712016095
Abdominal pain sensasi
PENDAHULUAN subjektif tidak
menyenangkan yang
25% dari pasien yang
datang ke instalasi gawat
darurat mengeluh nyeri
terasa di setiap region perut
abdomen.
Diagnosis bervariasi
sesuai kelompok usia, Apendisitis adalah
contoh nyeri perut pada peradangan pada
anak sering disebabkan apendiks vermiformis
apendisits.
Appendisitis infiltrat
didahului oleh keluhan
appendisitis akut yang
kemudian disertai adanya
massa periapendikular
ABDOMINAL PAIN
Nyeri Visceral Nyeri Somatik
Peritoneum visceral yang menyelimuti organ perut Terjadi karena rangsangan pada bagian yang
dipersyarafi oleh system saraf otonom dan tidak dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya regangan
peka terhadap rabaan atau pemotongan. Bila pada peritoneum parietalis, dan luka pada
dilakukan tarikan, regangan, atau kontraksi yang dinding perut.
berlebihan pada otot mnyebabkan iskemia seperti
pada kolik atau radang
Biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat Pasien dapat menunjukkan letak nyeri dengan
letak nyeri jarinya secara tepat
Nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan Setiap gerakan penderita baik berupa gerak
tubuh maupun gerak napas yang dalam atau
batuk akan menambah rasa nyeri sehingga
penderita akan berusaha untuk tidak bergerak,
bernapas dangkal, dan menahan batuk.
Letak Nyeri Perut
Nyeri visceral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada
masa embryonal.
Midgut Usus halus dan usus besar sampai Nyeri di sekitar umbilikus
pertengahan kolon transversum
Letak Organ
Abdomen Kanan Atas Kandung empedu, hati, duodenum, pancreas, kolon, paru-paru, jantung
Epigastrium Lambung, pancreas, duodenum, paru-paru, kolon
Peristalsis usus sering normal, bisa hilang Apendiceal CT, lebih akurat dibanding USG
karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata ec app perforasi.
DIAGNOSIS BANDING
Crohn disease Tumor sekum Amebiasis intestinal
Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi,
nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan
dan defans muskuler terjadi di seluruh perut, mungkin disertai dengan pungtum maksimum di regio
iliaka kanan. Peristalsis usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik. Abses
rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terlokalisasi di suatu tempat, paling sering
di rongga pelvis dan subdiafragma.
PROGNOSIS
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak
diangkat.
LAPORAN KASUS
Tn. Solihin Bin 1 Januari 1950 Laki-laki Buruh Harian
Juwawi (65 tahun) Lepas
MRS: Senin, 14
Januari 2019
pukul 23.43 WIB
ANAMNESIS
Keluhan Utama
± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami nyeri di sekitar pusat yang terus
menerus. Nyeri dirasakan seperti ditusuk, nyeri awalnya biasa saja namun lama-kelamaan
memberat. Nyeri tidak diperberat oleh gerakan. Keluhan nyeri masih dapat ditahan oleh
pasien. Nyeri tidak dirasakan menjalar. Demam disangkal. Mual dan muntah tidak ada.
Nafsu makan menurun. BAB dan BAK biasa.
ANAMNESIS
± 4 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut kembali timbul dan dirasakan berpindah ke
perut kanan bawah. Nyeri dirasakan bertambah berat dari sebelumnya. Nyeri dirasakan
memberat apabila pasien batuk dan banyak bergerak. Nyeri dirasakan membaik dengan
posisi tubuh membungkuk. Pasien berobat ke mantri dan mendapat anti nyeri tetapi nyeri
hanya menghilang sementara. Pasien juga mengeluh demam tidak terlalu tinggi, muntah
dengan frekuensi 2 kali, isi apa yang dimakan. Nafsu makan menurun. BAB dan BAK biasa.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan nyeri perut kanan bawah tidak dapat ditahan
lagi. Pasien dibawa berobat ke IGD RSUD Palembang Bari.
PENGKAJIAN NYERI KOMPREHENSIF
Onset : 1 minggu SMRS
Provokasi : yang memperberat nyeri batuk dan bergerak. Yang meringankan nyeri posisi
bungkuk.
Quality : Tajam seperti ditusuk
Radiation/Region : Nyeri hanya di perut kanan bawah
Severity : 6 (berat)
Treatment : Sudah mencari pengobatan untuk menghilangkan nyeri
Understanding : nyeri timbul saat bergerak dan batuk yang berakibat pasien tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-hari dan kemudian nyeri menetap.
Values : harapan pasien yaitu hilangnya nyeri. Perasaan lain yaitu merasa lemah.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi Riwayat darah tinggi disangkal
disangkal
Riwayat keluarga dengan keluhan yang
Riwayat keluhan yang sama sama disangkal
sebelumnya disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat kencing manis
disangkal Riwayat asma disangkal
Pada saat ini, nyeri perut yang dirasakan pasien tidak terpengaruh gerakan
sehingga dapat disimpulkan bahwa termasuk nyeri visceral. Pada appendicitis nyeri
yang dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah
epigastrium dan sekitar umbilicus. Keluhan ini kadang disertai mual dan kadang
muntah. Umumnya, nafsu makan menurun.6
± 4 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut kembali timbul dan dirasakan
berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dirasakan memberat apabila pasien batuk
dan banyak bergerak. Nyeri dirasakan membaik dengan posisi tubuh membungkuk.
Pasien juga mengeluh demam tidak terlalu tinggi, muntah dengan frekuensi 2 kali, isi
apa yang dimakan. Nafsu makan menurun. BAB dan BAK biasa. 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, keluhan nyeri perut kanan bawah tidak dapat ditahan lagi.
Pasien dibawa berobat ke IGD RSUD Palembang Bari.
Hal ini sesuai dengan teori dimana pada apendisitis akan terjadi nyeri yang
berpindah. Pada apendisitis nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney
dimana nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya (nyeri somatik
setempat). Nyeri dirasakan saat batuk dan bergerak merupakan tanda telah terjadi
rangsangan pada peritoneum. Pada saat membungkuk nyeri dirasakan berkurang
dikarenakan pada saat membungkuk otot psoas yang teriritasi akan berelaksasi
menyebabkan nyeri berkurang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal, namun suhu
didapatkan 37,8 oC. berdasarkan teori, demam disebabkan akibat konsekuensi
pelepasan mediator inflamasi. Pada apendisitis tanpa komplikasi demam biasanya
ringan dengan suhu sekitar 37,5 – 38,50C. Bila suhu lebih tinggi, dapat menandakan
telah terjadi perforasi.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan peristaltik usus kesan normal, nyeri
tekan pada daerah Mc. Burney yang menunjukkan karena adanya peningkatan
tekanan intraluminal, terjadi gangguan aliran limfe, mengakibatkan timbulnya
edema.
Tekanan intraluminal yang terus meningkat menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding apendiks; diikuti demam, takikardi,
dan leukositosis akibat kensekuensi pelepasan mediator inflamasi. Peradangan yang
timbul semakin meluas dan mengenai peritoneum parietal, sehingga menimbulkan
nyeri di daerah perut kanan bawah (titik Mc Burney). Rovsing Sign (+) hal ini
menunjukkan adanya tekanan yang diberikan pada kuadran kiri bawah abdomen
menghasilkan sakit di sebelah kanan (kuadran kanan bawah), menggambarkan iritasi
peritoneum. Psoas Sign (+) hal ini menunjukkan adanya rangsangan otot psoas
melalui hiperekstensi sendi panggul kanan akan menimbulkan nyeri menggambarkan
apendiks yang meradang menempel pada otot psoas mayor.
Serta ditemukan adanya massa yang immobile di regio iliaca dextra yang berukuran
seperti telur ayam kampung dan perut kanan bawah yang lebih tegang
dibandingkan kuadran lain. Massa ini teraba kenyal dan halus.
Apendisitis infiltrat adalah suatu plekmon yang berupa masa yang membengkak dan
terdiri dari apendiks, usus, omentum dan eritoneum dengan sedikit atau tanpa
pengumpulan pus. Usaha tubuh untuk melokalisir infeksi dengan cara “walling off”
oleh omentum, lengkung usus halus, caecum, colon, dan peritoneum sehingga terjadi
gumpalan massa plekmon yang melekat erat.
Dari pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan peningkatan leukosit yaitu
13.100. Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh adanya reaksi inflamasi.
Tatalaksana pada pasien terbagi menjadi non farmakologi dan farmakologi serta
operatif. Tatalaksana non farmakologi yaitu tirah baring untuk mengurangi nyeri dan
penyebaran infeksi appendiks ke organ sekitar, edukasi mengenai penyakit kepada
pasien dan rencana terapi yang akan dilakukan, memonitor vital sign dan tanda
kegawatan misalnya tanda-tanda telah terjadi perforasi apendiks dan tanda
terjadinya peritonitis, dan rujuk ke dokter spesialis bedah.
Untuk tatalaksana medikamentosa dibersikan infus RL sebagai pengganti cairan dan
elektrolit yang hilang, antibiotik berspektrum luas berupa ceftriaxone. Serta
pemberian ketorolac untuk mengurangi nyeri.
Prognosis pada kasus ini Quo ad vitam, quo ad functionam adalah dubia et bonam.
Dengan penatalaksanaan yang cepat dan tepat prognosis penyakit ini baik.
TERIMA KASIH