Anda di halaman 1dari 18

ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :
 ALAWIYAH
 AYU FATMAWATI
 HESTI DWI RIANI
 LIFIT NURYANIH
 SANTA CLARITA SIREGAR
Pengertian isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart &
Sundeen, 2006).
Rentang Respon Sosial

Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif (Stuart
& Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narcissisme

Saling tergantung
Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Faktor yang mungkin
mempengaruhi termasuk :
• Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan seseorang akan mempunyai masalah
respon maladaptif.
• Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang lalu dan sekarang. Ada bukti terdahulu
tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu penelitian.
• Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas,
seperti tingkat perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
Faktor Presipitasi

Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
• Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya perceraian, kematian,
perpisahan kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
• Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya, misalnya perasaan cemas yang mengambang, merasa terancam.
Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik
diri adalah proyeksi dan represi :
• Proyeksi adalah keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan sendiri
• Regresi adalah menghindari setres, kecemasan dengan menampilkan prilaku kembali seperti pada
perkembangan anak
• Represi adalah menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau ingatan
dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.
Tanda dan Gejala

Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan ditemukan
data objektif yaitu
 Apatis
 ekspresi sedih
 afeks tumpul
 menghindari dari orang lain (menyendiri)
 klien tampak memisahkan diri dari orang lain
Lanjutan..
 klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat
 tidak ada kontak mata
 klien lebih suka menunduk, berdiam diri di kamar/tempat terpisah
 klien kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain
 klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah
menjawab dengan kata-kata singkat dengan kata-kata “tidak”, “ya”, atau “tidak tahu”.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa Klien Dengan Isolasi Sosial

1. Pengkajian
a) Identitas klien

b) Keluhan utama/alasan masuk


Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah sakit saat ini dan bagaimana koping
keluarga yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c) Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami , disaksikan oleh orang lain, apakah ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
Lanjutan..
d) Aspek fisik
e) Aspek psikososial
f) Status mental
g) Kebutuhan persiapan pulang
h) Mekanisme koping
i) Aspek medik
Pohon Masalah

Pohon masalah pada klien dengan Isolasi sosial : menarik diri, yaitu:

Gangguan
sensori/persepsi:
halusinasi pendengaran Akibat

Isolasi sosial: menarik diri


Masalah utama

Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah kronis Penyebab
Diagnosa Keperawatan

Keliat, B. A. (2005) merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan isolasi
sosial : menarik diri, sebagai berikut :
• Isolasi sosial
• Gangguan konsep diri : harga diri rendah
• Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Intervensi Keperawatan

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan menggunakan SP, yaitu :


a. Diagnosa 1. Isolasi Sosial
Tujuan:
Setelah tindakan keperawatan, klien mampu :
- Membina hubungan saling percaya
- Menyadari penyebab isolasi sosial
- Berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Lanjutan..
• Pasien
• SP 1 (pasien) :
• Membina hubungan saling percaya
• Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.
• Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
• Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
• Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
• Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian.
Lanjutan..
SP 2 (pasien) :
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
• Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang.
• Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian.

SP 3 (pasien) :
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
• Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
• Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
lanjutan
• Keluarga
• SP 1 (keluarga) :
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
• Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial.
Lanjutan..

• SP 2 (keluarga) :
• Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
• Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial.


• SP 3 (keluarga) :
• Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning).
• Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Anda mungkin juga menyukai