
OAE
Efek Samping OAE
Status Epileptikus
Status epileptikus (SE)
 bangkitan yang
berlangsung lebih dari
30 menit, atau adanya
dua bangkitan atau
lebih dan diantara
bangkitan-bangkitan Merupakan kondisi darurat yg
tadi tidak terdapat memerlukan pengobatan
pemulihan kesadaran. yang tepat untuk
meminimalkan kerusakan
neurologik permanen maupun
kematian
Etiologi
Tipe 1 Tipe 2
(tidak ada lesi struktural) ( Ada lesi struktural)
 Infeksi  Anoksia/hipoksia
 Infeksi CNS  Tumor CNS
 Gangguan metabolik  CVA
 Turunnya level AED  Overdose obat
 Alkohol  Hemoragi
 Idiopatik  Trauma

Roth JL. Status Epilepticus. 201


Klasifikasi Status Epileptikus

Berdasarkan Durasi:
 Status Epileptikus Dini (5-30 menit)
 Status Epileptikus Menetap (> 30 menit)
 Status Epileptikus Refrakter
bangkitan tetap ada setelah mendapat dua
atau tiga jenis antikonvulsan awal dengan
dosis adekuat.
…Status Epileptikus

ANAMNESIS
 Riwayat epilepsi
 Riwayat pengobatan
 Riwayat cidera kepala
 Riwayat infeksi sistem saraf pusat (SSP)
 Riwayat neoplasma sistemik/SSP
…Status Epileptikus

PEMERIKSAAN FISIK
 Needle tracks
 Papiledema
 Tanda-tanda lateralisasi
 Jejas yang diasosiasikan dengan kejang
termasuk laserasi lidah (biasa lateral),
dislokasi bahu, trauma kepala,trauma wajah.
…Status Epileptikus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium: darah lengkap, gula darah,
elektrolit, kalsium,magnesium,tes fungsi
ginjal, tes fungsi hati,toksikologi, dan kadar
obat antiepilepsi.
 CT-Scan
 Punksi Lumbal
 Pemeriksaan EEG
22
Kapan obat epilepsi dihentikan?
1. Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan
gambaran EEG normal
2. Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau
keluarganya.
3. Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis
semula setiap bulan dalam jangkat waktu 3-6 bulan
4. Bila dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian
dimulai dari 1 OAE yang bukan utama.
Jika terapi farmakologi gagal, bagaimana ?

 Perlu dipertimbangkan terapi operatif (terutama


utk epilepsi refrakter/kambuhan)
 Yang paling aman & efektif : reseksi lobus temporal
bagian anterior, jenis yang lain : reseksi korteks
otak, hemisferektomi, pembedahan korpus
kalosum, reseksi multilobar pada bayi
 Lebih kurang 70-80% penderita yg mengalami
operasi terbebas dari bangkitan, walaupun
beberapa diantaranya harus tetap minum obat
Prognosis

 Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang


mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih
separo pasien akan bisa lepas obat
 20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi
kronis  pengobatan semakin sulit  5 % di antaranya
akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan
sehari-hari
 Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami
retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan
neurologik  prognosis jelek
 Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian yg lebih
tinggi daripada populasi umum
....Prognosis

Penyebab kematian pada epilepsi :


 Penyakit yg mendasarinya dimana gejalanya
berupa epilepsi misal : tumor otak, stroke
 Penyakit yg tidak jelas kaitannya dg epilepsi yg ada
misal : pneumonia
 Akibat langsung dari epilepsi : status epileptikus,
kecelakaan sebagai akibat bangkitan epilepsi dan
sudden un-expected death
Sumber Referensi
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2014.
Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Ed.5. Surabaya: Airlangga
University Press.
2. Price SA, Wilson LM. 2011. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. 6th ed. Vol 2. Jakarta: EGC.
3. Panayiotopoulus CP. 2005. The Epilepsies Seizures, Syndrome, and
Management. UK: Blandom Medical Publishing.
4. Harsono. 2007. Klasifikasi Bangkitan Epilepsi dan Penjelasannya dalam
Epilepsi. Ed.2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
5. Fisher RS, Boas WE, Blumme W et al. Epileptic Seizures and Epilepsy:
Definitions Proposed by the International League Against Epilepsy (ILAE)
and the International Bureau for Epilepsy (IBE). [Serial from the internet].
2015[Cited 2018 September 17] Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov.
6. Tanto C. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.4. Jakarta: Media Aeculapius.
7. Smith D, Chadwick D. The Management of Epilepsy. Neurol Neurosurg
Psychiatry. 2001;70(2):15-21
8. Dhinakaran R, Mishra D. ILAE Classification of Seizures and Epilepsies: An

Anda mungkin juga menyukai