CLAUDY NADYA BCA 115 173 CYNTHIA SEPTERIDA SALOH BCA 115 083 EINSTEIN YOSUA Y. UMAR BCA 115 143 FEBRIANI SUSANTI BCA 115 146 MEINA LISYA SINAGA BCA 115 098 MERRY KRISTINA DEWI BCA 115 195 NAPA RAFIKA BCA 115 202 NINIK FERRENNIKE BCA 115 170 NOLA YULANDA BCA 115 168 PEBRA PERDANA RIO BCA 115 172 THIO HAMONANGAN SIMANJUNTAK BCA 115 179 VERREN ERNASKA BCA 115 164 YOSIA BCA 115 197 KASUS 2-2 KELOMPOK USAHA VOLKSWAGEN 1. Berdasarkan informasi yang disediakan dalam bab 2, jelaskanlah karakteristik dasar akuntansi di Jerman. Faktor perkembangan yang manakah yang menyebabkan timbulnya karakter ini? Jawab : Karakteristik akuntansi Jerman didasarkan pada kondisi yang ditetapkan dalam Hukum Komersial Jerman (HGB), antara lain sebagai berikut : Akuntansi Jerman dirancang untuk menghitung jumlah pendapatan yang tepat yang bisa menjaga kreditor setelah adanya pembagian kepada pemilik. Perlindungan kreditor merupakan perhatian utama dari akuntansi Jerman seperti yang dibubuhkan pada German Commercial Code . Dominasi akuntansi pajak di Jerman tidak ada perbedaan antara laporan keuangan yang disusun Akuntansi Jerman cenderung tergantung pada keputusan undang-undang dan pengadilan dan terpatok pada Hukum Komersial Jerman (HGB) dan keputusan hakim. Akuntansi Jerman tidak mengizinkan adanya laporan ganda bagi perusahaan-perusahaan tertentu yang menerapkan laporan keuangan dengan standar hukum nasional, namun pada saat yang bersamaan juga menerapkan laporan keuangan dengan standar IFRS (International Financial Reporting Standards). Faktor perkembangan yang menyebabkan karakter dasar akuntansi di Jerman adalah Sistem Hukum dan Perpajakan. Sistem hukum yang dianut negara Jerman adalah kodifikasi umum (berdasarkan tampilan 2-1 halaman 48) 2. Perbedaan-perbedaan antara ketentuan akuntansi dalam HGB dan IAS manakah yang dijelaskan dalam pengungkapan Volkswagen? Apakah ketentuan Jerman konsisten dengan karakter yang Anda sebutkan dalam nomor 1? Jawab : Kelompok usaha Volkswagen menerapkan Standar Akuntansi Internasional (IAS, sekarang pelaporan keuangan internasional, atau IFRS) untuk tahun fiskal 2001. Keterangan berikut diambil dari laporan tahunan Volkswagen tahun 2001, yang menjelaskan perbedaan antara Hukum Komersial Jerman (HGB) dan IAS, yang diterapkan oleh Volkswagen, yaitu : Laporan keuangan yang telah memberikan penyajian yang benar dan wajar terhadap aktiva bersih, posisi keuangan, dan kinerja laba kelompok usaha Volkswagen. Laporan keuangan konsolidasi disusun dalam Euro. Kecuali dinyatakan lain, semua jumlah dinyatakan dalam jutaan Euro. Laporan laba rugi dibuat sesuai dengan metode biaya penjualan yang diterima secara internasional. Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan IAS menggunakan asumsi yang terkait dengan jumlah pos yang Kondisi yang ditetapkan dalam seksi 292a Hukum Komersial Jerman (HGB) berupa pengecualian dari keharusan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan Hukum Komersial Jerman telah terpenuhi. Penilaian terhadap kondisi tersebut didasarkan pada Standar Akuntansi Jerman no.1 (DSR 1) yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Jerman.
Ketentuan Jerman tidak konsisten atau berubah dengan
karakteristik dasar yang dijelaskan pada soal nomor 1. Perubahan ini terlihat terutama pada karakteristik pelaporan laporan keuangan. Pada kelompok usaha Volkswagen dikatakan bahwa untuk memastikan kesamaan dengan laporan konsolidasi yang dibuat sesuai dengan Hukum Komersial Jerman (HGB) seluruh pengungkapan dan catatan penjelasan yang diharuskan oleh Hukum Komersial Jerman yang melebihi ruang lingkup yang diharuskan oleh IAS juga diterbitkan. Dengan kata lain, dihasilkan laporan keuangan ganda, yaitu laporan keuangan dengan menerapkan standar hukum nasional (HGB) dan laporan keuangan dengan menerapkan standar IAS. Adanya laporan 3. Apakah relevansi penerapan IAS oleh Volkswagen terhadap klasifikasi yang dipelajari dalam bab 2 ini? Jawab : Penerapan IAS oleh Volkswagen : Aktiva berwujud yang disewa guna usahakan pembiayaan dikapitalisasi dan kewajiban terkait diakui sebagai kewajiban dalam neraca, asalkan risiko dan pengembalian kepemilikan secara subtansial dapat diatribusikan kepada perusahaan- perusahaan dalam kelompok usaha Volkswagen AG sesuai dengan IAS 17. Sebagai pihak penyedia sewa guna usaha pembiayaan, aktiva yang disewa guna usahakan tidak dikapitalisasi tetapi cicilan sewa guna usaha yang didiskontokan disajikan sebagai piutang. Aktiva berwujud yang dapat dipindahkan Goodwill yang berasal dari konsolidasi modal yang berasal dari akuisisi perusahaan dikapitalisasi sesuai dengan IAS 22 dan diamortisasi selama masa manfaatnya. Persediaan harus dinilai sebesar biaya perolehan penuh (IAS 22). Provisi hanya dibuat ketika terdapat kewajiban kepada pihak ketiga. Perbedaan dari translasi laporan keuangan yang disusun dalam mata uang asing tidak dicatat dalam laporan laba rugi. Kewajiban jangka menengah dan kewajiban jangka panjang dimasukkan ke dalam neraca,