Anda di halaman 1dari 25

Hendri Gunawan

DEFINISI
 Kegagalan bernapas secara spontan, tidak teratur dan
tidak adekuat segera setelah lahir.
 Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia, dan
berakhir pada asidosis
Etiologi (Towell)
Faktor Ibu Hipoksia ibu,Gangguan aliran darah uterus :
 gangguan kontraksi uterus,
 hipotensi/ hipertensi pada ibu,
 ibu penderita DM,
 kelainan jantung atau penyakit ginjal,
 partus lama, & partus abnormal
Etiologi
 Faktor Plasenta
 Faktor Fetus
 Faktor Neonatus
- Pemakaian obat anastesi/ analgetik berlebihan pada
ibu,
- Trauma pada persalinan,
- Kelainan kongenital pada bayi, &
- Gangguan tumbuh kembang intrauterin
Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipoksia pada beberapa kondisi


patologis adalah sebagai berikut (Lewis & Berg dalam
Beyond the Number 2004):
 Kontraksi uterus yang kuat akan memperburuk hipoksia
akibat kompresi vaskuler tubuh bayi
 Partus lama atau macet akan disertai dengan kontraksi
yang lebih lama daripada periode relaksasi
 Tekanan pada tali pusat dapat menyebabkan penyempitan
arteri umbilikalis sehingga menimbulkan pengurangan
aliran darah dari dan ke janin
 Spasme vaskuler secara sistemik vaskuler pada hipertensi
atau pre eklamsia menyebabkan pengurangan pasokan
oksigen pada bayi.
Kesimpulan asfiksia yang perlu
mendapatkan perhatian :
 Menurunnya tekanan O2 darah (PaO2)
 Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2)
 Menurunnya pH (akibat asidosis respiratorik &
metabolik)
 Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk
metabolisme anaerobik
 Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
Gambaran Klinis
Pada tahun 1950an digunakan kriteria :
 Breathing time dan crying time untuk menilai
keadaan bayi.
Apgar 1966 :
• Menghitung frekuensi jantung
• Melihat usaha bernapas
• Melihat tonus otot
• Menilai refleks rangsangan
• Memperhatikan warna kulit
Apgar Scoring
TANDA 0 1 2

Appearan Badan pucat Semuanya merah


Biru, pucat
ce tungkai biru muda

Pulse Tidak teraba < 100 >100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat

Gerakan Aktif/fleksi tungkai


Lemah/lum
Activity sedikit/fleksi baik/reaksi
puh
tungkai melawan

Respirato Lambat, tidak Baik, menangis


Tidak ada
ry teratur kuat
Pediatrics’s Staff, Roy. Wom. Hosp.
Aust. 1967
 Menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba A.
Umbilikalis dan menentukan apakah denyutnya lebih
atau kurang dari 100x/menit
• Menilai tonus otot apakah baik/ buruk
• Melihat warna kulit
Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia
neonatorum dapat dibagi dalam :
–Vigorus baby,
skor Apgar = 7 – 10 sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
–Mild – Moderate asphyxia (asfiksia sedang),
Skor Apgar 4 – 6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
–Asfiksia Berat
Skor Apgar 0-3. pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat dan kadang – kadang pucat, refleks
iritabilitas tidak ada.
Penatalaksanaan
 Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul
di kemudian hari.
 Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut
resusitasi bayi baru lahir dengan memberikan ventilasi
yang adekuat dan pemberian oksigen yang cukup.
Prinsip dasar resusitasi :
• Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan
mengusahakan saluran pernapasan tetap bebas serta
merangsang timbulnya pernapasan, yaitu agar
oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar
• Memberikan bantuan pernapasan secara aktif pada
bayi yang menunjukkan usaha pernapasan lemah
• Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
• Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
Tahap ABC Resusitasi
A (Airway)– Memastikan saluran napas terbuka
• Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi : bahu
diganjal
• Menghisap mulut , hidung dan kadang – kadang trakea
• Memasang pipa endotrakeal, bila perlu
B (Breathing)– Mengusahakan timbulnya pernapasan
• Melakukan rangsangan taktil
• Memakai ventilasi tekanan positif (VTP)
C (Circulation) – Mempertahankan sirkulasi darah
• Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan
cara : kompresi dada dan pengobatan Urutan
pelaksana
Urutan pelaksana resusitasi
1. Mencegah kehilangan panas dan mengeringkan
tubuh bayi
2. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
3. Membersihkan jalan napas
Menilai bayi
• Menilai usaha bernapas
• Frekuensi denyut jantung
• Warna kulit
Ventilasi tekanan positif (VTP)
• Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar
• Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan
ventilasi ) dan tekanan ventilasi harus sesuai
• Kecepatan ventilasi, sebaiknya 40 – 60 x / menit
•Tekanan ventilasi, nafas pertama setelah lahir
membutuhkan 30 – 40 cmH2O. Setelah napas
pertama membutuhkan 15 – 20 cmH2O
• Observasi gerak dada bayi
• Observasi gerak perut bayi,
• Penilaian suara napas bilateral,
• Observasi pengembangan dada bayi, apabila dada
kurang berkembang mungkin disebabkan oleh salah
satu penyebab berikut : >Peletakan sungkup kurang
sempurna. >Arus udara terhambat dan tidak cukup
tekanan.
• Apabila dengan tahapan di atas dada masih tetap
kurang berkembang, sebaiknya dilakukan intubasi
endotrakeal dan ventilasi pipa balon.
Menilai frekuensi denyut jantung
bayi pada saat VTP
 Dinilai setelah melakukan ventilasi 15-20 detik
pertama.
 Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori
 – > 100 kali permenit
 – 60-100 kali permenit
 – < 60 kali permenit
• Apabila frekuensi denyut jantung bayi >100 kali permenit -
Bayi mulai bernafas spontan, dilakukan rangsangan taktil
untuk merangsang frekuensi dan dalamnya pernafasan. -
VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas harus diberikan.
- Apabila frekuensi pernafasan spontan dan adekuat tidak
terjadi, VTP dilanjutkan.
• Apabila frekuensi denyut jantung bayi 60-100 kali permenit
VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut
jantung bayi.
• Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali permenit
VTP dilanjutkan.
• Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali permenit - VTP
dilanjutkan.
- Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksigen yang diberikan
cukup adekuat.
- Segera dimulai kompresi dada bayi .adrenalin 1:10.000 dosis 0,1-
0,3 ml/kgBB intravena/intratrakeal, dapat diulangi tiap 3-5
menit. - Pada respons yang buruk terhadap resusitasi,
hipovolemia, hipotensi, dan riwayat perdarahan berikan 10
ml/kgBB cairan infus (NaCl 0,9%, Ringer laktat, atau darah).
- Jika kasil pemeriksaan penunjang menunjukkan asidosis
metabolik, berikan natrium bikarbonat 2 mEq/kgBB perlahan-
lahan.
- Natrium bikarbonat diberikan hanya setelah terjadi ventilasi
juga efektif karena dapat meningkatkan CO2 darah sehingga
timbul asidosis respiratorik
• Asfiksia berat dapat mencetuskan syok kardiogenik.
• Pada keadaan ini berikan dopamin atau dobutamin per
infus 5-20 ug/kgBB/menit setelah sebelumnya
diberikan volume expander Adrenalin 0,1
ug/kgBB/menit dapat diberikan pada bayi yang tidak
responsif dopamin atau dobutamin.
• Bila terdapat riwayat pemberian analgesik narkotik
pada ibu saat hamil, berikan Narcan (nalokson) 0,1
mg/kgBB subkutan/intramuskular/intravena/ melalui
pipa endotrakeal.
Komplikasi
 Edema otak
 Perdarahan otak
 Anuria atau oligouria
 Hiperbilirubinemia
 Enterokolikans netrotikans
 Kejang
 Koma
Prognosis
• Asfiksia ringan : tergantung pada kecepatan
penatalaksanaan
• Asfiksia berat : dapat terjadi kematian atau kelainan
saraf pada hari-hari pertama. Asfiksia dengan PH 6,9
dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan
neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau
retardasi mental.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai