Anda di halaman 1dari 49

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

WILAYAH SUNGAI

MATERI PELATIHAN
OPERASI DAN PEMELIHARAAN BENDUNGAN
PT VALE INDONESIA
Malang, 13 – 15 Agustus 2019

oleh:
Perum Jasa Tirta I
OUTLINE MATERI PELATIHAN

1. PENGERTIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
3. POLA DAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER
DAYA AIR
4. MODEL PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
PENGERTIAN
PERMASALAHAN SDADAN DEFINISI
YANG DIHADAPI
1. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air dan pengendalian daya rusak air.
2. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan
keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu
sekarang maupun yang akan datang.
3. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan
berdaya guna.
4. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
5. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama
dengan 2.000 km2.
6. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
DAS dan WILAYAH SUNGAI
“Daerah Aliran Sungai (DAS): suatu “Wilayah Sungai (WS): kesatuan wilayah
wilayah daratan yang merupakan satu pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
kesatuan dengan sungai dan anak-anak lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau
sungainya, yang berfungsi menampung, kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
menyimpan, dan mengalirkan air yang
2.000 km2.”
berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di Batas DAS A dan
DAS B
darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh Batas
aktivitas daratan.” Wilayah
Sungai DAS A

DAS D

DAS B
DAS C

Laut
PERMASALAHAN SUMBERDAYA AIR

Sampah Pencemaran Banjir

DAS Kritis Kekeringan


Kependudukan
URGENSI PENGATURAN SUMBERDAYA AIR

Jumlah
Penduduk
makin Ketersediaan air
meningkat relatif konstan

Aktifitas dan
kebutuhan
ekonomi, sosial Kualitas
dan budaya cenderung
meningkat menurun

Air dan sumber-sumber air perlu:


DILINDUNGI DAN DIJAGA KELESTARIANNYA
agar dapat DIDAYA-GUNAKAN secara
berkelanjutan
BASIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

Diperlukan SATU Bingkai


Pengelolaan yang mengikat
semua pihak

Pengelolaan Sumber Daya Air


secara Menyeluruh dan Terpadu
Berbasis WILAYAH SUNGAI
WILAYAH SUNGAI sebagai
Basis Wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air

» Sifat alami air yg mengalir secara dinamis dari tempat-tempat tertentu


ke tempat yg lebih rendah (bisa lintas wil. Kab/Kota, dan lintas Prop,
bahkan lintas Negara)
» Keterdapatan air mengikuti siklus hidrologi; ada DAS yg secara alami
kaya air dan ada pula DAS yg selalu kekurangan air.
» Setiap orang berhak mendapatkan air untuk kelangsungan hidupnya.
» Mencegah timbulnya konflik; sekaligus menempatkan air sebagai unsur
pemersatu antar wilayah.
» Prinsip efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR MENYELURUH dan TERPADU

PENATAAN KONSERVASI
SUMBER DAYA
RUANG
AIR

PERAN
MASYARAKAT

PENDAYA-
GUNAAN PENGENDALIAN
SUMBER DAYA DAYA RUSAK AIR
AIR

DATA & SISTEM INFORMASI SDA


UPAYA LINGKUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

MERENCANAKAN MELAKSANAKAN MEMANTAU MENGEVALUASI

ASPEK UTAMA:
Konservasi Pendayagunaan Pengendalian
SDA: SDA: Daya Rusak Air:
1. Perlindungan dan
PENYELENGGARAN

1. Penatagunaan 1. Pencegahan
pelestarian SA
2. Pengawetan air 2. Penyediaan
2. Penanggulangan
3. Pengelolaan kualitas air 3. Penggunaan
4. Pengembangan 3. Pemulihan
& pengendalian
pencemaran air 5. Pengusahaan

ASPEK PENDUKUNG:
Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat

Peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data dan informasi sumber


daya air
WILAYAH SUNGAI DI INDONESIA
(Permen PUPR No. 4/PRT/M/2015 tentang Kriterian dan Penetapan Wilayah Sungai)

1 WS Lintas Negara (A1) 5


2 WS Lintas Provinsi (A2) 31
3 WS Strategis Nasional (A3) 28
4 WS Lintas Kabupaten/Kota (B) 52
5 WS dalam Satu Kabupaten/Kota (C) 12
Total 128
Kewenangan : PENGELOLAAN WILAYAH SUNGAI

PEMERINTAH PEMERINTAH PEMERINTAH


PUSAT (Menteri) PROVINSI KAB/KOTA
(Gubernur) (Bupati/Walikota)
Pengelolaan SDA yang Pengelolaan SDA yang Pengelolaan SDA yang
terletak pada Wilayah terletak pada Wilayah terletak pada Wilayah
Sungai: Sungai: Sungai:
Lintas Provinsi Lintas Kab./Kota dalam Kab./Kota
Lintas Negara
Strategis Nasional

Sebagian wewenang Pemerintah (Pusat) dalam pengelolaan


SDA dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dg
peraturan per-UU-an.
(Pasal 18)
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN SDA
No. Wewenang dan Tanggung-Jawab Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Provinsi Kab/Kota
1 Menetapkan Kebijakan PSDA, Pola & Rencana PSDA V V V
2 Menetapkan & mengelola kawasan lindung sumber air V V V
3 Melaksanakan pengelolaan SDA V V V
4 Mengatur, menetapkan, memberi izin/Rekomendasi Teknis atas V V V
penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan SDA dan
air tanah pada WS & CAT
5 Membentuk Dewan SDA V V V
6 Memfasilitasi penyelesaian sengketa dalam pengelolaan SDA V V V
7 Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan V - -
SDA
8 Membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi - V V
kebutuhan pokok masyarakat atas air

9 Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan V V V


pengelolaan SDA
10 Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan SDA kepada V V -
Pemprov (untuk Pemerintah) dan Pemkab/kota
POLA DAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Perencanaan

POLA
dilaksanakan
KONSERVASI
SUMBER DAYA AIR
PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA AIR
PENGENDALIAN
DAYA RUSAK AIR BERDASARKAN PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
Perlindungan dan Penatagunaan sumber
pelestarian sumber air daya air
Upaya pencegahan
Penyediaan sumber
daya air
Evaluasi Pengawetan air, Pelaksanaan BERBASIS
Penggunaan sumber
Upaya penanggulangan
daya air
Pengelolaan kualitas air
Pengembangan sumber
daya air

Pengendalian Upaya pemulihan


pengusahaan sumber
pencemaran air daya air

WILAYAH SUNGAI
Pemantauan

DIJABARKAN
DALAM

RENCANA
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
PRINSIP PENYUSUNAN POLA & RENCANA

Pola PSDA : Rencana PSDA:


• Disusun secara terpadu pada setiap  Disusun secara terpadu pada setiap
Wilayah Sungai. (Wilayah Sungai Wilayah Sungai. (Wilayah Sungai
sebagai basis boundary). sebagai basis boundary).
• prinsip keterpaduan antara air  Berdasarkan skenario & strategi yg
permukaan dan air tanah serta- dipilih dari Pola PSDA
keseimbangan antara upaya  Keseimbangan antara upaya
konservasi dan pendayagunaan SDA Konservasi dan Pendayagunaan
• Time horizon: 20 tahun  Mempertimbangkan penggunaan &
• Dapat ditinjau & dievaluasi min. 5 ketersediaan air tanah dengan tetap
tahun mengutamakan penggunaan air
permukaan.
• Melibatkan peran masyarakat (PKM)
dan dunia usaha  Proses penyusunannya melibatkan
TKPSDA WS.
• Mempunyai kekuatan hukum/
ditetapkan oleh pejabat yang  Jangka Waktu: 20 tahun
berwenang  Dpt ditinjau & dievaluasi paling
singkat 5 tahun
 Mempunyai kekuatan
hukum/ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang
RENCANA PENGELOLAAN SDA
Disusun secara terpadu pada setiap Wilayah Sungai

RENCANA Hasilnya :
PENGELOLAAN Merupakan Rencana Induk: Penyelenggaraan
SDA • Konservasi SDA pengelolaan SDA
• Pendayagunaan SDA
• Pengendalian Daya Rusak Air secara menyeluruh
(berbasis WS) dan terpadu
INSTITUTIONAL FRAMEWORK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
di INDONESIA

REGULATOR OPERATOR
(Pemerintah Pusat & (BUMN/BUMD, PJT
Pemerintah Daerah) Pemda, Swasta)

COORDINATOR
(Dewan SDA, TKPSDA)

BAPPEDA
(Planning Agency)

DEVELOPER
USER (Pemeritah Pusat, Pemda,
Swasta)
BENCANA SEDIMENTASI WADUK

Waduk GAJAH MUNGKUR Waduk SENGGURUH


DEFINISI DAN ISTILAH
1. Waduk adalah wadah buatan untuk menampung air, limbah atau bahan
cair lainnya yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
2. Efisiensi tangkapan sedimen adalah persentase laju angkutan sedimen yang
mengendap di dalam daerah genangan waduk dengan laju angkutan sedimen
total yang masuk ke dalam waduk.
3. Endapan sedimen waduk adalah timbunan material yang berasal dari hasil
angkutan sedimen sungai dan hasil erosi DAS.
4. Laju sedimentasi adalah banyaknya pengendapan sedimen di sungai atau
waduk per satuan waktu.
5. Laju angkutan sedimen adalah besarnya debit angkutan sedimen yang
mengalir pada alur sungai atau waduk per satuan waktu.
6. Serahan sedimen adalah sedimen yang mengalir masuk dan diangkut ke
dalam sebuah waduk berasal dari daerah drainase/pengaliran di hulunya
(mm/tahun).
7. Kapasitas efektif waduk adalah volume waduk dari elevasi muka air
normal sampai dengan elevasi muka air eksploitasi terendah.
8. Kapasitas mati waduk adalah volume waduk yang dicadangkan unuk menampung
sedimen.
DEFINISI DAN ISTILAH
9. Umur Waduk
Ada beberapa istilah terkait dengan umur waduk yaitu umur layanan (useful life), Umur ekonomi (economic
life), umur manfaat (useable life), umur rencana (design life).
a. Umur layanan waduk adalah suatu periode dari mulai beroperasinya suatu waduk yang dapat
memberikan layanan secara penuh dan baik terhadap fungsi utama pembangunannya. Untuk waduk
yang diambil airnya melalui bangunan pengambilan bawah, umur layanan waduk biasanya disamakan
dengan periode dari tahun pertama dioperasikannya waduk tersebut sampai dengan terpenuhinya
tampungan mati dan tertutupnya bangunan pengambilan tersebut oleh sedimen. Sedangkan untuk waduk
yang diambil airnya melalui pemompaan maka umur layanan waduk akan sama dengan periode dari
tahun pertama dioperasikannya waduk tersebut sampai dengan terpenuhinya tampungan efektif oleh
sedimen
b. Umur ekonomi waduk dikaitkan dengan nilai kelayakan waduk, yang dihitung dari mulai beroperasinya
waduk tersebut sampai diperolehnya keuntungan atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan biaya
pembangunan waduk termasuk biaya operasi dan pemeliharaannya.
c. Umur manfaat waduk adalah suatu periode dari mulai beroperasi dan dapat dimanfaatkannya suatu
waduk sampai waduk tersebut dinyatakan mati. Matinya waduk tidak selalu disebabkan oleh
sedimentasi tetapi dapat disebabkan oleh hal-hal lain seperti kering karena adanya bocoran,
kerusakan pada struktur bendungan atau bangunan pelengkap lainnya, tidak dioperasikan
karena membahayakan lingkungan, dll. Waduk yang akan mati dapat direhabilitasi kembali sehingga
waduk dapat difungsikan kembali sehingga umur manfaat dapat diperpanjang.
d. Umur rencana waduk adalah umur patokan suatu waduk direncanakan untuk dapat difungsikan atau
dioperasikan secara penuh, misal 50 tahun atau 100 tahun. Umur rencana sering digunakan
untuk menghitung nilai kelayakan waduk, apakah umur rencana berada diatas umur ekonomi (layak)
atau dibawah umur ekonomi (tidak layak). Umur rencana juga digunakan sebagai dasar untuk
mendesain umur teknis infrastruktur yang harus dibangun dengan melihat tingkat keamanannya.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN WADUK
1. Waduk dioperasikan sesuai dengan fungsinya berdasarkan pedoman yang telah disusun pada saat
pembangunan.
2. Sesuai dengan umur waduk, volume tampungan waduk dapat semakin berkurang dikarenakan adanya
sedimentasi pada daerah genangan. Apabila perubahan volume waduk cukup besar maka pola operasi
waduk perlu dievaluasi kembali dan pada umumnya pola operasi waduk ditinjau ulang setiap 5 tahun.
3. Dalam pembangunan waduk, umur layanan waduk telah direncanakan berdasarkan umur rencana.
Besarnya sedimentasi yang mungkin terjadi selama umur layanan waduk diperhitungkan dengan
menyediakan kapasitas tampungan untuk sedimen pada daerah endapan yang biasa disebut
tampungan mati (dead storage). Namun demikian, meskipun tampungan mati telah penuh sedimen,
waduk tersebut masih dapat difungsikan selama bangunan pengeluaran belum tertutup sedimen dan
masih tersedia volume tampung efektif.
4. Apabila laju sedimentasi cukup besar dan dikhawatirkan umur layanan waduk yang direncanakan
tidak akan dapat tercapai, maka dilakukan upaya pengendalian sedimen di hulu waduk misalnya dengan
cara pembangunan check dam dan bottom controller atau ground sill, atau dilakukan pengglontoran
(flushing).
5. Penggelontoran (flushing) sedimen yang ada dalam waduk adalah suatu usaha pengeluaran endapan
sedimen di waduk dengan cara penguraian endapan tersebut kemudian mengeluarkannya melalui
bangunan keluaran bawah (bottom outlet). Beberapa persyaratan umum yang diperlukan untuk
melakukan penggelontoran adalah:
1) Bentuk kolam waduk relatif sempit
2) Tersedia volume air yang cukup besar selama waktu penggelontoran
3) Kondisi waduk memungkinkan untuk dilakukan penggelontoran
4) Tersedia lebar bukaan pintu yang cukup
5) Dioperasikan pada awal musim banjir.
PROFIL TIPIKAL PENGENDAPAN SEDIMEN DI WADUK
(Strand and Pamberton, 1982)
BAGAN ALIR SURVEI DAN MONOTORING SEDIMENTASI WADUK
SURVEY DAN MONITORING
SEDIMENTASI WADUK
Keputusan Jenderal Sumber Daya Air
No: 39/KPTS/D/2009
Tanggal : 26 Februari 2009
SURVEI DAN MONITORING SEDIMENTASI WADUK

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan survei dan monitoring meliputi:


1) Monitoring alur-alur sungai yang masuk ke dalam waduk dan Daerah Aliran Sungainya.
2) Pengambilan contoh material sedimen pada alur sungai di hulu waduk dan di dalam waduk.
3) Pengukuran topografi teristris (tachimetri) dan pengukuran bathimetri.
4) Penghitungan laju angkutan sedimen sungai dan laju sedimentasi pada waduk.

Monitoring dan pengambilan sedimen pada alur-alur sungai yang masuk ke dalam waduk
dimaksudkan untuk mengetahui besarnya total angkutan sedimen yang masuk ke dalam waduk
(ton/hari). Data ini digunakan untuk menghitung laju sedimentasi dan sisa umur layanan waduk
dengan pendekatan numerik/matematik.

Pengambilan contoh material sedimen di dalam waduk dimaksudkan untuk mengetahui


besarnya butiran (grain size), penyebaran pengendapannya dan sumber sedimen dalam
waduk. Data ini digunakan untuk menghitung distribusi penyebaran dan pengendapan sedimen
di dalam waduk dengan pendekatan numerik/matematik.

Pengukuran topografi teristris dan bathimetri dimaksudkan untuk mendapatkan peta genangan
waduk setelah sekian lama dioperasikan. Peta ini kemudian dibandingkan dengan peta
genangan waduk pada saat dibangun, sehingga sisa umur layanan waduk dapat diketahui
secara langsung.
Classification of Sediment Management Strategies for Reservoirs

1-Reduce Sediment Inflow 2-Route Sediments 3- Focus or Remove


from Upstream (maintain transport, minimize deposition) Sediment Deposits

Sediment Sediment Mechanical Hydraulic


Reduce Sediment Sediment Trapping Excavation Scour
Production Above Reservoir Bypass Pass-Through

Flood Dry Pressure


Soil Erosion Reservoir Dredging Scouring
Channel Bypass Tunnel Excavation
Control, Erosion Large Dams down,
Draw
Revegetation Control “Sluicing”
High Level Empty
(no drawdown) Hydraulic Dredg e Flushing
Dispersed Floo
d Event (slurry pump)
structures
Forests Low Level Modify Operating Rule
Seasonal Hydrosuction
(drawdown) (focus or redistribute
(gravity) Dredge sediment)
Rangeland
Vent urbid
T
Air Lift Dredge
Farms Gully Offstream Density Sediment Discharge
Stabilization Reservoir Currents Mechanical-lift Options
Construction
(bucket, clamshell,
sites and Stream dragline, backhoe) Below dam
Developed Channel
Areas Stabilization- Agitation Dredge Off Channel
Restoration

4-Adaptive Strategies Reallocate Storage, Modify Intakes, Raise Dam to Water Loss Construct Decommission
Increase Operational Turbine Increase Control & Replacement
(sediments not manipulated) Infrastructure
Efficiency Coatings, etc. Volume Conservation Project

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


1- Reduce Sediment Yield

• Erosion control
– Costly, may involve many thousands of land users, slow and uncertain
implementation and downstream response

• Upstream Sediment Trapping


– Small check dams have little capacity and are subject to eventual failure,
releasing stored sediment, but can be effective if installed in large numbers.
– Large debris dams are costly.
– Upstream dams built for hydro, irrigation or other benefits are typically the
fastest and surest way to reduce watershed inputs, but these projects may
not get built as planned.

