Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PELVIC
Nur Fadly1510711043
PHYSI S
Fraktur pelvis secara potensial merupakan cidera yang
paling berbahaya, karena dapat menimbulkan perdarahan
eksanguinasi. Sumber perdarahan biasanya pleksus
vascular yang melekat pada dinding pelvis, tetapi dapat
juga dari cidera pembuluh darah iliaka, iliolumbal, atau
femoral. Bila terdapat tanda – tanda renjatan
hipovolemik, maka harus dilakukan transfuse darah dini.
Selain itu, pasien dapat juga diberikan aplikasipakaian
antirenjatan pneumatik. Reduksi dari fraktur yang tidak
stabil juga dapat mengurangi perdarahan. Pada fraktur
pelvis, fraktur dimana perdarahan paling sering terjadi
adalah sacrum atau ilium, ramus pubis bilateral, separasi
dari simfisis
Physics Studypubis, dan| Institut
Program - FMIPA dislokasi dari artikulasio
Teknologi Bandung
sakroiliaka
PHYSI S
KOMPLIKASI
Nyeri sacroiliaca sering ditemukan setelah fraktur pelvis
tak stabil dan kadang memerlukan artrodesis pada sendi
sacroiliaca. Cidera saraf skiatika biasanya sembuh tetapi
kadang memerlukan eksplorasi. Cidera uretra berat bisa
menimbulkan striktur uretra, inkontinensia dan impotensi
(Apley, 1995)
Ruptur uretra posterior paling sering disebabkan oleh
fraktur tulang pelvis. Fraktur yang mengenai ramus atau
simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin
pelvis dapat menyebabkan robekan uretra pars prostate-
membranacea. Fraktur pelvis dan robekan pembuluh darah
yang berada di kavum pelvis menyebabkan hematom yang
luas di kavum retzius sehingga jika ligamentum pubo-
prostatikum ikut robek, prostat beserta buli-buli akan
terangkat ke Program
Physics Study cranial. (Purnomo,
- FMIPA | Institut Teknologi2007)
Bandung
PHYSI S
Ruptur uretra anterior , cidera dari luar yang sering menyebabkan
kerusakan uretra anterior adalah straddle injury (cidera
selangkangan) yaitu uretra terjepit diantara tulang pelvis dan benda
tumpul. Jenis kerusakan uretra yang terjadi berupa kontusio dinding
uretra, rupture parsial, atau rupture total dinding uretra. Pada
kontusio uretra pasien mengeluh adanya perdarahan per-uretram
atau hematuria. Jika terdapat robekan pada korpus spongiosum,
terlihat adanya hematom pada penis atau butterfly hematom. Pada
keadaan ini seringkali pasien tidak dapat miksi. (Purnomo, 2007)
Fraktur Acetabulum
Terjadi apabila kaput femoris terdorong ke dalam pelvis. Fraktur ini
menggabungkan antara kerumitan fraktur pelvis dengan kerusakan
sendi. Ada 4 tipe fraktur acetabulum yaitu fraktur kolumna anterior,
fraktur kolumna posterior, fraktur melintang, dan fraktur kompleks.
Gambaran klinis agak tersamarkan krena mungkin terdapat cidera
lain yang lebih jelas/mengalihkan perhatian dari cidera pelvis yang
lebih mendesak. Pemeriksaan foto sinar-X perlu dilakukan (Apley,
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
1995)
PHYSI S
Cidera pada sacrum dan koksigis
Pukulan dari belakang atau jatuh pada tulang ekor dapat
mematahkan sacrum dan koksigis. Terjadi memar yang luas
dan nyeri tekan muncul bila scrum atau koksigis dipalpasi dari
belakang atau melalui rectum. Sensasi dapat hilang pada
distribusi saraf sakralis. Sinar-X dapat memperlihatkan ; 1)
fraktur yang melintang pada sacrum dapat disertai fragmen
bawah yang terdorong ke depan, 2) fraktur koksigis kadang
disertai fragmen bagian bawah yang menyudut ke depan, 3)
suatu penampilan normal kalau cidera hanya berupa strain
pada sendi sacrokoksigeal.(Apley, 1995)
Kalau fraktur bergeser, sebaiknya docoba untuk melakukan
reduksi. Fragmen bagian bawah dapat terdesak ke belakang
lewat rectum. Reduksi bersifat stabil, suatu keadaan yang
menguntungkan. Pasien dibiarkan untuk melanjutkan aktifitas
normal, tetapi dianjurkan untuk menggunakan suatu cincin
karet atau bantalan Sorbo bila duduk. Kadang disertai keluhan
sulit kencing.(Apley, 1995)
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
MANIFESTASI UMUM FRAKTUR
PELVIS
PHYSI S
FUNGSI DAN JENIS
CAIRAN KRISTALOID
Sri Choirillaily
1510711001
PHYSI S
1. Cairan Isotonik
“isotonik” (iso, sama; tonik, konsentrasi)
maksudnya ketika kristaloid berisi sama
dengan jumlah elektrolit plasma.
Osmolaritasnya mendekati serum = 285
mOsmol/L, sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah
Untuk mengatasi defisit volume sirkulasi,
menurunkan viskositas darah, dan dapat
digunakan sebagai fluid challenge test
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
Untuk hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, dimana tekanan darah terus
menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
Contoh : Ringer Laktat (RL), dan normal
salin, (NaCl 0,9%), dan Dextrose 5% in ¼
NS. Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
2. Cairan Hipertonik
“hipertonik” (hiper, tinggi, tonik, konsentrasi)
maksudnya kristaloid berisi lebih elektrolit dari
plasma tubuh
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum
(285 mOsmol/L), sehingga “menarik” cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah.
Untuk meningkatkan curah jantung bukan hanya
karena perbaikan preload, tetapi peningkatan
curah jantung tersebut mungkin sekunder.
PHYSI S
Memiliki resiko hipernatremia dan
hiperkloremia.
Contoh larutan kristaloid hipertonik:
Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline
Dextrose 5% dalam Normal Saline
Saline 3%
Saline 5%
Dextrose 5% dalam RL
NaCl 45%
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
3. Cairan Hipotonik
“hipotonik” (hipo, rendah; tonik,
konsentrasi)
maksudnya jika kristaloid mengandung
elektrolit lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi.
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan
serum (285 mOsmol/L) cairan “ditarik”
dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
Digunakan pada saat sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien
hemodialisis dalam terapi diuretik, juga
pada pasien hiperglikemia dengan
ketoasidosis diabetik
PHYSI S
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
Physics Study Program - FMIPA | Institut Teknologi Bandung
PHYSI S
FUNGSI INFUS NOREPINEPHRIN
PHYSI S
Norepinephrine memiliki efek agonis reseptor β2
yang kecil.
Aktivitas β adrenergik yang lemah dapat
membantu mempertahankan cardiac output.
Pemberian Infus kontinyu 4-16 µg/menit,
digunakan untuk mengatasi hipotensi refrakter.
Campuran norepinephrine dengan larutan glukosa
5% memberikan derajat keasaman yang cukup
untuk mencegah oksidasi cathecolamine
PHYSI S
Pemberian norepinephrine intravena menyebabkan
vasokonstriksi hebat pada vaskularisasi skeletal
muscle, hepar, kidney, dan kulit.
Meskipun terjadi vasokonstriksi yang berlebihan
khususnya sirkulasi hepatosplanchnic dan renal,
namun beberapa penelitian menunjukkan : bahwa
norepinephrine mampu meningkatkan tekanan
darah tanpa menimbulkan penurunan fungsi
organ khususnya bila terjadi penurunan tonus
vaskuler seperti pada syok septik.
PHYSI S
Akibat Norepinephrine
Vasokonstriksi perifer dapat menurunkan
aliran darah jaringan sehingga terjadi
asidosis metabolik.
Peningkatan afterload akibat
vasokonstriksi akibat norepinephrine dapat
menambah beban jantung dan
menyebabkan terjadinya gagal jantung,
iskemi miokard, dan oedem pulmonal.
PHYSI S
Daftar Pustaka
Diva, Putu dkk. 2017. Terapi Cairan. Bali: /SMF
Ilmu Anestesi dan Reanimasi
PHYSI S
CVC
CENTRAL VENOUS CATHETER
Oleh:
NOVIA APRILIANAWATI
Kandungan
Plasma
komplemen
Indikasi
• Perdarahan yg tidak dpt dihentikan dgn bedah
• Peningkatan PTT atau APTT minimal 1,5 kali dr
nilai normal
• Bukan krn Trombositopeni : Hitung trombosit
>
70.000/mm3
• Sirosis hepatis, terapi warfarin
PERLU DI PERHATIKAN
• Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan
pemberian cepat
• Jarang terjadi reaksi anafilatik berat
• Hipovolemia bukan suatu indikasi
• Diberikan segera setelah thawing dengan alat
transfusi darah standar
• Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi,
berikan maksimal 30 menit setelah thawing
Dosis
• Untuk mencapai konsentrasi plasma 30%
pemberian 10-15 ml/kgBB/hari
• Setelah pemberian warfarin : dosis 5-8
ml/kgBB biasanya cukup.
Penyimpanan
• Pada -25°C atau lebih bertahan hingga 1 tahun
• Sebelum digunakan harus di thawing dalam
air 30-37°C di bank darah, suhu yang lebih
tinggi akan merusak faktor pembekuan dan
protein
• Sekali thawing harus disimpan pada suhu +2°C
hingga +6°C
Tujuan transfusi darah pada penderita secara umum :
1. Memperbaiki kemampuan pengangkutan oksigen
(oxygen carrying)
2. Mengembalikan volume cairan darah yang hilang
3. Memperbaiki faal bekuan darah
4. Memperbaiki kemampuan fagositosis dan
menambah sejumlah protein darah
Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan
metode pemutaran melalui Hemonetic-30. Dengan
alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-
menerus dan putus , memisahkan dan
mengumpulkan Buffy Coat yang banyak
mengandung granulosit limfosit, dan platelet
kemudian dicampur dengan larutan sitras sebagai
antikoagulan yang akhirnya dilarutkan dalam
plasma.
Komponen ini terdiri dari darah lengkap
dengan isi seperti sel darah
merah ,plasma dihilangkan 80%,
biasanya tersedia dalam volume 150 ml
4. Granulositopenia
Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari
penurunan suhu badan penderita dan bukan dari
hitung leukosit penderita, penurunan suhu badan
penderita terjadi pada 1 – 2 jam setelah transfusi.