, Apt
FI IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
fase cair.
FI IV Th. 1995, hlm 18
Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung
partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral
A pharmaceutical suspension is a coarse dispersion
in which insoluble particles, generally greater than
1 µm in diameter, are dispersed in a liquid medium,
usually aqueous (Aulton)
Membuat sediaan farmasi mengandung zat aktif yang sukar
larut dalam air yang dapat digunakan untuk pasien yang sulit
menelan obat (tablet) seperti kelompok pediatrik (anak-
anak)
2. FI III, 1979
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi
Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga
ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk
yang lama pada penyimpanan.
1. Suspensi oral,
sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Baik untuk pasien yang tidak
mampu menelan obat dan mengurasi rasa yang tidak enak karena tidak larut.
2. Suspensi topikal,
sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan kulit. Contoh. Suspensi kalamin
3. Suspensi parenteral
Umumnya digunakan intramuskular . Bentuk suspensi dapat mengontrol kecepatan absorbsi
obat dengan mengatur ukuran partikel dan pembawa yang digunakan
3. Suspensi tetes telinga,
sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga
bagian luar.
4. Suspensi optalmik,
sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan
atau goresan pada kornea.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
Pada suspensi zat aktif Karena pengaruh gravitasi
tidak larut dalam maka akan terjadi
pembawa pengendapan/sedimentasi
d2 ( ρ1 – ρ2 )g
Hukum Stoke’s : V =
18 η
V =Kecepatan sedimentasi
d = diameter partikel
( ρ1 – ρ2 ) = perbedaan berat jenis
η=viskositas
MENGONTROL KECEPATAN SEDIMENTASI
Memperkecil ukuran partikel
Memperbesar viskositas dengan menambah
suspending agent.
Memperkecil perbedaan berat jenis antara fase
terdispersi dan fase pendispersi dapat dilakukan
dengan meningkatkan BJ medium. Contoh
dengan menggunakan sorbitol atau sukrosa
Tahap formulasi suspensi :
1. Dispersi partikel padat dalacm air
2. Stabilisasi partikel padat di dalam fasa
pendispersi
Pengontrolan ukuran partikel
Pembasahan partikel
Pengontrolan Flokulasi /Deflokulasi
Pengontrolan Viskositas dan Rheologi
Suspensi yang baik memiliki ukuran partikel
yang kecil (<5 µm) sehingga
kecepatan sedimentasi rendah
memperbaiki tekstur suspensi
Mengingkatkan kecepatan disolusi memperbaiki
ketersediaan hayati
14
Beberapa senyawa memiliki sifat hidrof0bisitas
yang tinggi sehingga sulit dibasahi oleh air harus
ditambahkan zat pembasah (wetting agent)
Zat pembasah dibagi 2 kelompok:
Surfaktan : Surfaktan menurunkan tegangan permukaan /
menurunkan sudut kontak membuat zat aktif mudah
dibasahi Contoh : Tween 80
Humektan : Menghilangkan lapisan udara disekitar zat
padat dan membuat zat mudah dibasahi umumnya berupa
pelarut organik seperti alkohol, gliserin, dan propilenglikol
DEFLOKULASI FLOKULASI
Jika energi tolak-menolak antara Flokulasi terjadi apabila gaya
partikel tersuspensi tinggi (akibat
potensial zeta terlalu tinggi atau tolak menolak antar partikel
terlalu kecil) maka partikel tidak akan relatif kecil sehingga partikel
menggumpal (berkelompok) cenderung untuk mendekat dan
Kecepatan pengandapan lambat
karena tidak dalam bentuk kelompok
menggumpal dengan jarak yang
Bila partikel mengendap secara cukup untuk membuat flokulat
sempurna maka partikel-partikel yang renggang
tersebut membantuk susunan yang Partikel yang terflokulasi akan
tertutup dengan partikel kecil mengisi
ruang-ruang dari partikel besar. mengendap dengan cepat
Sehingga lama-lama menjadi masa tetapi, karena ikatan antar
yang kompak (caking) dan tidak dapat partikel lemah menjadi mudah
dikembalikan dengan pengocokan.
untuk didispersikan kembali
Pada suatu antar muka pada
tan akan muncul lapisan
listrik ganda
Potensial nernst perbedaan
potensial antara permukaan
sesungguhnya dengan daerah
netral listrik
Potensial zeta (ζ) adalah
perbedaan potensial antara
lapisan yang terikat kuat
dengan daerah netral listrik
Harga potensial zeta penting untuk dipelajari
pada dunia farmasi terutama berkaitan
dengan pembuatan sediaan dispersi kasar
(suspensi)
Nilai potensial zeta yang paling ideal adalah
25 mv (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu
besar sehingga gaya tolak menolak antar
partikel tidak tinggi dan mencegah
deflokulasi)
CAKING DIAGRAM OF BISMUTH SUBNITRATE SUSPENSION
100
+ + + - + - - - -
+ + + + - -
Zeta Potensial
+ + + - + - - -
-
Caking zone Non caking zone Caking zone
Kurva Vu / Vo
(+)
ZETA POTENTIAL CURVE
(-)
22
Untuk memperlambat
Suspensi dibuat sistem
pengendapan sediaan
terflokasi dengan
(terflokulasi) ditambahkan
penambahan floculating
zat peningkat viskositas
agent
(suspending agent)
Cara Kerja :
meningkatkan kekentalan/viskositas
2. Polimer hidrofilik
Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang termasuk
beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending agent
3. Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat berperan
sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis
sirup.
Bentonite digunakan sebagai floculating agent pada pembuatan suspensi bismut subnitrat
pada konsentrasi 1.7%.
4. Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta partikel
yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi.
Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di indusri
Bahan Tipe Muatan ion
Natrium lauril sulfat Surfaktan Anion
Dokusat natrium Anion
Benzalkonium klorida Kation
Cetylpiridinum klorida Kation
Polisorbat 80 Non-ionik
Sorbitan monolaurat Non-ionik
CMC-Na Polimer hidrofil Anion
Xantan gum Anion
Tragakan Anion
Metil selulosa Non-ionik
PEG Non-ionik
Magnesium aluminium Clay Anion
Silikat
Attapulgit Anion
Bentonit Anion
Kalium dihidrogen fosfat Elektrolit Anion
AlCl3
NaCl Anionik/kationik
Tahap pembuatan suspensi cair
44
PERHITUNGAN BERAT GRANUL SUSPENSI
REKONSTITUSI
1. TEORITIS
Diketahui : kadar zat aktif 150 mg/5 ml suspensi
Didalam 60 ml = 60/5 x 150 mg = 1800 mg = 1,8 gram
Berat granul = Berat zat aktif + eksipien
= 1,8 gram + 3,2 gram (MISAL) =5 gram setiap 60 ml suspensi
Dibuat 20 botol : 20 x 5 gram = 100 gram
2. PEMBUATAN
Berat granul yang didapat = 90 gram
Kadar air, mis : 2 %
46
A. Evaluasi Fisika
Distribusi ukuran partikel
Homogenitas
Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
Bj sediaan
Sifat alir dan viskositas Viskosimeter Brookfield
Volume terpindahkan
Penetapan pH
Kadar air (hanya untuk suspensi kering )
Penetapan waktu rekonstitusi ( hanya untuk suspensi
kering )
B. Evaluasi Kimia
Keseragaman sediaan
Penetapan kadar
Penetapan kapasitas penetralan asam (KPA) hanya
untuk sediaan suspensi antasida
C. Evaluasi Biologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi (kalau
antibiotik)
Uji batas mikroba (untuk suspensi antasida)
Uji efektivitas pengawet antimikroba