• Upstream Sediment Release


– Sedimented upstream reservoirs can change their operation to start
releasing sediment.

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


China’s watershed reforestation success is exemplary.
However, watershed management may not protect
against extreme events & debris flows
(Intake to Jagra 30 MW RoR plant, Pakistan Administered Kashmir)

May, 2013
Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
Extreme rainfall produced extensive
landslides and debris flows

Antioquia, Colombia

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


Calderas Powerhouse

Boulders INSIDE
the powerhouse

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


2 - Sediment Routing:
(Minimize Sediment Deposition)
• Sediment Bypass (offstream storage, bypass tunnel)
– Highly effective, method of choice where feasible
– Dramatically reduces but does not eliminate sedimentation
• Reservoir Drawdown (sluicing)
– Reservior level is reduced during floods to maximize flow velocity
through the reservoir and minimize sedimentation
– Some sediment may be scoured (as in flushing), but this is not the
primary objective
• Release Turbidity Currents
– While most reservoirs have turbidity currents, not all of them
transport a substantial amount of sediment to the dam
– Requires low-level release
– Minimum impact on operations
Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
Passing Sediment
Sanmenxia Dam, Yellow River, China

Flow

First major reservoir Bottom Outlets


successfully managed for
control of sediment

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


Use SBT to bypass headpond pool, which is used as a
sand trap to avoid constructing a desanding basin

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


Sediment Bypass Tunnel operational since 1922
(Pfaffensprung, Switzerland. Amsteg power plant)

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


Turbidity currents are important in many reservoirs and
may be used to release sediment through turbines

Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com


Turbid density current running
through Dos Bocas reservoir,
Puerto Rico

Turbid water exiting turbines


below dam
Dam

Clear surface water

Sediment-laden water
entering reservoir

Dos Bocas was built in 1942


Gregory L. Morris www.reserv irsedimentation.com
3 - Sediment Removal
• Pressure Flushing
• Dredging
– Costly. Not normally economically feasible on a large scale,
unless cheap electricity from hydropower is available
– If not discharged below the dam, problem of finding a disposal
site for a never-ending supply of sediment.
• Emptying and Flushing
– Empty the reservoir and allow the river to scour sediment
– Downstream release of muddy water
– Large downstream environmental impacts if not properly
managed
– Only a limited volume can be recovered
Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
Pressure Flushing

Semi-circular scour hole formed in front


of an intake at a reser voir in Brazil.
~:. -
'
Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
Dredging since 1962 at
hydropower reservoir

Sauyerman dragline
Hidraulic cutterhead
dredge

(74 MW, 83 m3/s, 72 m head) Bajo Anchicayá, Colombia


Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
Power Intake
Bottom Outlet

At this site the original designer did not think


about sedimentation, and did not put the
power intake in a location where it would be
cleared of sediment by flushing. Now reservoir
is emptied
Gregory L. Morrisfor cleaning by hand & machine.
www.reservoirsedimentation.com
Flushing Channel and Intake Location
By placing the intake on the left side of the dam sediment control at the intake would be easier

BOTTOM
OUTLET

Intake Channel – FLUSHING CHANNEL


INTAKE maintained
mechanically
Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
Flushing will only scour out a channel about as
wide as the original aluvial river channel
• Because the discharge rate and transport capacity of the flushing release
is limited by the low-level outlet capacity, it will typically not be possible to
flush out all of the coarse sediment that enters the reservoir.

Submerged floodplains keep


accumulating sediment. These
• Flushing channel deposits not removed by flushing
helps sustain
turbidity current Full Reservoir Level

movement to the
dam.

Flushing
Channel
Turbid density currents deposit
fine sediment in the flushing
channel, which can be released
Pre-dam
in the next flushing event. channel width
Gregory L. Morris www.reservoirsedimentation.com
TERIMA KASIH
Email : widyoparwanto@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai