Anda di halaman 1dari 20

Antipiretik

Kelompok 4
1. Rizki Putri Maharani (1041711116)
2. Sheila Khairunisa (1041711129)
3. Siti Nur Haliza (1041711133)
4. Siti Nur Hidayah (1041711134)
A. Tujuan Praktikum
 Mengenal satu cara untuk mengevaluasi
secara eksperimental efek antipiretik suatu
obat.
 Mampu membedakan potensi antipiretik dari
beberapa golongan kimia obat-obatan
antipiretik .
 Mampu merumuskan beberapa kriteria
antipiretik untuk senyawa-senyawa yang
diduga potensial untuk maksud ini.
 Menyadari pendekatan sebaik-baiknya untuk
mengatasi panas .
B. Dasar Teori
 Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Suhu tubuh normal adalah 36oC – 37oC. Kebanyakan analgetik
memberikan efek antipiretik. Tetapi sebaliknya antipiretik juga
dapat mengurangi rasa sakit yang diderita. Masing-masing obat
tergantung yang mana efeknya paling dominan. Contoh:
asetaminophen (parasetamol), asetosal (aspirin). Obat-obat
tersebut efek antipiretiknya lebih besar daripada analgetiknya
(Anief, 1997)
 Penggunaan obat-obat antipiretik jelas diperlukan pada keadaan
hipereksia(demam ≥ 41o C) dan pendinginan fisis sementara set
point hipotalamus diaturkembali dengan obat-obat antipiretik
akan mempercepat proses tersebut. Obat-obat antipiretik
mensupresi gejala konstitusional yang menyertai demam(mialgia,
kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain). Namun pada kenaikan
suhurendah atau sedang, tidak terdapat banyak bukti yang
menunjukkan bahwa demam merupakan keadaan berbahaya atau
bahwa terapi antipiretik bermanfaat. (Harrison, 1999)
 Daya kerja antipiretik bertentangan dengan
efek analgesik dan antipiretik, dikembalikan
pada penghambatan mekanisme sentral.Bila
pusat panas yang terletak di hipotalamus
dianggap sebagai termostat,maka zat-zat yang
menimbulkan demam (pitogen) bekerja
meninggalkan nilai ambang melalui stimulasi
sintesis prostaglandin. Penurunan suhu tubuh
dapat diharapkan dari zat-zat inhibision
prostaglandin-sintetase yang dapat
mempermeasi dengan baik kedalam SSP.
 (Schunack,W.1990)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan

 Jarum suntik oral  Larutan vaksin DTP Hb


(penginduksi panas)
yang ujungnya tumpul
 CMC Na (zat
(sonde)
pensuspensi)
 Termometer rektal
 Bahan obat : Paracetamol
 Hewan uji ( 6 tikus putih
jantan)
D. Cara kerja
Dibagi menjadi 6 kelompok kecil,
masing – masing mendapat 4 ekor Kelompok K
hewan uji. Tiga dari empat tikus (Paracetamol)
disuntik dengan bahan obat dan tikus Suspensi Paracetamol dosis
ke empat sebagai kontrol. Suhu rektal 500mg/50kgBB manusia
di catat tiap setengah jam.

Tabelkan hasil – hasil pengamatan


Buat kurva suhu tikus

Suhu tubuh ke empat ekor tikus


dicatat selang
20,40,60,90,120,150,dan 180 menit.
Perhitungan Cstok, Dosis dan Vp
 Serbuk yang ditimbang (rata-rata tablet =
• Dosis paracetamol = 594,00 mg)
500mg/50kgBB  290mg/500mg x (594,00mg )=344,52mg
+- 5% penimbangan = 327,294mg-361,746mg
• Dosis BB 70kg manusia = 
Berat sebenarnya = 0,8587g-0,5165g=0,3422g
70kg/50kg (500mg) = 

700mg/70kgBB manusia  Koreksi kadar= 342,2mg/594,0mg x (500mg)


= 288,0mg/50ml = 5,76mg/ml
• Dosis tikus 200g = 0,018 x D = 204,5 g x 0,5 mg = 0,1023 mg
700mg = 12,6 mg/200g BB 1000 g
tikus
 BB tikus terbesar = 230,2 gram
 Dosis tikus terbesar = 230,2g/200g CMC = 0,5 % x 100ml
(12,6mg) = 14,50mg/230,2g BB tikus = 0,5 x 100
 Konsentrasi stok = Dosis terbesar/ 100
(1/2) vp = 14,50mg/(1/2)5mg = = 0,5g
5,8mg/ml  Air corpus = 0,5g x 20 = 10 gram ~ 10 ml
 Dibuat larutan stok 50ml
 5,8mg/ml x (50ml) = 290mg/50ml  Pembuatan CMC Na untuk kelompok kontrol
0,5% x 25ml = 0,125 gram
 Air corpus = 0,125g x 20 = 2,5 g ~ 2,5 ml
Perhitungan volume pemberian paracetamol untuk masing-
masing tikus pada kelompok antipiretik:
 Tikus 1
 Dosis tikus 181,7 gram = 181,7 g / 200 g (12,6 mg) = 11,45 mg
 VP = dosis / stok = 11,45 mg / 5,76 mg (1ml) = 1,98 ml
 z
 Tzikus 2
 Dosis tikus 221,7 gram = 221,7 g / 200 g (12,6 mg) = 13,97 mg
 VP = = 13,97 mg / 5,76 mg (1ml) = 2,43 ml
 Tikus 3
 Dosis tikus 178,3 gram = 178,3 g / 200 g (12,6 mg) = 11,23 mg
 VP = = 11,23 mg / 5,76 mg (1ml) = 1,95 ml
 Tikus 4
 Dosis tikus 159,8 gram = 159,8 g / 200 g (12,6 mg) = 10,06 mg
 VP = =10,06 mg / 5,76 mg (1ml) = 1,75 ml
Data Pengamatan

Kontrol antipiretik
Suhu
Suhu
Nama obat No setelah T20 T40 T60 T90 T120
normal
vaksin

1 35.1 37.2 35.8 36.4 35.5 36 36

2 36.6 37.9 38.6 37.4 37.1 37.7 37.8

3 38.6 38.9 38.8 38.8 38.9 38.95 39

Kontrol 4 37.8 38.7 38.8 38.9 38.3 38.7 38.7


Antipiretik 5 37.7 38.2 38 38 37.9 37.9 37.6

6 38.6 38.9 38.8 38.8 38.9 38.95 39

Rata-Rata 37.40 38.30 38.13 38.05 37.77 38.03 38.02


Asam mefenamat

Suhu
Suhu
Nama obat No setelah T20 T40 T60 T90 T120
normal
vaksin

1 34.4 36.2 35.4 35.2 34.8 34 34


2 33.6 36.6 36 35.7 34.4 33.8 33.8
3 37 38.7 35 35.5 34.9 34 34

Asam 4 36.7 37 37 36.9 36.8 36.7 36.7


Mefenamat 5 36 36.5 36.8 36.5 36.3 36.1 36.1
6 36.6 38.1 37.8 37.4 37.2 37.2 37.2

Rata-Rata 35.72 37.18 36.33 36.20 35.73 35.30 35.30


Dexamethasone

Suhu
Suhu
Nama obat No setelah T20 T40 T60 T90 T120
normal
vaksin

1 38.2 38.5 38.3 38 38.6 38.6 38.6

2 36.1 37.4 38.7 37.7 37.7 37.5 37.6

3 38.3 38.7 38.8 38.8 38.5 37.9 37.9

4 37 38.1 38.5 38 37.6 37 37.2


Dexamethason
5 35.7 38.5 38 38.2 37.4 37.1 37.5

6 36.4 38.6 38.1 37.9 37.4 36.6 37.8

Rata-Rata 36.95 38.30 38.40 38.10 37.87 37.45 37.77


Paracetamol

Suhu
Suhu
Nama obat No setelah T20 T40 T60 T90 T120
normal
vaksin

1 38.4 39.1 37.5 37.3 37.2 37.2 37.2


2 38.4 39.6 38.3 37.5 37.5 37.5 37.5
3 38.6 39.4 38.2 37.5 37 37 37
4 37.6 38.8 37.1 37.1 37.1 37.1 37.1
Paracetamol
5 37.6 38.4 37.1 37.7 37.7 37.7 37.7
6 37.8 39.1 37.8 37.3 37.3 37.3 37.3

Rata-Rata 38.07 39.07 37.67 37.40 37.23 37.23 37.23


Methyl prednisolone

Suhu
Suhu
Nama obat No setelah T20 T40 T60 T90 T120
normal
vaksin

1 37 38 37.5 37.8 37.4 37.2 37.2


2 36.2 38.4 38.7 38.5 38.5 38.4 38.4
3 36 38.2 37.9 37.5 36.7 36.5 36.5
4 36.4 37.6 36.4 36.2 38.7 36.7 35.2
Methylprednisolon 5 36.5 38 37.6 38.8 36.9 36.1 36.1
6 36.1 37.1 37.6 36.7 37.4 37.6 36.2

Rata-
36.37 37.88 37.62 37.58 37.60 37.08 36.60
Rata
Ibuprofen

Suhu
Suhu
Nama obat No setelah T20 T40 T60 T90 T120
normal
vaksin

1 37.5 39 38.7 38.5 38.5 38.3 38.1


2 37 38.6 38.3 37.9 38.1 37.6 37.3
3 36.9 37.9 37.8 37.6 36.9 36.7 36.4
4 38.8 39.1 36.8 37.2 38 37.4 37.4
Ibuprofen
5 38 38.8 38.2 38.6 37.4 37 37
6 37.8 39.9 37.7 36.8 37.3 36.9 36.9
Rata-
37.67 38.88 37.92 37.77 37.70 37.32 37.18
Rata
Na Diklofenak

Suhu
Suhu
NAMA OBAT No Setelah t20 t40 t60 t90 t120
Normal
Vaksin

1 36.4 37.7 35.5 36.1 36 36 36

2 36.1 36.7 35.6 35.4 35.2 35.2 35.2

3 27.2 37.6 35.3 35.8 35 35 35

4 37.3 37.7 35.5 36.3 36 36 36


Na Diklofenak
5 36.2 38.4 35.9 35.8 35.4 35.4 35.4

6 37.7 38.7 37.4 36.3 35.5 35.5 35.5

Rata-Rata 35.15 37.80 35.87 35.95 35.52 35.52 35.52


Pembahasan
 Dari keenam obat yang diberikan yang memiliki efek maksimum adalah obat
metilprednisolon. Kesimpulan ini didapat dari pengamatan kurva dan banyaknya
penurunan suhu pada data rata-rata yaitu dengan suhu awal 37,2ºC menjadi
35,3ºC. Kerja dari obat metilprednisolon bekerja melalui interaksinya dengan
protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau
organ sasaran, membentuk kompleks hormone-reseptor. Kompleks hormone ini
kemudian memasuki nucleus dan menstimulasi eksresi gen tertentu yang
selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan
mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga diperoleh efek terapi.
Metilprednisolon merupakan golongan kortikosteroid yang termasuk
glukostreroid. Dalam teoritisnya lebih efektif untuk pengobatan antiinflamasi
dibandingkan dengan antipiretik. Tetapi dalam prakteknya metilprednisolon lebih
efektif dalam menurunkan panas.
 Secara teoritis, seharusnya yang lebih memberikan efek yang paling cepat adalah
ibuprofen. Pada percobaan kami ibuprofen memberikan efek antipiretik urutan
kedua, berdasarkan pembacaan kurva dan pengamatan rata-rata suhu awal 35,6ºC
turun menjadi 34,9ºC. Hal ini disebabkan karena ibuprofen lebih cepat
menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan bekerja secara sentral,
menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat
enzim siklooksigenase yang berperan pada sintesis prostaglandin (PGE 2) yang
merupakan mediator penting untuk menginduksi demam.
 . Penurunan pusat pengaturan suhu akan diikuti respon fisiologis berupa
penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah ke kulit, serta
peningkatan pelepasan panas melalui kulit secara radiasi, konveksi
dan penguapan (evaporasi). Selain itu, parasetamol dan ibuprofen juga
dapat mengembalikan thermostat kembali ke normal dan cepat
menurunkan suhu tubuh dengan meningkatkan pengeluaran panas
sebagai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Ketidaksesuaian ini
mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya cara pemberian, kesalahan
perlakuan oleh praktikan, atau kondisi lingkungan yang mempengaruhi
suhu tubuh hewan uji tikus.
 Obat ibuprofen banyak (99%) terikat pada protein plasma, tetapi obat
ini hanya menduduki sebagian dari seluruh tempat ikatan obat pada
konsentrasi biasa. Ibuprofen melintas dengan lambat ke dalam ruang
sinovial dan mungkin tetap berada pada konsentrasi yang lebih tinggi
jika konsentrasi dalam plasma menurun. Mekanisme kerja dengan cara
penghambatan prostaglandin maka tidak akan merangsang lagi
thermostat untuk menaikkan suhu tubuh.
 Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa obat yang
paling efektif sebagai antipiretik adalah metilprednisolon > Na
diklofenak > ibuprofen > dexamethasone > asam mefenamat>
paracetamol.
Kesimpulan
 Dari data pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
 Efek dari pemberian larutan vaksin DPT adalah
menyebabkan demam mengandung 2 – 3 komponen
pertusis yang memicu timbulnya demam.
 Efek suspensi obat sebagai penurun panas yakni
berdasarkan kerjanya yang mempengaruhi
hipotalamus dengan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga tidak terbentuk
prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga
suhu tubuh akan turun.
 Efek cepat yang dihasilkan pada percobaan ini adalah
pemberian obat metilprednisolon, kemudian
ibuprofen, dexametasone, paracetamol, asam
mefenamat, Na diklofenak.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai