Anda di halaman 1dari 66

FORMULASI SEDIAAN EMULGEL MENGANDUNG MINYAK ATSIRI ROSEMARY

(Rosmarinus officinalis L.) SERTA UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIJERAWAT TERHADAP


BAKTERI Propionibacterium acnes.

Oleh:
Rizza Fauziah Nurasyfa (10060315107)
Pembimbing utama : Sani Ega Priani, M.Si., Apt.
Pembimbing serta : Gita Cahya Eka Darma, S.Farm., M.Si., Apt.

SEMINAR PENELITIAN SIVITAS AKADEMIK


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2019/ 1440 H
POKOK BAHASAN
Pendahuluan
1 Latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian

Tinjauan Pustaka
2 Landasan teori pendukung dalam
penelitian

3 Bahan, Alat dan Mikroba Uji

4 Prosedur Penelitian

5 Hasil dan Pembahasan

6 Kesimpulan dan Saran


PENDAHULUAN
Jerawat merupakan penyakit kulit
Minyak atsiri rosemary sebagai
akibat peradangan menahun dari
antiseptik dan agen astringen.
folikel polisebasea yang ditandai
Aktivitas antibakteri terbesar
dengan adanya komedo, papul,
ditunjukkan oleh komponen 1,8-
pustul, nodus, dan kista.
cineole dan α-pinene dalam
(Nurdianti et al., 2018:23)
minyak atsiri rosemary (Bousbia
et al., 2009:355 dan Jiang et al.,
2011).

Emulgel membantu menyatukan Formulasi emulgel lebih stabil


bahan aktif hidrofobik dalam fase dibanding dengan emulsi karena
minyak kemudian globul minyak adanya keberadaan jaringan gel
terdispersi dalam fase air (emulsi sehingga viskositasnya
m/a) yang selanjutnya emulsi ini meningkat (Chellapa et al.,
dapat dicampurkan dalam basis 2015:44-45)
gel (Vikas et al, 2012: 46)
PENDAHULUAN
• Bagaimana formula emulgel
mengandung minyak atsiri
Dengan penelitian ini diharapkan
rosemary dengan stabilitas yang
memberikan pengembangan
baik?
terhadap alternatif sediaan obat
• Bagaimana aktivitas sediaan untuk
jerawat yang aman, memiliki
mengatasi jerawat yang Rumusan efektivitas yang baik, mudah dan
disebabkan oleh bakteri
Propionibacterium acnes?
Masalah praktis dalam penggunannya.

Tujuan Manfaat
Penelitian Penelitian
Menghasilkan sediaan emulgel
mengandung minyak atsiri rosemary
dengan stabilitas fisik yang baik dan
memiliki aktivitas antibakteri yang
optimal sebagai obat anti jerawat.
02 TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Rosemary

1.1.1 Klasifikasi Rosemary

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Rosmarinus L.
Spesies : officinalis
Nama binomial : Rosmarinus officinalis L.

(Begum,2013:62).
02 TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat dan aktivitas
Kandungan kimia minyak
antibakteri minyak atsiri
atsiri rosemary
rosemary

Camphor (5-31%), 1,8-cineol Kedua senyawa ini bekerja


(15-55%), a-pinene (9-26%), dengan merusak membran
borneol (1,5-5%), camphene sel bakteri dan
(2,5-12%), limonene (1,5- mempengaruhi
5%), verbenone (2,2-11%), permeabilitas membran
caryophyllene (1,8-5%) dan bakteri. Bakteri gram positif
mycrene (0,9-4,5%). Dimana lebih sensitif terhadap
1,8-cineol dan a-pinene minyak atsiri, karena
memiliki aktivitas antimikroba struktur dinding sel
terhadap bakteri gram positif hidrofobik bakteri gram
dan gram negatif serta positif mudah ditembus oleh
terhadap jamur atau fungi komponen hidrofobik (Wang
(Begum, 2013: 65 dan Jiang et al., 2008:1022).
et al., 2011:66).
02 TINJAUAN PUSTAKA
1.2. Jerawat
Patogenesis
Patogenesis jerawat meliputi empat faktor,
yaitu hiperproliferasi epidermis folikular
sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi

A sebum berlebihan, inflamasi, dan aktivitas


Propionibacterium
2013:269).
acnes (Movita,

Pengobatan

B Pada dasarnya prinsip penangan jerawat


yaitu memperbaiki kreatinisasi folikel,

C menurunkan aktivitas kelenjar sebasea,


menurunkan populasi bakteri
Propionibacterium acnes, dan menekan
inflamasi (Movita, 2013:270).

Bakteri penyebab
D Peranan Propionibacterium acnes pada
patogenesis pada jerawat adalah memecah
trigiserida, salah satu komponen sebum
menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi
kolonisasi Propionibacterium acnes yang
memicu inflamasi (Khan, 2009:62).
02 TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi yang Penentuan aktivitas
mempengaruhi aktivitas antibakteri
antibakteri

Adanya peningkatan ikatan gugus


Metode Difusi:
n-alkil dalam senyawa yang dapat
meningkatkan aktivitas antibakteri
1 A 1) Metode disk diffusion
(tes Kirby-Baur).
Posisi ikatan gugus alkil diduga 2) Metode E-test
juga dapat mempengaruhi aktivitas
2 3) Ditch-plate technique
antibakteri
4) Cup-plate technique
ANTIBAKTERI
Turunan-turunan polihidroksil
umumnya lebih kecil pengaruhnya
dibandingkan dengan komponen
3
monohidroksi
Metode Dilusi:
Pemisahan gugus alkil dengan
oksigen dari senyawa fenolik 4 B 1) Metode dilusi cair/ broth
dilution test (serial dilution)
menurunkan aktivitas antibakteri
2) Metode dilusi padat (solid
(Fadhilah, 2014:14)
dilution test) (Pratiwi,
2008:235)
02 TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi Emulgel

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak Dengan adanya agen pengental,
stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase
maka stabilitas pada sediaan
cair yang tidak bercampur, dimana satu emulsi akan lebih baik dikarenakan
diantaranya didispersikan sebagai terjadinya penurunan tegangan
globul-globul dalam fase cair lain antarmuka, peningkatan viskositas
(Martin et al., 2008). Terdapat dua tipe
emulsi sederhana, yaitu emulsi air
sehingga penggabungan globul
dalam minyak (A/M) dan emulsi minyak menjadi terhambat, dan memiliki
dalam air (M/A). Emulsi air dalam daya lekat lebih baik saat
minyak terbentuk bila medium pemberian secara topikal (Basera
pendispersi adalah minyak dan fase
terdispersi adalah air, sedangkan
et al., 2015:1874).
emulsi minyak dalam air merupakan
minyak sebagai fase dalam dan
didispersikan didalam fase kontinu air
(Mohamed, 2004:2).
03 BAHAN, ALAT DAN MIKROBA UJI
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest,
gliserin, metil paraben, minyak atsiri rosemary, NaCl fisiologis
(0,9%), propil paraben, span 80, trietanolamin, Tryptone Soye
Agar (TSA), tween 80 danviscolamMAC-10.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas dan alat
ukur laboratorium, autoklaf,hot plate, lemari pendingin,magnetic
stirrer, oven, pengaduk mekanik, pH meter, sentrifuga,
spektrofotometer UV-Vis, tabung sentrifuga, timbangan analitik,ultra
thurrax,viscometer Brookfield, dan vortex

Mikroba uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu


bakteriPropionibacterium acnes.
04 PROSEDUR PENELITIAN
Penyiapan Bahan Karakterisasi Minyak
Minyak Atsiri Atsiri Rosemary
Rosemary 1 2
Evaluasi Sediaan dan
Uji Aktivitas Antibakteri Pengujian Aktivitas
Sediaan Emulgel Antibakteri Minyak Atsiri
terhadap 6 3 Rosemary terhadap
Propionibacterium Propionibacterium
acnes. acnes.

Formulasi Sediaan
Emulgel dengan Penentuan HLB
Variasi Konsentrasi
5 4 Butuh Minyak Atsiri
Minyak Atsiri Rosemary dalam
Rosemary Sediaan Emulgel
04 PROSEDUR PENELITIAN
Karakterisasi Minyak Atsiri Rosemary

Uji Organoleptis Penetapan Bobot Jenis


01 Pemeriksaan organoleptis 02
minyak atsri rosemary
diantaranya pengamatan
terhadap warna, bau, dan
bentuk

Penetapan Kelarutan dalam


03 Indeks BIas
04 Etanol
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Minyak Atsiri Rosemary

Hasil karakterisasi penetapan bobot jenis minyak


atsiri rosemary memenuhi persyaratan sesuai dengan Hasil karakterisasi indeks bias minyak atsiri
spesifikasi yang terdapat dalam Certificate of rosemary memenuhi persyaratan sesuai dengan
Analysis berada pada rentang 0,910-0,960 g/mL dan spesifikasi yang terdapat dalam Certificate of
sesuai dengan rentang dalam literatur 0,894-0,912 Analysis (CoA) berada pada rentang 1,450-
g/mL, yaitu 0,912 g/mL. Bobot jenis minyak pada 1,485, yaitu 1,469.
umumnya tidak melebihi nilai 1 (Begum, 2013:64).
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Komponen Senyawa yang terkandung dalam Minyak Atsiri dengan menggunakan Gas Chormatography Mass Spectrometry (GC-MS)

Terdapat 5 komponen senyawa mayor berdasarkan


nilai waktu retensi dan jumlah %komponen yang
dinyatakan dalam %kelimpahan didalam minyak
atsiri rosemary

No Nama Senyawa RT %kelimpahan Berat Molekul

1 1,8-cineole 7,826 23,797 154

2 Camphor 9,697 18,974 152

3 Alpha-pinene 6,141 17,455 136

4 Camphene 6,404 9,330 136

5 P-cymene 7,682 5,842 134


04 PROSEDUR PENELITIAN
Pengujian Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Rosemary
Penentuan Aktivitas Antibakteri
Hasilnya ditandai dengan terbentuknya daerah Minyak Atsiri Rosemary
bening disekitar agar yang menandai adanya
Uji aktivitas antibakteri ini dilakukan
aktivitas antibakteri
secara kuantitatif dengan
menggunakan Metode Difusi Agar.
Peremajaan Bakteri Minyak atsiri rosemary diencerkan
Propionibacterium acnes menggunakan klorofom menjadi
beberapa konsentrasi, yaitu 0,1;
Bakteri uji dibiaakan dalam media
0,25; 1; 2; 4 dan 5%, antibiotik
agar miring TSA. Kemudian dibuat
klindamisin digunakan sebagai
suspensi bakteri pada larutan NaCl
pembanding dan sebagai kontrol
fisiologis (0,9%) sampai didapat
digunakan klorofom (Priani et al,
kekeruhan transmitan 25%
2016:8)
menggunakan alat spektrofotometer
UV-Visible 530 nm (Indriyani, 2011: Pembuatan Media TSA
22).
Sterilisasi Peralatan dan
Media
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Rosemary terhadap Propionibacterium acnes.

Minyak atsiri rosemary dikenal mempunyai aktivitas


antibakteri karena memiliki senyawa aktif yaitu 1,8-cineol
dan a-pinene. Kedua senyawa ini bekerja dengan merusak
membran sel bakteri dan mempengaruhi permeabilitas
membran bakteri. (Wang et al., 2008:1022).
Lampiran 4
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI ROSEMARY

Gambar 1 (a) zona hambat kontrol positif, kontrol negatif, minyak atsiri rosemary 0,1%
dan 0,25% (b) zona hambat minyak atsiri rosemary konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan 5%
04 PROSEDUR PENELITIAN
Penentuan HLB Butuh Minyak Atsiri Rosemary dalam Sediaan Emulgel

Emulsi

Sediaan
Emulgel
dengan
HLB butuh
minyak

Gelling
agent
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan HLB Butuh Minyak Atsiri Rosemary dalam Sediaan Emulgel

Spesifikasi emulgel yang harus dipenuhi adalah memiliki


warna sediaan yang homogen, berbau harum, konsistensi
lembut dan berbentuk sediaan semisolid, serta tidak
terjadi pemisahan fase (Ratnasari, 2018:118).
LAMPIRAN 5
UJI SENTRIFUGASI OPTIMASI FORMULA HLB SEDIAAN EMULGEL
04 PROSEDUR PENELITIAN
Formulasi Sediaan Akhir Emulgel dengan
Variasi Konsentrasi Minyak Atsiri
Masa emulsi yang terbentuk ditambahkan
Rosemary 4 Viscolam MAC-10 (gelling agent) kemudian
diaduk menggunakan pengaduk mekanik dengan
Pembuatan sediaan emulgel kecepatan 500 rpm selama 5 menit.
dengan dilakukan penambahan
bahan pengawet yaitu Selanjutnya fase air dan fase minyak dicampurkan kedalam
kombinasi metil paraben 3 matkan dan diaduk menggunakan ultra thurrax dengan
dengan konsentrasi 0,18% dan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Selama proses
propil paraben dengan pengadukan ini minyak atsiri rosemary ditambahkan sedikit
konsentrasi 0,02%. Kedua demi sedikit hingga emulsi terbentuk
pengawet dimasukkan kedalam
fase air yang sedang
2 Sediaan dibuat dengan cara memanaskan masing-
masing fase minyak (Span 80) dan fase air (aquadest,
dipanaskan hingga larut.
tween 80, dan gliserin) diatas penangas air sampai
kisaran suhu 60-70°C.

1 Pembuatan sediaan emulgel dengan


variasi konsentrasi minyak atsiri rosemary
yaitu 5, 10, 15, dan 20%. (Priani, dkk., 2014:92)
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Formula Sediaan Emulgel dengan Variasi Konsentrasi Minyak Atsiri Rosemary

Tween 80 dan span 80 merupakan emulgator non ionik yang bersifat


tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak memiliki reaksi hipersensitivitas,
serta stabil terhadap asam dan basa lemah. (Rowe et al., 2009:549).

Gliserin ditambahkan kedalam formula ini berfungsi sebagai humektan


yang akan menjaga kestabilan sediaan. (Rowe et al., 2009:283).

Gelling agent yang digunakan dalam formula ini adalah viscolam MAC-
10. Viscolam MAC-10 memiliki pH asam, sehingga massa gel akan
terbentuk pada pH 6-7 dengan melakukan penambahan TEA secara
bertahap (Edityaningrum, 2014).

Pengawet yang digunakan yaitu kombinasi metil paraben 0,18% yang


akan memberikan perlindungan terhadap jamur dan propil paraben
0,02% yang akan memberikan perlidungan terhadap bakteri (Rowe et
al., 2009:596).
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan Emulgel
Uji Organoleptis dan Homogenitas

Evaluasi homogenitas dilakukan untuk memastikan semua bahan dalam sediaan homogen.
Uji homogenitas ini dilakukan dengan melihat ada tidaknya partikel kasar pada sediaan
seperti warna atau adanya gumpalan yang tidak tercampur merata dalam sediaan emulgel
(Nurdianti et al., 2018:27).
Lampiran 6
UJI ORGANOLEPTIS SEDIAAN EMULGEL
04 PROSEDUR PENELITIAN
Evaluasi Stabilitas
Sediaan
Pengamatan Organoleptis

Uji freeze thaw


Sediaan diuji dengan metode freeze thaw
Uji Sentrifugasi Pengujian dengan penyimpanan pada suhu yang
Homogenitas berbeda yaitu (4°C dan 40°C) selama
masing-masing 24 jam (1 siklus). Pengujian
dilakukan selama 6 siklus (Priani et al.,
2014:105).
Pengukuran Evaluasi Pengukuran
Viskositas dan
penentuan sifat
Fisiko- pH
alir kimia Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan emulgel
terhadap Bakteri Propionibacterium acnes

Pengukuran aktivitas antibakteri dilakukan


terhadap sediaan emulgel dengan variasi
konsentrasi minyak atsiri rosemary dengan
sediaan gel klindamisin 1% yang ada di
pasaran (Damayanti, 2107).
Pengujian daya sebar Penentuan tipe emulsi
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan Emulgel
Uji pH dan Daya Sebar

Persyaratan nilai pH untuk sediaan topikal harus


mendekati pH kulit yaitu 6,0-7,0 (Ratnasari, 2018:118).
Sedangkan rentang pH kulit normal sendiri berkisar
4,5-7,0 (Nurdianti et al., 2018:26).
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan Emulgel
Uji Viskositas dan Rheologi

Berdasarkan SNI 16-4399-1996 sediaan


topikal pada suhu 25°C memiliki
viskositas antara 2.000-50.000 centi poise
(cps) (DSN, 1996:1). Sehingga nilai
viskositas pada F1, F2, F3, dan F4 telah
memenuhi persyaratan viskositas sediaan
topikal.
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan Emulgel
Penentuan Tipe Emulsi

Metode yang digunakan dalam penentuan tipe


emulsi ini yaitu pengenceran. Dimana sejumlah air
ditambahkan kedalam sediaan emulgel, apabil
sediaan tersebut dapat bercampur secara homogen
maka termasuk tipe emulsi minyak dalam air (m/a).
Metode ini memiliki keuntungan sangat mudah
dilakukan, cepat, dan pengamatan dilakukan dengan
sederhana secara visual (Nurdianti et al., 2018:29)
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan Emulgel
Uji Sentrifugasi dan Uji Freeze thaw
Lampiran 8
UJI SENTRIFUGASI SEDIAAN EMULGEL
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Sediaan Emulgel
Evaluasi Sediaan setelah Uji Freeze thaw

Uji statistik menggunakan metode T-student dengan


taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dilakukan untuk melihat ada atau
tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap perlakuan uji freeze
thaw untuk setiap evaluasi sediaan. Dengan Hipotesis (H0) tidak
terdapat perbedaan signifikan hasil evaluasi sediaan setelah dan
sebelum uji freeze thaw. Sedangkan Hipotesis (H1) terdapat
perbedaan signifikan hasil evaluasi sediaan setelah dan sebelum uji
freeze thaw.
Hasil analisis statistik menunjukkan evaluasi pH, daya
sebar, dan viskositas pada F1, F2, F3, dan F4 sebelum dan seduah
uji freeze thaw tidak terdapat perbedaan yang signifikan karena
nilai Sig > α. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula
sediaan emulgel minyak atsiri rosemary yang dibuat memiliki
kondisi fisik yang tidak berbeda signifikan sebelum dan sesudah uji
freeze thaw.
Lampiran 9
EVALUASI UJI FREEZE THAW
Lampiran 10
UJI SENTRIFUGASI SETELAH FREEZE THAW
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Efektivitas Antijerawat Sediaan Emulgel Minyak Atsiri Rosemary

Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik


Kruskall-waliis dengan taraf kepercayaan 95% bertujuan
sebagai dasar pengambilan keputusan suatu hipotesis. Hasil uji
Kruskall-waliis pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat
perbedaan bermakna antar perlakuan karena nilai Sig > α, maka
H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan bermakna efektivitas antijerawat antara kontrol
positif, F1, F2, F3, dan F4 terhadap bakteri Propionibacterium
acnes.
06 KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN SARAN

1. Sediaan emulgel menggunakan Perlu dilakukan uji iritasi


surfaktan kombinasi Tween 80 dan
terhadap sediaan emulgel
Span 80 dengan HLB 12 mengandung
minyak atsiri rosemary konsentrasi 5%, minyak atsiri rosemary untuk
10%, 15%, dan 20% memiliki memastikan keamanan dari
karakteristik dan stabilitas fisik yang sediaan tersebut.
baik berdasarkan uji organoleptis,
homogenitas, pH, daya sebar,
viskositas dan rheologi, uji sentrifugasi,
dan uji freeze thaw.
2. Sediaan emulgel mengandung
minyak atsiri rosemary pada berbagai
konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%
memiliki aktivitas antibakteri yang kuat
terhadap bakteri Propionibacterium
acnes.
DAFTAR PUSTAKA
Basera, K., Bhatt, G., Kothiyal, P., dan Gupta, P. (2015). Nanoemulgel: A Novel Formulation Approach for Topical Delivery of Hydrophobic Drugs. World Journal of Pharmachy and Pharmaceutical
Sciences, 4(10): 1872-1876.
Begum A., Sandhya S., Syed Shaff ath A., Vinod K.R., Swapna R., Banji D. (2013). An In-Depth Review On The Medicinal flora Rosmarinus officinalis (Lamiaceae). Acta Sci. Pol., Technol Aliment,
12(1), 61-73.
Bousbia, N., Vian, M. A., Ferhat, M. A., Petitcolas, E., Meklati, B. Y., & Chemat, F. (2009). Comparison Of Two Isolation Methods For Essential Oil From Rosemary Leaves: Hydrodistillation And
Microwave Hydrodiffusion And Gravity. Food Chemistry, 355–362.
Chellapa, P., Mohamed, A.F., Keleb, E.I., Elmagoubi, A., Eid, A.M., Issa, Y.S., dan Elmarzugi, N.A. (2015). Nanoemulsion and Nanoemulgel as a Topical Formulation. IOSR Journal of Pharmachy,
5(10): 43-45.
Damayanti, Maya. (2017). Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes Secara In Vitro [Skripsi]. Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Elmataeeshy, M.E., Sokar, Magda S., et al. (2017). Enhanced Transdermal Permeability Of Terbinafine Through Novel Nanoemulgel Formulation: Development, In Vitro And In Vivo Characterization.
Future Journal of Pharmaceutical Sciences, http://dx.doi.org/10.1016/j.fjps.2017.07.003.
Fadhilah, Fairuz Moh Jalani, dkk. (2014). Antibacterial Effect of Banana Pulp Extracts Based on Different Extraction Methods Againts Selected Microorganism. Asian Journal of Biomedical and
Pharmaceutical Sciences, 04 (36), 14-19.
Gupta, P.K., Pandit, J.K., Kumar, A., Swaroop, P., dan Gupta, S. (2010). Pharmaceutical Nanotechnology Novel Nanoemulsion - High Energy Emulsification Preparation, Evaluation, and Application.
The Pharma Research, 3: 117-138.
Indriani, Y. (2011). Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Buah Jeruk Lemon (Citrus limon (L.) Osbeck) dan Madu Hitam Terhadap Propionibacterium acnes [Skripsi]. Program Studi Farmasi Fakultas
MIPA, Universitas Islam Bandung, Bandung.
Jiang, Yang., Wu, Nan., Fu, Yu-Jie., Wang, Wei., Luo meng., et al. (2011). Chemical Composition and Antimicrobial Activity of the Essential Oil of Rosemary. Environmental Toxicology and
Pharmacology 32 (2011) 63-68.
Khan, Z.Z., Assi M., Moore T.A. (2009). Recurent Epidural Abcess Caused by Propionibacterium acnes. Khansas Journal of Medicine: 92-95.
Mardiningsih, Tri Lestari. (2011). Rosemary (Rosmarinus officinalis) Tanaman Pengusir Nyamuk, Bumbu Masak, dan Obat Tradisional. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri,
Volume 17 Nomor 1, Balittri (Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar).
Movita, Theresia. (2013). Acne Vulgaris. Continuing Medical Education, Vol. 40 No. 3.
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Erlangga, Jakarta.
Priani, S.E., Tati, K., Lanny, M., Dina, M. (2016). Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Jinten Hitam Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Formulasinya Dalam Bentuk Sediaan Mikroemulsi.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan PKM Kesehatan.
Rowe , R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. American Pharmaceutical Association Inc, Lexi-Comp.
Sonneville-Aubrun, O., Simonnet, J. T., dan Alloret, F. L. (2004). Nanoemulsions: A New Vehicle For Skincare Products. Advances in Colloid and Interface Science, 108-109: 145-148.
Trimiara, Nita. (2017). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Nanoemulsi Gel Vitamin E (Alfa Tokoferol) sebagai Skin Anti-Aging [Skripsi]. Program Studi Ekstensi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Vora, Jaykant., Srivastava, Anshu., Modi, Hashmukh. (2017). Antibacterial dan Antioxidant strategies for acne treatment through plant extracts, Informatics in Medicine Unlocked dalam
https://doi.org/10.1016/j.imu.2017.10.005 .
-Terimakasih-
02 TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat dan aktivitas
Karakteristik minyak atsiri Kandungan kimia minyak
Senyawa mayor yang terkandung dalam antibakteri minyak atsiri
rosemary atsiri rosemary
minyak atsiri rosemary berperan dalam memberikan rosemary
aktivitas antibakteri yaitu 1,8-cineol dan alpha-pinene.
Minyak atsiri rosemary tidak
1,8-cineol merupakanKomponen senyawa utama
senyawa monoterpen Penelitian terakhir menggunakan
minyak atsiri rosemary dengan tujuan
memiliki teroksidasi
warna yang hingga
diduga bersifat antibakteri
dalam minyak yangatsiri
kuat. rosemary
khusus sebagai antibakteri,
Aktivitascerah
berwarna kuning komponen-komponen
dengan teroksigenasi
yaitu: Camphor lebih(5-31%),
kuat 1,8- antispasmolitik, antiinflamasi,
dibandingkan dengan
karakteristik rasa seperti kapur komponen-komponen hidrokarbon.
cineol (15-55%), a-pinene (9- antinosikeptik, dan memiliki aktivitas
barus danBurt berbau
(2004) menjelaskan
khas. bahwa
26%), turunanborneolsenyawa (1,5-5%), antioksidan yang baik.
terpenoidjenis
Memiliki bobot seperti 0,894-
geranial, neral, gerantol, (2,5-12%),
camphene 1,8-cineol, - limonene Minyak atsiri rosemary dikenal
mempunyai aktivitas antibakteri karena
0,912 g/ml,caryophllene,
indeks bias -pinene, dan camphor
1,466- terlibatverbenone
(1,5-5%), pada berbagai(2,2-11%),
memiliki senyawa aktif yaitu 1,8-cineol
1,470 dan mekanisme kerusakan membran sitoplasma bakteri,
memiliki rotasi optik caryophyllene (1,8-5%) dan dan a-pinene. Kedua senyawa ini
mengkoagulasi komponen sel dan mengganggu Proton
5-10°. Minyak tidak dapat mycrene (0,9-4,5%). Dimana bekerja dengan merusak membran sel
Moved Force (PMF). Selain itu antibakteri minyak bakteri dan mempengaruhi
bercampur dengan air, tetapi 1,8-cineol dan dan a-pinene
essensial seperti thymol, eugenol (1,8-cineol), permeabilitas membran bakteri. Bakteri
dapat larutcarvacol
dalamdapat
10 menyebabkan
volume memilikimembran
kerusakan aktivitas antimikroba
seluler, gram positif lebih sensitif terhadap
dari 80% melepaskan
alkohol. Nilai asam
ATP intraseluler terhadap
dan komponenbakteri gram positif
lain mikroba minyak atsiri, karena struktur dinding
tidak lebih(Rialita,
dari 2015:49).
1,0 (Begum, dan gram negatif serta terhadap sel hidrofilik bakteri gram positif telah
2013:64). jamur atau fungi (Begum, 2013: terbukti menghambat penetrasi
komponen hidrofobik melalui membran
65 dan Jiang et al., 2011:66).
sel (Wang et al., 2008:1022).
Lapisan Rute penetrasi Zona penggunaan
interfasial Obat terlarut, 1. Proteksi
terdifusi,lepas dari 2. Penyamaran
Permukaan 3. Repelan serangga
pembawa
4. Anti mikroba/antifungi

Transdermal
1. Emolien
Stratum Partisi/difusi 2. Keratosis
korneum stratum korneum

Transappendagel
dermal 1. Antipersipiran
Appendages Unit pilosebaseus Kel.ekrin 2. Eksfolien
3. Antibiotika/fungi
4. Depilatori

Epidermis
Partisi/difusi 1. Antiinflamasi
dalam epidermis dalam 2. Anestetik
3. Antipruritik
Partisi/difusi 4. Antihistamin
Dermis dermis

1. Sistem Transdermal
Ekskresi melalui
Sirkulasi sirkulasi
2. Nitrogliserin
Jalur Penetrasi Obat Melewati Kulit

1. solute vehicle interaction, yaitu interaksi bahan aktif terlarut


dalam pembawa yang terjadi di dalam sediaan.
2. vehicle skin interaction, yaitu interaksi pembawa dengan
kulit yang terjadi saat awal pengaplikasian.
3. solute skin interaction, yaitu interaksi bahan aktif terlarut
dengan kulit.

Selanjutnya bahan aktif akan berpenetrasi melalui rute:


1. Penetrasi transepidermal baik rute interseluler dan transelular.
2. Penetrasi transfolikular
Berdasarkan ICI, 1976:4 dalam Book of HLB ICI
Uji Stabilitas Sediaan Semisolid
Sistem Dispersi Sistem Dispersi
Sistem Satu Fase ( 2 fase emulsi ( 2 fase emulsi
(Gel) Makromolekul) Mikromolekul)

Uji Cycling-test atau


Uji Cycling-test pada yang disebut uji Uji heating-cooling
suhu 4° dan 40° C freeze-thaw pada pada suhu 4° dan 40°
suhu 4° dan 40° C C
Uji Sentrifugasi Uji freeze-thaw pada
suhu -21° dan suhu
25° C
Uji Sentrifugasi
02 TINJAUAN PUSTAKA
Preformulasi

Tween 80 Cremophor RH-40 Gliserin Propilen Glikol

Polietilen glikol 400 Transcutol Sorbitol Trietanolamin (TEA)

Aquadestilata

Viscolam MAC-10
Metil Paraben Propil Paraben Alfa Tokoferol
(Rowe et al., 2009)
Alat ini memiliki sensivitas 3-10.000 nm dan mampu mengukur partikel dan molekul yang berada pada
rentang 0,15-10 mikro meter. Prinsip kerja alat ini yaitu adanya hamburan cahaya yang terjadi akibat
penembakan sinar laser yang mengenai partikel dalam sampel. Cahaya yang dihamburkan akan dibaca
oleh detektor foton pada sudut tertentu sehingga dapat menentukan ukuran partikel
05 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Minyak Atsiri

Uji Efektivitas Antijerawat Sediaan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri


Emulgel Minyak Atsiri Rosemary Rosemary terhadap
Propionibacterium acnes.

Evaluasi Sediaan setelah Freeze Penentuan HLB Butuh Minyak Atsiri


thaw Rosemary dalam Sediaan Emugel

Formulasi Sediaan Emulgel dengan


Evaluasi Sediaan Emulgel Variasi Konsentrasi Minyak

Anda mungkin juga menyukai