Anda di halaman 1dari 13

ASSALAMU’ALAIKUM

MAHDIAN DINI EKA SAPUTRI (P1337420218103)


ADE IMA JUN BUDHI AFANDHI (P1337420218133)
RISMA NADIA AZKA (P1337420218139)
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang sangat
menular yang terjadi secara lokal pada mukosa saluran
pernafasan atau kulit, yang disebabkan bakteri
Corynabacterium Diphteria, ditandai oleh
terbentuknya eksudat yang membentuk membran
pada tempat infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala
umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang
diproduksi bakteri tersebut (Sudoyo Aru,2009)
Disebabkan oleh Corynabacterium Diphteria, bakteri
gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora, aerobik dan dapat
memproduksi eksotoksin (Sudoyo Aru,2009)
 Klasifikasi penyakit difteri secara klinis adalah
menurut lokasinya :
 Difteri Nasal Anterior
 Difteri Nasal Posterior
 Difteri Fausial (Farinks)
 Difteri Laryngeal
 Difteri Konjungtiva
 Difteri Kulit
 Difteri Vulva / Vagina
Menurut tingkat keparahannya
(SudoyoAru,2009) :
 Infeksi ringan
 Infeksi sedang
 Infeksi berat
Gejala umum :
 Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9
derjat Celcius,
 Batuk dan pilek yang ringan.
 Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
 Mual, muntah , sakit kepala.
 Adanya pembentukan selaput di tenggorokan
berwarna putih ke abu-abuan kotor
 Kaku leher
 Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus
respiratorius bagian atas terutama bila terdapat
peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain.
Selain itu dapat juga pada vulva, kulit, mata,
walaupun jarang terjadi. Pada tempat-tempat
tersebut basil membentuk pseudomembran dan
melepaskaneksotoksin. Pseudomembran timbul
lokal kemudian menjalar kefaring, tonsil, laring,
dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening
sekitarnya akan membengkak dan mengandung
toksin. Eksotoksin bila mengenai otot jantung
akan menyebabkan miokarditis toksik atau jika
mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralysis terutama otot-otot pernafasan.Toksin
juga dapat menimbulkan nekrosis fokal pada hati
dan ginjal, yangdapat menimbulkan nefritis interstitialis.
a. Memberikan kekebalan pada anak-anak dengan cara:
1) Imunisasi DPT/HB untuk anak bayi. Imunisasi di berikan
sebanyak 3 kali yaitu pada saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
2) Imunisasi DT untuk anak usia sekolah dasar (usia kurang dari 7
tahun). Imunisasi ini di berikan satu kali.
3 ) Imunisasi dengan vaksin Td dewasa untuk usia 7 tahun ke atas.
b. Hindari kontak dengan penderita langsung difteri.
c. Jaga kebersihan diri.
d Menjaga stamina tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan
berolahraga cuci tangan sebelum makan.
e. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
f. Bila mempunyai keluhan sakit saat menelan segera memeriksakan ke
Unit Pelayanan Kesehatan terdekat.
g. Isolasi penderita
 Masalah pernapasan.
 Kerusakan jantung.
 Kerusakan saraf
 Difteri hipertoksik.
 Pasien difteri harus dirawat di kamar isolasi yang tertutup.
Petugas harus memakai gaun khusus (celemek) dan
masker yang harus diganti tiap pergantian tugas atau
sewaktu-waktu bila kotor (jangan dari pagi sampai malam
hari). Sebaiknya penunggu pasien juga harus memakai
celemek tersebut untuk mencegah penularan ke luar
ruangan. Harus disediakan perlengkapan cuci tangan:
desinfektan, sabun, lap, atau handuk yang selalu kering
(bila ada tisu) air bersih jika ada kran juga tempat untuk
merendam alat makan yang diisi dengan desinfektan. Jika
anak menderita difteri, ia harus dirawat di rumah sakit
karena seringkali menjadi gawat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai