Anda di halaman 1dari 29

Linkage of Health

communication
Noor Alis Setiyadi
Komunikator Pesan komunikan

• Individu
• Kelompok
• Organisasi
• Publik
• Massa

Relay Kognitif
Perubahan
Afektif
perilaku
psikomotor
Perilaku Kesehatan
• Solita Sarwono: perilaku kesehatan adalah segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya
khususnya menyangkut pengetahuan & sikap tentang
kesehatan serta tindakannya yg berhubungan dengan
kesehatan & penyakit.
 Sebuah respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
, makanan minuman, dan lingkungan. Dibagi menjadi 3:
1. Perilaku menjaga kesehatan (health maintenance)
2. Perilaku mencari pelayanan kes. (health Seeking)
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang berperilaku?
Apa yang menyebabkan seseorang
berperilaku seperti itu?
• Faktor penentu dalam seseorang bertindak/ berperilaku dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti faktor Internal maupun Eksternal.
• Secara garis besar terdapat 3 aspek perilaku manusia yaitu aspek
Fisik, Psikis, dan Sosial. Namun, sulit ditarik garis tegas dalam
mempengaruhi perilaku.
• Lebih detail, perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai
gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
persepsi, dan lain-lain. (akan sulit mendeteksi gejala kejiwaan yang
menentukan perilaku seseorang).
• Kemudian ahli psikologi dan pendidikan (Bloom) membagi perilaku
dalam ranah
a. Kognitif a. Cipta = Penalaran
b. Afektif b. Rasa = Penghayatan Ki hajar
dewantoro
c. Psikmotor c. Karsa= Pengamalan
Domain Perilaku
Merupakan berbagai faktor penentu yang mempengaruhi
perilaku manusia.
Benyamin Bloom (1908) membagi domain perilaku kedalam 3
bagian yang kemudian dimodifikasi untuk menilai pendidikan
kesehatan, diantaranya:
A. Pengetahuan
B. Sikap
C. Tindakan
A. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia
yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba
dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Terdapat 6 tingkatan:
1. Tahu (know)
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
Misal:
• Tahu bahwa wortel mengandung beta caroten
• Tahu nyamuk Anopheles menyebarkan penyakit malaria
2. Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan tidak sekedar mengetahui saja,


tidak hanya dapat menghapal/menyebutkan, namun orang
tersebut dapat mengintepretasikan secara benar objek
yang dibicarakan.
3. Aplikasi (Application)

Seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud


dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip tersebut
pada situasi lain
Misal:
Seseorang paham prinsip perencanaan kesehatan, maka
dimana saja seseorang tersebut dapat membuat
perencanaan kesehatan.
4. Analisis

• Kemampuan seseorang untuk menjabarkan/ memisahkan,


kemudian mencari hubungan antara komponen pada suatu
masalah/objek
• Tahap ini, seseorang dapat membedakan, mengelompokkan,
membuat diagram terhadap pengetahuan atass suatu objek
Contoh:
Dapat membedakan nyamuk Aedes dengan Anopheles, dapat
membuat diagram siklus hidup Cacing Ascaris
5. Sintesis

Merupakan kemampuan seseorang untuk merangkum atau


meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen pengetahuan yang dimiliki atau kemampuan
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
Misal: dapat membuat/ meringkas dengan kata-kata sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat
membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca
6. Evaluasi

• Dapat menilai suatu objek


• Penilaian didasar pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri aau norma-norma yang berlaku di masyarakat
Contoh : Seorang ibu dapat menilai apakah seorang anak
menderita kecacingan atau tidak
B. Sikap
• Sikap masih merupakan reaksi tertutup, tidak dapat langsung
dilihat , merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Beberapa
batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
• “An enduring system of positive or negative evaluations,
emotional feelings and pro or connection tendencies will respect
to social object” (Krech et al, 1982)
• “An individual’s social attitude is an syndrome of respons
consistency with regard to social objects.” (Cambell, 1950)
• “A mental and neural state of rediness, organized through
expertence, exerting derective or dynamic influence up on the
individual’s respons to all objects and situations with which it is
related”. (Allpor, 1954)
• “Attitute entails an existing predisposition to respons to social
abjects which in interaction with situational and other
dispositional variables, guides and direct the obert behavior of the
individual.” (Cardno, 1955)
• Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan
reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat
dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.
Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, Allport (1954):
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu
obyek
2. Kehidupan emosional terhadap suatu obyek
3. Kecenderungan untuk bertindak
Tingkatan Sikap

1. Menerima (receiving).
Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).
Misalnya : Sikap orang terhadap gizi dapat terlihat dari kesediaan
dan perhatian terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
Tingkatan Sikap

2. Merespon (responding).
• Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha
tersebut menunjukkan bahwa orang menerima ide.
Tingkatan Sikap
3. Menghargai (valuing).
• Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah.
• Misalnya : Seorang ibu mengajak ibu lainnya (tetangga,
saudara dsb) untuk pergi menimbangkan anaknya ke
posyandu.
• Berdasarkan contoh diatas, ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
Tingkatan Sikap

4. Bertanggung jawab (responsible)


• Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko. Bertanggung jawab
merupakan sikap yang paling tinggi.
• Misalnya : seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang
tuanya
C. Perilaku/Tindakan

• Merupakan tindakan nyata yang dilakukan, dapat


diamati. Terwujudnya sebuah tindakan, dipengaruhi oleh
faktor yang mendukung.
Tingkatan Tindakan
1. Persepsi (mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang diambil)
=> Ibu memilih makanan bergizi untuk anak
2. Respon terpimpin/Guided response (Melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai)
=> Ibu memasak sayur dengan benar, lama, proses dll
3. Mekanisme/ Mechanism (Melakukan dengan benar, dan
menjadi kebiasaan/otomatis)
=> Imunisasi bayi tanpa ajakan
4. Adopsi/Adoption (Dapat memodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran)
=> Ibu memilih makanan bergizi tinggi berdasar pada
bahan murah dan sederhana
Tahu

paham

aplikasi

analisis

sintesis

evaluasi
• rencana kesiapsiagaan dan respons
harus dikomunikasikan kepada
masyarakat yang terkena dampak,
masyarakat umum, komunitas ilmiah,
dan pemangku kepentingan lainnya
untuk memberikan informasi yang
diperlukan untuk membuat keputusan
sebaik mungkin mengenai
kelangsungan hidup mereka.
Julie Gerberding dari Centers for Disease
Control and Prevention (CDC, USA)
• Pesan komunikasi darurat dinilai dari ketepatan waktu, konten, dan
kredibilitas mereka dan harus menyiratkan pemahaman tentang
berbagai emosi yang mungkin dialami individu yang terpengaruh.
• Pesan komunikasi risiko yang efektif juga dapat mengurangi dampak
bencana di antara populasi yang paling rentan terhadap dampaknya
Linking Hazards and Public Health:
Communication and Environmental Health
• Bencana adalah kekuatan kerusakan yang luar biasa terhadap suatu
wilayah atau komunitas.
• Bencana menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk cedera
fisik, kematian dini, peningkatan risiko penyakit menular, dan efek
psikologis seperti kecemasan, neurosis, dan depresi.
• Penghancuran infrastruktur kesehatan setempat — rumah sakit,
kantor dokter, klinik — juga kemungkinan akan berdampak pada
pemberian layanan perawatan kesehatan.
• Berikutnya, kebutuhan perawatan kesehatan dapat terjadi karena
kekurangan makanan dan air dan pergeseran populasi besar ke
daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai