Anda di halaman 1dari 55

CASE REPORT

Gangguan Obsesif Kompulsif Disorder

Disusun oleh :
dr. Sherly Nurazizah
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RPA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 16 Juni 1996
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Sudah menikah
Pekerjaan : Kasir Lapangan Futsal
Alamat : Jln. Kampung Bulak
Tanggal Masuk RS : 07 Januari 2019
Tanggal Pemeriksaan : 07 Januari 2019
Keluhan Utama
Autoanamnesis : Trauma dengan hal yang kotor

Alloanamnesis : Dilakukan kepada tante pasien, Ny. S, yang mengantar pasien berobat.
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien Ny. RPA, 23 tahun datang ke poli psikiatri RSUD Kab. Bekasi dengan keluhan trauma dengan
hal yang kotor. Awalnya pasien melihat bangkai tikus ditengah rumah yang penuh dengan belatung
dan lalat. Sebelum melihat bangkai tikus, pasien memang tidak suka dengan hal yang kotor dan
menjijikan. Namun setelah melihat bangkai tikus tersebut dan harus membersihkannya pasien sering
merasa cemas bahwa rumah dan tangan pasien itu kotor sehingga pasien tidak mau tinggal dirumah,
sulit tidur, selalu mencuci tangan selama 10-15 menit dan berkali-kali sehingga kulitnya terkelupas dan
terasa perih. Keluhan tersebut sudah dirasakan oleh pasien selama 2 bulan SMRS.
• Pasien mengatakan kalau semua alat pembersih rumah seperti pel , sapu,
lap, lalu peralatan mandi seperti sikat gigi yang sudah dipakai harus
dibuang karna pasien merasa bahwa barang tersebut sudah kotor dan tidak
mau memakainya lagi sehingga setiap harinya pasien harus membeli
peralatan mandi dan pembersih rumah yang baru. Pasien merasa cemas,
merasa tidak nyaman dan selalu kepikiran jika pasien tidak melakukan hal
tersebut sehingga membuat pasien sulit tidur,lemas dan merasa terganggu
.keluhan sedih, menyendiri, kehilangan minat beraktifitas, disangkal oleh
pasien. Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan penggunaan zat
narkotika.
alloanamnesis
Tante pasien mengatakan bahwa
jika pasien memcuci piring atau
mengerjakan pekerjaan rumah
Tante pasien mengatakan bahwa pasien saat selalu lama dan alat pembersih
ini tinggal dirumahnya. Tante pasien tersebut langsung dibuang.
mengatakan bahwa pasien sering terlihat Bahkan pasienpun suka memarahi
bulak-balik mencuci tangan secara terus anaknya jika bermain kotor
menerus dengan waktu yang lama. Tante kotoran dan selalu memandikan
pasien sering mengatakan kepada pasien anaknya dengan waktu yang lama.
jangan terlalu sering mencuci tangan karna Pasien sebelumnya mengatkan
tangan pasien sudah terlihat mengelupas. bahwa dia tidak mau pulang
Pasien pun menjawab bahwa tangannya kerumah karna selalu terpikir
terasa kotor jika pasien tidak melakukan cuci dengan bangkai tikus. Keluarga
tangan berkali-kali. pun sudah membawa psien
berobat ke paranormal hingga
sering melakukan hipnoterapi
namun tidak ada perubahan.
RIWAYAT GANGGUAN DAHULU
Gangguan Zat Psikoaktif dan
Gangguan Psikiatrik Gangguan Medik Alkohol

Berdasarkan keterangan dari


Pasien tidak memiliki riwayat
ibu pasien, pasien tidak
a. Kelainan bawaan: Tidak ada merokok, konsumsi alkohol
pernah mengalami gangguan
b. Infeksi : Tidak ada dan zat adiktif lainnya
psikiatrik.
c. Trauma : Tidak ada disangkal.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Riwayat masa kanak awal (0-3 Riwayat masa kanak
Masa prenatal dan perinatal tahun) pertengahan (3-11 tahun)

 Pasien tumbuh dan


 Pasien diasuh oleh neneknya
 Masa kehamilan cukup kembang seperti anak
karena ibu pasien bekerja.
bulan dan persalinan  Selama masa ini, proses lainnya
secara normal perkembangan dan  Pasien merupakan anak
 Kondisi kesehatan ibu pertumbuhan sesuai dengan yang riang.
pasien selama kehamilan anak sebayanya.  Pasien berteman dengan
baik.  Pasien tidak pernah mendapat laki-laki dan perempuan.
 lahir direncanakan. sakit berat, demam tinggi,  Pasien mengaku tidak
 Selama hamil ibu pasien kejang ataupun trauma pernah melakukan
kepala.
tidak merokok ataupun zat kegiatan anti sosial seperti
 Pasien hanya diberikan ASI
psikoaktif. hingga usia 1 tahun. berkelahi, mencuri dan
sebagainya.
Masa dewasa (>18 tahun)

 Saat sekolah SMA pasien pernah mengalami


 Tinggal kelas dan gagal pada UN sehingga
pasien mengejar ujian paket C.
 Sosok yang ramah, mudah bergaul memiliki
banyak teman.
 Pergaulan pasien dalam katagorik baik dengan
keluarga dan masyarakat.
 Setelah lulus SMA pasien di daftarkan oleh
suaminya kuliah.
 Menikah dengan suaminya dikarenakan
sebelumnya melakukan seksual sebelum
menikah sehingga hubungan dengan keluarga
pasien mulai renggang sementara waktu.
 menyangkal penggunaan rokok ataupun zat
psikoaktif.
Pasien menyelesaikan pendidikan SD tanpa pernah
tinggal kelas

Pasien menyelesaikan pendidikan SMP tanpa pernah


tinggal kelas

Pasien menyelesaikan pendidikan SMA mengejar paket


C
Kehidupan Kehidupan Sosial
Riwayat Pekerjaan
Beragama dan Perkawinan
• Pasien • Pasien menganut • pasien memiliki 1
sebelumnya agama Islam orang anak laki-
bekerja di PAUD laki. Yang
namun sekarang pertama seorang
bekerja sebagai laki-laki berusia 6
kasir lapangan tahun.
futsal yang
dimiliki ayahnya.
Riwayat Pelanggaran Kehidupan Sosial dan
RIWAYAT KELUARGA
Hukum Perkawinan
• Tidak pernah • anak kedua dari 3 • Berdasarkan informasi
berurusan dengan bersaudara. yang didapatkan dari
aparat penegak • Kakaknya merupakan keluarga, pernikahan
hukum, dan tidak seorang laki-laki. tersebut pasien
pernah terlibat dalam • Pasien merupakan memiliki 1 orang anak
proses peradilan yang anak ketiga dari 3 laki-laki yang berusia 6
terkait dengan hukum. bersaudara. Kakaknya tahun.
merupakan seorang
laki-laki.
• Ayah dan Ibu pasien 2
tahun yang lalu. Saat
ini pasien memiliki
ayah tiri. Pasien saat
ini tinggal bersama
anak dan suaminya.
Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengerti mengenai gangguannya sekarang, pasien
ingin diobati hingga kondisinya baik dan dapat
beraktivitas kembali

Impian, Fantasi, dan Cita-Cita Pasien


Pasien ingin sehat seperti sebelumnya
STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien perempuan berumur 23 tahun dengan penampilan fisik sesuai dengan usianya. Kulit berwarna
sawo matang. Pasien memiliki rambut pendek , berwarna hitam dan lurus. Tidak terdapat luka di
ekstremitas bawah. Pada saat wawancara, pasien berpakaian rapi dan bersih. Kulit tangan pasien terlihat
mengalami iritasi pada bagian tangan.

Kesadaran
Kesadaran : Composmentis

Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara pasien duduk bersebrangan dengan pemeriksa, pasien bersikap cemas dan kooperatif
saat diajak wawancara serta menjawab semua pertanyaan dokter muda dengan volume suara sedang.
Selama wawancara pasien duduk dengan tidak tenang, perhatiaan pasien mudah teralihkan oleh sesuatu.
STATUS MENTAL
Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif cukup sopan, kontak mata banyak melihat ke arah depan dan samping kanan dan kiri,
menjawab pertanyaan dengan baik dan menjawab sesuai pertanyaan, perhatian mudah dialihkan.

Pembicaraan
Volume : sedang
Irama : teratur
Kelancaran : artikulasi jelas
Kecepatan : sedang
STATUS MENTAL
 MOOD DAN AFEK
Mood : Cemas (saat pemeriksaan)
Afek : luas, sesuai

 GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi
Visual : tidak ada
Audio : Tidak ada
Taktil : Tidak ada
Penciuman : Tidak ada
Pengecapan : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
STATUS MENTAL
 SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
Taraf pendidikan : SMA
Pengetahuan umum : Baik
Kecerdasan : Cukup baik
Konsentrasi : Cukup baik

 Orientasi
Waktu : Baik (pasien dapat menyebutkan pemeriksaan pada siang hari)
Tempat : Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di Rumah Sakit)
Orang : Baik (pasien mengenal dirinya dan orang sekitarnya)

 Daya ingat :
Jangka panjang : Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahirnya, mampu mengingat pekerjaan
dia menjadi kasir di lapangan futsal)
Jangka pendek : Baik (Pasien dapat mengingat kegiatannya dipagi hari)
Segera : Baik (Pasien dapat menyebutkan 3 hal yang disebutkan oleh pemeriksa apel,
jeruk, kursi).
STATUS MENTAL
 Pikiran abstraktif
Baik (Pasien dapat membedakan mobil dan motor)

 Visuospasial
Tidak dapat dinilai (karena pasien menganggap pasien kotor)

 Kemampuan menolong diri baik


STATUS MENTAL
 PROSES PIKIR
Arus pikir
Kontinuitas : Tidak terganggu
Hendaya bahasa : Tidak ada

 Isi pikir
Preokupasi : Tidak ada
Miskin isi pikir : Tidak ada
Waham : Tidak ada
Obsesi : Pasien memiliki pikiran untuk mencuci tangan dan bersih-bersih
Kompulsi : Pasien melakukan cuci tangan berkali-kali, mandi lama dan berkali-kali

 PENGENDALIAN IMPULS
Cukup baik, selama wawancara pasien dapat berlaku tenang walaupun sesekali pasien tampak ingin
mengakhiri wawancara tetapi tidak menunjukan gejala agresif dan tidak marah.
STATUS MENTAL
 DAYA NILAI
Daya nilai sosial : Baik (Pasien dapat membedakan perbuatan baik dan buruk)
Uji daya nilai : Baik (Bila berjalan menuju suatu tempat ia memilih rute paling cepat)
RTA : Tidak Baik

 TILIKAN
Derajat 3 (Pasien sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan orang lain di lingkungan pekerjaannya).

 RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)


Pemeriksa memperoleh kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya.
STATUS MENTAL
 PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus

Keadaaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg

RR : 22 x/menit
HR : 80 x/menit
Suhu : 36.5 ˚C

Sistem Kardiovaskular : Tidak diperiksa


Sistem Respiratorius : Tidak diperiksa
Sistem Gastrointestinal : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa
Sistem Urogenital : Tidak diperiksa
STATUS MENTAL
 Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan neurologis

 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

 IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


RTA : terganggu
Mood : cemas
Afek : luas, sesuai
Gangguan persepsi : tidak ada
Gangguan bentuk pikir : realistik, koheren
Gangguan proses pikir : tidak ada
Gangguan isi pikir : obsesif kompulsif
Tilikan : Tilikan derajat 3
STATUS MENTAL
FORMULA DIAGNOSTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :

AKSIS I : F 42 Gangguan Gangguan Obsesif-Kompulsif

Kriteria diagnostik berdasarkan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 1994
fourth edition). Dikatakan bahwa untuk menegakan diagnosis pasti gejala-gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distres) atau mengganggu aktifitas penderita.

Gejala – gejala obsesif harus memenuhi kriteria berikut :


- Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
- Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
- Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan
hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega
dari ketegangan atau cemas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud diatas)
-Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)
• Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan
depresi. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukan
gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33)
dapat menunjukan pikiran-pikiran obsesif selama masa depresinya.
• Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada
gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila
dari keduanya tidak ada gejala yang menonjol maka lebih baik menganggap
depresi sebagai diagnosis yang primer.
• Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
• Aksis III : Kondisi Medis Umum
L24 Dermatitis kontak iritan
• Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan
Trauma dengan hal yang kotor dan menjijikan
• Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement Of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF saat pemeriksaan
berada pada range 60-51 yaitu gejala (sedang) moderat, disabilitas ringan.
STATUS MENTAL
Evaluasi multiaksial
Aksis I : F 42 Gangguan Obsesif Kompulsif
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : L24 Dermatitis Kontak Iritasi
Aksis IV : Masalah Psikososial & Lingkungan
Aksis V : GAF 60 – 51 : Gejala sedang (moderate), disabilitas ringan

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : F42 Gangguan Obsesif Kompulsif
Tatalaksana
• Elizac 20mg 1-0-0
• Risperidon 0,5mg
Hexymer0,5 mg
Clobazam 5mg
Mf pulv dtd in caps no XV
STATUS MENTAL
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam


Foto klinis
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai


gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan,
karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan
mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi
pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau
hubungan dengan teman atau anggota keluarga.
Gangguan obsesif kompulsif
• pikiran-pikiran, bayangan-bayangan
atau dorongan-dorongan intrusive
dan kebanyakan tidak masuk akal
obsesif yang dicoba ditolak atau dieliminasi
oleh individu.

• pikiran-pikiran atau tindakan-


tindakan yang digunakan untuk
menekan obsesi dan membuat
kompulsif individu merasa lega
Prevalensi pada populasi umum adalah 2% -
3%.

Peneliti memperkirakan ditemukan pada


sebanyak 10% pada pasien rawat jalan di klinik
psikiatrik.

Angka tersebut  gangguan obsesif-kompulsif


 diagnosis psikiatrik tersering keempat setelah
fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat,
dan gangguan depresif berat.
Untuk remaja  laki-laki > perempuan.
Usia onset rata-rata  kira-kira 20 tahun.

Secara keseluruhan, kira-kira 2/3 dari pasien


memiliki onset gejala < usia 25 tahun.

Kurang dari 15 % pasien memiliki onset gejala


setelah usia 35 tahun.
ETIOLOGI

1. Aspek Biologis
a. Neurotransmiter
b. Genetik

2. Psikologis
3. Faktor Psikososial
DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif kompulsif


menurut PPDGJ III:

1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif


atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada
hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu
berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress)
atau mengganggu aktivitas penderita
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal
berikut:
•Harus disadari
•Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang
tidak berhasil dilawan
•Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di
atas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan.
•Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut
harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (unpleasantly repetitive)
4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama
pikiran obsesif, dengan depresi. penderita gangguan
obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan
gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan
depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran
obsesif selama episode depresifnya.

Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan


hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat
gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari
keduanya tidak ada yang menonjol, maka baik
menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
5. Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada
gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau
gangguan mental organk, harus dianggap
sebagai bagian dari kondisi tersebut
F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau
Pengulangan

Pedoman Diagnostik
Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan
pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan),
yang sifatnya mengganggu (ego alien)
Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda,
umumnya hampir selalu menyebabkan
penderitaan (distress).
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif
( obsesional ritual)

Pedoman Diagnostik
a. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan
kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang
untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap
berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan
keteraturan.

b. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu


sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang
berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan
dan kelambanan.
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik
a. Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif
memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan kompulsif.
Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal tersebut sama-
sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

b. Apabila salah satu memang jelas lebih


dominan,sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau
F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda
terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif
terhadap terapi perilaku.

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya


F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT
GEJALA GANGGUAN
OBSESIF KOMPULSIF DAN
POLA GEJALANYA

Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi


tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai
penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan
terkontaminasi.

Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit


tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau
mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena takut
akan kuman.
Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan,
diikuti oleh pengecekan yang kompulsi.

Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan,


seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci
pintu.

Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien


pulang beberapa kali ke rumah untuk memeiksa kompor.
Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang
obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena
melupakan atau melakukan sesuatu
Pola ketiga yang tersering adalah pola Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan

dengan semata-mata pikiran obsesional simetrisitas atau ketepatan, yang dapat menyebabkan
perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah
yang mengganggu tanpa suatu kompulsi.
menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau
Obsesi tersebut biasanya berupa pikiran
mencukur wajahnya. Trikotilomania dan menggigit kuku
berulang akan suatu tindakan seksual
mungkin merupakan kompulsi yang beruhubungan
atau agresi yang dicela oleh pasien
dengan gangguan obsesif-kompulsif .
TERAPI

Penelitian menemukan bahwa farmakoterapi atau terapi


perilaku atau kombinasinya efektif secara bermakna dalam
menurunkan gejala pasien gangguan obsesif kompulsif

Farmakoterapi

Semua obat yang digunakan untuk mengobati gangguan


depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan
dalam rentang dosis yang biasanya.

Efek awal biasanya terlihat setelah 4 – 6 minggu


pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu 8 – 16
minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang
maksimum.
Pengobatan standar adalah memulai dengan
obat anti obsesif kompulsif yaitu golongan
trisiklik contohnya clomipramine dan Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI) bekerja terutama pada terminal akson
golongan SSRI-serotonin specific reuptake presinaptik dengan menghambat ambilan
inhibitor yaitu sertraline, fluoxetine dsb. kembali serotonin.

Obat anti depresi SSRI


Clomipramine biasanya dimulai dengan Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine
dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan
dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25
mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai
dosis maksimum 250 mg sehari
Terapi Perilaku

Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun


rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-
kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon.

Terapi Keluarga

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,


membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan
gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga
untuk kebaikan pasien.
Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan,
terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko
(psychosurgery) harus dipertimbangkan.

Prosedur bedah psiko yang paling sering  singulotomi,


yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30 persen
pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain.

Komplikasi bedah psiko : kejang, yang hampir selalu


dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin).
PROGNOSIS

Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif


kompulsif  gangguan depresif berat, dan bunuh diri.

Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya


menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak,
kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah
sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan
waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)
yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal)
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan
pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat
gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak
berhubungan dengan prognosis
WASSALAMUALAIKU

M WR. WB

Anda mungkin juga menyukai