Anda di halaman 1dari 43

Kegawatdaruratan Psikiatrik

Disusun oleh :
Dwi Puji Lestari. S.Ked
Pembimbing :
dr. Abdullah Shahab, SpKJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT


ERNALDI BAHAR FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2019
BAB 1 Pendahuluan

 (Psychiatric emergency)

 Gangguan / perubahan tingkah laku alam pikiran/perasaan

 (preventable) / (treatable)

 Pertolongan medik psikiatrik segera, cepat dan tepat

 Mengancam integritas fisik pasien/orang lain, psikologi


pasien/keluarga/lingkungan

1
RISKESDAS 2007

(Skizofrenia) 4.6 per


1000 penduduk. GMO  11.6%.

 Sebelumnya (psikosis) di indonesia  1-3 per 1000 penduduk.

 Gangguan kesehatan jiwa psikosomatik/psikofisiologik  tekanan hidup berkisar


antara 20 – 60 per 1000 penduduk.

2
UU no 36 tahun
2009

 Penderita Gangguan jiwa ( mengancam ) wajib mendapat pengobatan dan


perawatan di pelayanan kesehatan

3
Bab II Tinjauan Pustaka

 Definisi

 (Psychiatric emergency)

 Gangguan / perubahan tingkah laku alam pikiran/perasaan

 (preventable) / (treatable)

 Pertolongan medik psikiatrik segera, cepat dan tepat

 Mengancam integritas fisik pasien/orang lain, psikologi


pasien/keluarga/lingkungan

4
Epidemiologi

 Laki – Laki = Perempuan

 Menikah > belum menikah

 20% bunuh diri 10% kekerasan

 Kunjungan malam hari > pagi hari di IGD

5
Evaluasi

 Menentukan diagnosis awal

 Melakukan identifikasi faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan segera pasien

 Memulai terapi atau merujuk pasien ke fasilitas yang sesuai

6
Proses Evaluasi

 Wawancara Kedaruratan Psikiatrik terstruktur

 Pemeriksaan Fisik (VS/RPP/ Status Mental/ Neurologik/Penunjang)

 Lima hal untuk menangani pasien selanjutnya


 Keamanan pasien
 Medik/psikiatrik?
 Psikosis
 Suical
 Kemampuan pasien merawat sendiri

7
cont

 Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah:


 Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,
 Bila perawatan di rumah tidak memadai, dan
 Perlu observasi lebih lanjut.

8
Gambaran klinis dan diagnosis

 Psikiatrik + kekerasan yang paling sering :

 Skizofrenia dan mania

 Intoksikasi alkohol dan obat – obatan

 Putus alkohol dan hipnotik kepribadian

9
cont

 Tujuan Diagnosis 
 mencegah kekerasan segera

 menegakkan diagnosis yang akan mengacu pada rencana terapi,

 meminimalkan kecendrungan terjadinya kekerasan berikutnya.

10
Pertimbangan Dalam Penegakan
Diagnosis Dan Terapi

 Diagnosis
 (tes urin untuk opioid, amfetamin), pemeriksaan radiologi, EKG dan tes
laboratorium.

 Terapi
 Maximum tranquilization with minimum sedation
 Membantu pasien untuk dapat mengendalikan dirinya kembali

11
 Obat-obatan yang sering digunakan adalah:

 Low-dose High-potency antipsychotics seperti haloperidol, trifluoperazine,


perphenazine dsb

 Atypical antipsychotics, seperti risperidone, quetiapine, olanzapine.

 Injeksi benzodiazepine. Kombinasi benzodiazepine dan antipsikotik kadang


sangat efektif.

12
Tindak kekerasan (violence)

 Kekerasan fisik yang dilakukan terhadap orang lain/ diri sendiri

 Tindak kekerasan dapat timbul akibat berbagai gangguan psikiatrik

 Dapat timbul pada orang biasa yang tidak bisa mengatasi tekanan hidup

13
Gambaran klinis dan diagnosis :

 Gangguan psikotik, (Skizofrenia)  Halusinasi

 Intoksikasi alkohol atau zat lain

 Gejala putus zat akibat alkohol atau obat-obat hipnotik-sedatif

 Depresi agitatif

 Gangguan kepribadian (antisosial)

 Gangguan mental organik

14
Faktor risiko lain terjadinya tindak
kekerasan adalah :

 Berniat melakukan kekerasan

 Kesempatan  kekerasan

 Laki-laki, Usia muda (15-24 tahun),

 Status sosioekonomi rendah,

 Adanya riwayat melakukan tndak kekerasan,

 Tindakan antisosial lainnya

15
Panduan wawancara dan Psikoterapi

 Bersikaplah suportif dan tidak mengancam, tegas dan berikan batasan yang
jelas

 Tindak kekerasan tidak dapat diterima

 Tenangkan pasien, Tawarkan obat

16
Evaluasi dan penatalaksanaan

 Lindungi diri anda

 Waspada terhadap tanda-tanda munculnya kekerasan

 Cukup staff  persiapan kalau pasien mengamuk

 benzodiazepin atau antipsikotik untuk menenangkan pasien.

 Lakukan evaluasi diagnostik yang tepat

17
Terapi Psikofarmaka

 antipsikotik atau benzodiazepin

 Hindari pemberian antipsikotik pada pasien yang mempunyai risiko kejang.

18
Bunuh diri

 Tindakan Fatal

 Beberapa orang memiliki gagasan untuk bunuh diri yang tidak akan pernah
mereka lakukan.

 Direncanakan (berhari – hari, berminggu – minggu, atau bahkan bertahun –


tahun) sebelum melakukannya

 Orang lain melakukan bunuh diri berdasarkan impuls, tanpa memikirkannya


lebih dahulu

19
Etiologi

 Faktor sosiologis  Durkheim

 Egoistik
 tidak integrasi kuat ke kelompok sosial

 Altruistik
 integrasi yang berlebihan ke dalam kelompok

 Anomik
 intregasi ke dalam masyarakat terganggu tidak dapat mengikuti Norma

20
Cont

 Faktor Psikologis menurut teori Sigmund Freud.

 Bunuh diri menunjukkan agresi yang diarahkan untuk melawan objek cinta
yang diintrojeksikan serta “cathected” secara ambivalen.

21
Faktor resiko

 Jenis kelamin

 Usia

 Ras

 Agama

 Status perkawinan

 Pekerjaan

 Kesehatan fisik / jiwa

22
Gangguan depresif

 Resiko bunuh diri pada gangguan depresif  Meningkat

 Laki – Laki > perempuan

 Onset usia menengah hingga Tua

 Bunuh diri pada pasien depresif dilakukan pada onset atau di akhir episode
depresif

23
Skizofrenia

 Resiko bunuh diri  10%

 Onset remaja / dewasa awal

 MAKNA  pasien skizofrenik yang melakukan bunuh diri masih berusia muda

24
Ketergantungan Alkoholik

 15 % orang dengan ketergantungan alkohol melakukan bunuh diri

 Laki – Laki > perempuan

 80 persen korban bunuh diri dengan ketergantungan alkohol adalah laki – laki

 Antisosial

25
Ketergantungan zat lain

 Ketergantungan heroin kira – kira 20 kali angka untuk populasi umum.

 Antisosial, gaya hidup berantakan  predisposisi bunuh diri

 Terutama ketika mereka sedang dismorfik,depresi, atau intoksikasi.

26
Gangguan ansietas

 20 persen pasien dengan gangguan panik dan pobia sosial.

 Jika depresi merupakan gambaran terkait  Resiko keberhasilan untuk bunuh


diri menjadi meningkat

27
Perilaku bunuh diri sebelumnya

 40 persen pasien depresi pernah mencoba bunuh diri sebelumnya.

 Depresi tidak hanya terkait dengan keberhasilan bunuh diri. Tetapi juga terkait
dengan percobaan bunuh diri yang serius.

 Resiko percobaan bunuh diri kedua paling tinggi terjadi pada 3 bulan setelah
percobaan yang pertama

 Laki – Laki > Perempuan

28
Evaluasi dan tatalaksana

 Tergantung pada diagnosis yang ditegakkan.

 Pengawasan Ketat

 Alkoholik  stop

 Skizo  hati- hati

 Melukai diri sendiri  rawat inap

29
Terapi psikofarmaka :

 Benzodiazepine 3x1mg selama 2 minggu

 Pemberian antidepresan biasanya tidak dimulai di ruang gawat darurat

 Pernyaaan bersifat empatik

 Hindari pertanyaan yang bersifat memojokkan, introgratif, serta menganggap


persoalan pasien adalah suatu hal yang ringan.

30
Sindroma Neuroleptik Maligna

 Sindrom toksik yang behubungan dengan penggunaan obat antipsikotik.

 Gejalanya meliputi :

 Kekakuan otot (lead-pipe Rigidity)

 Distonia

 Akinesia

 Mutisme dan agitasi.

31
Gambaran Klinis Dan Diagnosis

 Demam tinggi

 (lead-pipe rigidity)

 Instabilitas otonomik (takikardia, tekanan darah yang labil, keringat berlebih)

 Gangguan kesadaran.

32
 Sindroma Neuroleptik Maligna  hari – hari pertama dosis ditingkatkan

 Sepuluh dari pertama penggunaan antipsikotik

 Potensi tinggi

33
Faktor Resiko

 Dehidrasi

 usia muda (20 – 40 tahun)

 laki – laki

 Malnutrisi

 Pengekangan /pengikatan.

 Stop Terapi dengan obat-obatan agoni dopaminergik seperti carbidopa,


levodopa, amantadine dan bromocriptine.

34
Evaluasi dan Penatalaksanaan

 Hentikan pemberian antipsikotik segera.

 Monitor tanda-tanda vital secara berkala.

 Lakukan pemeriksaan laboratorium

 Hidrasi cepat intrvena  hindari renjatan

35
Terapi Psikofarmaka

 Amantadine 200-400 mg PO/hari dalam dosis terbagi

 Bromocriptine 2,5 mg PO 2 atau 3 kali/hari , dapat dinaikkan sampai 45


mg/hari

 Levodopa 50-100 mg/hari IV dalam infus terus-menerus

36
cont

 Dantrolenene 1mg/kg/hari IV selama 8 ahri, kemudian dilanjutkan PO selama


7 hari

 Benzodiazepine atau ECT dapat diberikan apabila obat – obatan lain tak
berhasil

37
Delirium

 Prodomal (kelelahan,cemas,gangguan tidur)

 Gangguan Kesadaran

 Kewaspadaan (Hiperaktivitas/hipoaktivitas)

 Orientasi (waktu, tempat, orang)

 Bahasa dan kognitif (Abnormalitas)

 Persepsi( Halusinasi)

 Mood ( Marah/ Mengantuk)

38
Diagnosis DSM IV

 Gangguan kesadaran

 Fungsi Kognitif (daya ingat jangka pendek)

 Awitan tiba – tiba (jam/hari)

 Riwayat penyakit

39
Terapi Psikofarmaka

 Tidak berbahaya / namun menurut keluarga berbahaya

 Paling sering  gangguan panik , gangguan konversi

40
BAB III Kesimpulan

 Bunuh diri/violence/Sindrom Maligna/Delirium

 Kegawatdaruratan psikiatrik  Identifikasi dan terapi

41
Saran

 Perilaku gangguan jiwa  bawa ke psikiatri/ RS

 Tindak lanjut  mencegah hal – hal (-)

42

Anda mungkin juga menyukai