Anda di halaman 1dari 60

Pembimbing:

dr. Rony Afriadi Sp.OG

Oleh:
dr. Tri indriani
LATAR BELAKANG
TUJUAN
MANFAAT
Frekuensi
terjadinya
preeklampsia
di Indonesia :
3-10%

Eklampsia dan
perdarahan
merupakan
salah satu
penyebab
kematian
terbesar pada
ibu hamil Preeklampsia berat
(58,1%), : bekurangnya
Menurut Survei perfusi organ
Demografi ditandai dengan
Kesehatan peningkatan
Indonesia (SKDI) tekanan darah dan
1994 Angka proteinuria
kematian Ibu : 390
per 100.000
kelahiran.
Mengetahui penegakkan diagnosis preeklampsia berat

Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan


preeklampsia berat

Mengetahui komplikasi dan prognosis preeklampsia


berat

Mengetahui faktor predisposisi preeklamsia


Anamnesa

Komplikasi Pemeriksa
dan deteksi an fisik dan
dini penunjang

Pengetahuan
dan
pemahaman
Penatalak
Faktor
sanaan
predispo
dan
sisi
prognosis
Penegakan
diagnosis
 Preeklampsia adalah suatu gangguan multisistem , bersifat
spesifik pada kehamilan dan mempunyai ciri khas yaitu
terdapatnya tekanan darah tinggi (hipertensi), proteinuria,
pembengkakan jaringan (edema) setelah umur kehamilan
mencapai 20 minggu.
 Komplikasi dari hipertensi adalah penyebab ketiga terbesar
setelah perdarahan dan embolisme yang menyebabkan
kematian pada kehamilan.
 Sering tidak diperhatikan oleh wanita hamil sehingga tanpa di
sadari preeklamsia berat bahkan dapat menjadi eklamsia .
 Eklampsia yang terjadi dalam kehamilan menyebabkan
kelainan pada susunan saraf. Penyebab eklampsia adalah
kurangnya cairan darah ke otak, hipoksik otak atau edema otak
(Rustam Mochtar, 1998).
 eklampsia mempunyai gambaran klinik seperti pre eklampsia,
biasanya disertai kejang dan penurunan kesadaran (koma)

 Mortalitas maternal pada pre eklampsia disebabkan oleh


karena akibat komplikasi dari pre eklampsia dan
eklampsianya seperti: syndrom Hellp, solusio plasenta,
hipofibrinogenemia, hemolisis, perdarahan otak, gagal ginjal,
dekompensasi kordis dengan oedema pulmo dan nekrosis
hati.

 Mortalitas perinatal pada pre eklampsia dan eklampsia


disebabkan asfiksia intra uterin, prematuritas, dismaturitas,
dan kematian janin intrauterin
Preeklampsia ringan Preeklampsia berat

 Tekanan darah 140/90  Tekanan darah 160/110 mmHg


atau lebih.
mmHg, atau kenaikan  Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
diastolik 15 mmHg atau dalam 24 jam atau kualitatif 3+
lebih, atau kenaikan sistolik atau 4+.
30 mmHg atau lebih setelah  Oligouri, yaitu jumlah urine
kurang dari 500 cc per 24 jam.
20 minggu kehamilan  Adanya gangguan serebral,
dengan riwayat tekanan gangguan penglihatan, dan rasa
nyeri di epigastrium.
darah normal.
 Terdapat edema paru dan sianosis
 Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3  Trombositopeni
gr perliter atau kualitatif 1+  Gangguan fungsi hati
atau 2+ pada urine kateter  Pertumbuhan janin terhambat
(Indriani, 2012).
atau midstream.
Preeklamsia berat tanpa Preeklamsia berat dengan
impending eklamsia impending eklamsia
Gejala impending eklamsia:
 Nyeri kepala
 Mata kabur
 Mual dan muntah
 Nyeri epigastrium
 Nyeri kuadran kanan atas
abdomen
Gejala subyektif Gejala Obyektif

Nyeri kepala Hiperreflexia


Gangguan visual Eksitasi motorik
Nyeri epigastrium Sianosis
Nulipara

Kehamilan ganda

Usia <20 tahun atau >35 tahun

Riwayat preeklamsia atau eklamsia pada


kehamilan sebelumnya

Riwayat dalam keluarga pernah menderita


preeklamsia

Penyakit ginjal,hipertensi,dan diabetes melitus


yang sudah ada sebelum kehamilan

Mochtar, 1998
Pencegahan

Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet


Duduk dan berbaring
Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam

Diagnosis Banding
Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dengan superimpose preeklamsia
Hipertensi gestasional
Eklamsia
Epilepsi
Penatalaksanaan
Kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi indikasi:
Ibu:
 Usia kehamilan 37 minggu atau
lebih
 Adanya tanda tanda atau gejala
impending eklamsia. Kegagalan
terapi konservatif yaitu setelah 6
jam pengobatan meditasi terjadi
PERAWATAN kenaikan desakan darah
AKTIF  Setelah 24 jam perawatan medisinal
ada gejala gejala (tidak ada
perbaikan)
 Gangguan fungsi hepar
 Gangguan fungsi ginjal
 Dicurigai terjadinya solutio placenta
Penatalaksanaan
Kehamilan segera diakhiri atau
diterminasi indikasi:

Janin:
 Umur kehamilan lebih dari 37
minggu
 Adanya tanda-tanda gawat janin
(bisa diketahui dari NST nonreaktif
dan profil biofisik abnormal)
PERAWATAN  Adanya tanda-tanda pertumbuhan
AKTIF janin terhambat berat (IUGR berat)
berdasarkan pemeriksaan USG
 Timbulnya oligohidramnion

Laboratorium :
 Trombositopenia progresif yang
menjurus ke HELLP syndrome
1. Segera masuk Rumah sakit

2. Tirah baring ke satu sisi

3. Tanda vital periksa setiap 30


menit. Refleks patella setiap jam
PENGOBATAN
4. Infus Dextrose 5% , setiap 1 liter
MEDISINAL diselingi infus RL (60-125 cc/jam)
500 cc

5. Diet cukup protein, rendah


karbohidrat, lemak, dan garam

6. Pemberian obat anti kejang


magnesium sulfat (MgSO4)
kehamilan tetap dipertahankan
sehingga memenuhi syarat janin
dapat dilahirkan, meningkatkan
kesejahteraan bayi baru lahir
tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu.
PENGELOLAAN
KONSERVATIF

Indikasi: Kehamilan kurang bulan (<


37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsi dengan keadaan
janin baik.
PENGELOLAAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
TANPA PROTEINURIA

JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU


 RAWAT JALAN
 PEMANTAUAN TEKANAN DARAH, PROTEINURIA &
KONDISI JANIN TIAP MINGGU
 BILA KONDISI JANIN MEMBURUK / GANGGUAN PER-
TUMBUHAN JANIN  RAWAT DAN PERTIMBANGKAN
TERMINASI KEHAMILAN

JIKA KEHAMILAN > 37 MINGGU


 TERMINASI KEHAMILAN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA RINGAN

JIKAKEHAMILAN < 37 MINGGU DAN


TIDAK TERJADI PERBAIKAN, LAKUKAN
PENILAIAN 2 KALI/MG RAWAT JALAN
PEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR,
PROTEINURIA 1X/HR & KONDISI JANIN
BANYAK ISTIRAHAT
DIIT BIASA
TIDAK PERLU PENGOBATAN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA RINGAN

JIKA KEHAMILAN > 37 MINGGU


PERTIMBANGKAN TERMINASI
KEHAMILAN
SERVIKS MATANG  LAKUKAN INDUKSI
OKSITOSIN 5 IU / 500 ml DEKSTROSE 5% 10
TETES/MENIT ATAU PROSTAGLANDIN
SERVIKS BELUM MATANG  PROSTA-
GLANDIN / MISOPROSTOL / KATETER FOLEY /
BEDAH CAESAR
ALUR TERAPI
KEJANG ANTI KONVULSAN
PREEKLAMPSIA
BERAT DAN
EKLAMPSIA  ANTI KONVULSAN  ANTI HIPERTENSI 
PASANG INFUS  KESEIMBANGAN CAIRAN
 PENGAWASAN  OBSERVASI TANDA
VITAL, REFLEKS, DJJ, EDEMA PARU, UJI
PEMBEKUAN DARAH

OLIGURIA PERSALINAN 12 GAWAT JANIN


SINDROM JAM (EKLAMPSIA)
HELLP / 24 JAM
(PREEKLAMPSIA)
KOMA

PARTUS BEDAH
RUJUK PERVAGINAM CAESAR
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA

PENGELOLAAN KEJANG
ANTI KONVULSAN
PERLENGKAPAN PENGELOLAAN KEJANG
LINDUNGI DARI TRAUMA
ASPIRASI MULUT DAN TENGGOROK
BARINGKAN PADA SISI KIRI,
TRENDELENBURG
O2 4-6 LITER/MEN
PENGELOLAAN
PREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA

PENGELOLAAN UMUM
 JIKA DIASTOLIK > 110 mmHg BERIKAN ANTI HIPERTENSI
SAMPAI DIASTOLIK ANTARA 90-100 mmHg
 PASANG INFUS RINGER LAKTAT
 UKUR KESEIMBANGAN CAIRAN
 KATETERISASI URIN
 JIKA JUMLAH URIN < 300 ML/JAM  PANTAU EDEMA
PARU
 PENGAWASAN
 OBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS & DJJ TIAP 1 JAM
 LAKUKAN UJI PEMBEKUAN DARAH
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama
awal 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4
(40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat /
Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit,
berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5
menit
Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer
Asetat / Ringer Laktat yang diberikan
sampai 24 jam postpartum
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml
Lignokain (dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian
MgSO4
Sebelum pemberian Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan, Refleks patella (+)
lakukan pemeriksaan: Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Hentikan pemberian Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
MgSO4, jika: Urin < 30 ml/jam pada hari ke 2
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Definisi
 Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari
Hemolysis, Elevated Liver enzymes and Low Platelet
counts,
 ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar
enzim hepar dan trombositopeni (Haryono, 2004).

Insiden
 Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti

SINDROMA HELLP
Patogenesis
etiopatogenesisnya sama dengan pre eklampsia

Klasifikasi
Kelas I : jumlah platelet  50.000/mm3
Kelas II : jumlah platelet 50.000 – 100.000/mm3
Kelas III : jumlah platelet 100.000 – 150.000/mm3
Gambaran Klinis
 gejala sindroma HELLP memberi gambaran gangguan fungsi hepar yang dapat berupa :
malaise, nausea, kadang-kadang disertai vomitus dan keluhan nyeri di epigastrium
kanan atas (M. Dikman Angsar, 1995).

Pemeriksaan Penunjang
 Hemolisis
gambaran ini merupakan gambaran yang spesifik pada sindroma HELLP
 Peningkatan kadar enzim hepar
Peningkatan SGOT dan SGPT dapat juga merupakan tanda terjadinya ruptur hepar.
Peningkatan kadar LDH tanpa disertai peningkatan kadar SGOT dan SGPT
menunjukkan terjadinya hemolisis.
 Jumlah platelet yang rendah
Kadar platelet dapat bervariasi dan nilainya menjadi acuan untuk dikelompokkan dalam
kelas yang berbeda.(Haryono, 2004)
Diagnosis

Kriteria diagnosis sindroma HELLP menurut Sibai adalah sebagai berikut


:(Cunningham, 1995)
Hemolisis
Schistiosit pada apusan darah
Bilirubin  1,2 mg/dl
Haptoglobin plasma tidak ada
Peningkatan enzim hepar
SGOT  72 IU/L
LDH  600 IU/L
Jumlah trombosit rendah
Trombosit  100.000/mm3
Penatalaksanaan
Prioritas utama adalah menstabilkan kondisi ibu terutama jika terjadi
gangguan pembekuan darah
Tahap berikutnya adalah melihat kesejahteraan janin
Untuk perawatan konservatif dianjurkan tirah baring total dengan infus plasma
albumin 5–25%
Jika cervix memadai dapat dilakukan induksi oksitosin drip pada usia
kehamilan  32 minggu
Apabila jumlah trombosit  50.000/mm3 dilakukan tranfusi trombosit.

Prognosis
Anak yang menderita sindroma HELLP mengalami perkembangan yang
terhambat (IUGR) dan sindroma kegagalan napas (Haryono, 2004)
Komplikasi dan Prognosis
• Komplikasi : eklampsia apabila tidak ditangani
secara dini dan diobservasi secara berkala
• Prognosis baik  pada ibu maupun janin tidak
ada tanda-tanda penyulit
Saran
• KIE pasien&kelurganya ;
• 1.Peralanan penyakit preeklampsia dan
komplikasinya
• 2.Penatalaksanaan yang telah dilakukan serta
efek sampingnya
• 3.Diet untuk mengurangi obesitas yang menjadi
faktor resiko terjadinya berbagai penyakit.
IDENTITAS
SUBJEKTIF
OBYEKTIF
ASSESSMENT
PLANNING
ANAMNESA
TANGGAL 15 MEI 2019
Identitas Penderita
 Nama : Ny. U  No RM : 103210
 Umur : 21 tahun  Pendamping
 Jenis Kelamin : Perempuan dr. Roni Afriadi,Sp.OG
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Maek
 Agama : Islam
 HPHT : 02-08-2018
 TP : 09-05-2019
 UK : 40-41 minggu
 Tanggal Masuk: 15 Mei 2019
jam 05.15

34
Keluhan utama
• Wanita, 21 Tahun datang dengan rujukan dari Puskesmas Maek
dengan keluhan keluar air – air banyak dari kemaluan sejak 18 jam
SMRS disertai bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 2 hari
yang lalu

Perjalanan penyakit
• Seorang Wanita, 21 tahun datang ke IGD RSUD dr. ACHMAD DARWIS
tanggal 15 Mei 2019 diantar suami dan ibu pada pukul 05.15 WIB
dengan membawa surat rujukan dari PKM Maek dengan keluhan
keluar air – air banyak dari kemaluan sejak 18 jam SMRS disertai
bengkak pada kelopak mata dan kaki sejak 2 hari yang lalu.
• Pasien hamil anak pertama dengan HPHT : 02-08-2018 dan TP : 09-
05-2019

Lanjut halaman berikutnya ..............


 Keluar darah yang mengalir dari kemaluan (-)

 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) sejak 18 jam SMRS

 Keluar lendir bercampur darah (+) sejak 18 jam SMRS

 Penglihatan kabur (-)

 Nyeri ulu hati (-)

 Mual dan muntah tidak ada

 Nyeri hebat pada kepala tidak ada

 Pada saat dirumah dan perjalanan pasien tidak mengalami kejang

 Tidak ada riwayat kecelakaan, terjatuh, ataupun melakukan


hubungan suami istri sebelumnya.

36
 Pasien mengaku ini adalah kehamilan pertama. Pasien
mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan dan
puskesmas, tetapi 2 bulan terakhir tekanan darah pasien selalu
tinggi dan pasien ada mengkomsumsi obat penurun tekanan
darah tetapi pasien tidak ingat nama obatnya.Setelah
mengkomsumsi obat penurun tekanan darah tersebut tekanan
darah pasien tetap tidak turun.
Riwayat menstruasi
• Menarche usia 12 tahun
• Siklus 28 hari
• Lama haid sebelumnya 5 hari
Riwayat aktivitas seksual
• Pasien menyangkal melakukan aktivitas seksual

Riwayat kontrasepsi
• Pasien tidak menggunakan kontrasepsi sebelum
kehamilan ini
Riwayat pernikahan
• Pasien menikah satu kali selama 1 tahun
Lanjut halaman berikutnya ..............
Riwayat penyakit dahulu
• Pasien tidak pernah sakit sampai menginap di fasilitas kesehatan
• Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
• Riwayat penyakit seperti nyeri saat berkemih, trauma, hipertensi, DM,
penyakit jantung, asma, dan alergi disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit keluaga


• Riwayat keluarga pasien memiliki penyakit seperti hipertensi, DM, penyakit
jantung, asma, dan alergi disangkal oleh pasien.

Riwayat pengobatan
• Pasien Sudah berobat sebelumnya terkait dengan gejala ini tetapi pasien
tidak ingat nama obatnya.

Riwayat ANC
• Pasien melakukan ANC rutin di bidan

Riwayat sosial
• Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal serumah dengan
mertua, suami, dan anaknya. Sanitasi, ventilasi, dan kebersihan rumah baik.
Pasien tinggal di lingkungan perkampungan dan tidak memelihara hewan
peliharaan.
OBYEKTIF
STATUS GENERALIS
Tanggal 15 Mei 2019
 Keadaan Umum : baik
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda vital :
TD : 168/110 mmHg P : 22 x/ menit
N : 88 x/ menit S : 36,5 0C
 Kepala
 Mata : Edem Palpebrae (+) , Conjungtiva Anemis (-/-), Sclera
Ikterik (-/-)
 Leher : Gld. thyroid tidak membesar, limfonodi tidak
membesar
 Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae
hiperpigmentasi (+)
 Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : regular, bising (-)
 Pulmo : Inspeksi : Simetris dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SN vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
 Status lokalis:
Region abdomen
 Inspeksi : kesan hamil, striae gravidarum (+)
 Auskultasi : bising usus (+), DJJ (+) 100-120 x/menit
 Palpasi : Tinggi fundus Uterus (TFU) 2 jari dibawah
prosesus xipoideus, His (+)
Leopold I : Teraba bagian besar, bulat, lunak
Leopold II : Teraba tahanan memanjang di kanan, Teraba
bagian kecil di kiri
Leopold III : Teraba bagian besar, bulat , keras
Leopold IV : Hodge I
VT : VT ф 6-7 cm,portio tebal,lunak

42
 Genital : PPV (-)

 Ekstremitas :

Oedem Akral dingin


- - - -
+ + - -
Pemeriksaan
Penunjang
lala
• Darah lengkap
• Urin lengkap
• Faal hemostasis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 15 Mei 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 11,8 14-18g/dl

Hematokrit 32,4% 43-51%

Leukosit 12.500 5000-10000/Ul

Trombosit 243000 150-400ribu/mm3

PT 13.3” 9.9-11,8 detik

APTT 22.0’’ 31,0-47,0 detik

SGOT 22 <32U/L

SGPT 11 <33U/L

HbsAg Negativ Non reaktif


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Warna Kuning Jernih

Kekeruhan Keruh 1.002-1.035

Berat Jenis 1.005 4.6-8.0

Ph 6.5 (-) Negatif

Protein (+++) (-) Negatif

Glukosa (-) Negatif (-) Negatif

Keton (-) (-) Negatif

Billirubin (-) Negatif (-) Negatif

Darah Samar (-) Negatif (-) Negatif

46
 Diagnosis:
G1P0A0H0 gravid 40-41 minggu aterm kala I fase aktiv + fetal
distress+PEB tanpa impending eklamsia+PRM 18 jam
 Penatalaksanaan
IVFD RL MgSO4 40% 20 cc (drip) masuk pukul 05.45
O2 5L nasal kanul
Injeksi cefotaxime 2x1 gr
Cek CTG
Pasang DC

47
 Konsul dr.SpOG advice :
IVFD RL MgSO4 40% 20 cc (drip) sudah masuk pukul 05.45
Dopamet 3x500 mg
Injeksi Cefotaxime 2x1
Pasien dipersiapkan untuk SC CITO. SC mulai pukul 07.15
selesai pukul 08.00

48
15 Mei 2019
Subjective  Pasien masuk kenanga kiriman OK pukul 09.00 WIB
 Nyeri kepala (-)
 Mual-muntah (-)
 Nyeri ulu hati (-)
Objective KU : Sedang
Kes : CMC
TD : 139/93 mmHg
Nadi : 80x/i
Nafas : 20x/i
T : 36,5oC
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Cor : Irama iregular, bising (-)
Pulmo :
Dada Simetris kiri dan kanan
Fremitus dada sama kiri dan kanan
Suara pernapasan : vesikular
Suara tambahan : wh-/-, rh-/-
Abdomen : TFU 3 Jari di bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Genetalia : PPV (-) 49
Ekstremitas : Akral hangat, Oedem extremitas bawah
Assessment P1A0H1 post SCTPP a / i PEB + Fetal distress
NH-1
Plan Memantau KU, Vital sign, PPV
IVFD RL 28 tetes/menit
Cefotaxime injeksi 2x1 gr
Pronalges Supp (kapan perlu)
Cek labor post op

50
16 Mei 2019

Subjective  Nyeri kepala (-)


 Mual-muntah (-)
 Nyeri ulu hati (-)
Impending eklampsia (-)

Objective TD : 145/97 mmHg


Nadi : 80x/i
Nafas : 12x/i
T : 36,5oC
Mata : Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
Cor : Irama iregular, bising (-)
Pulmo : Suara pernapasan : vesicular
Suara tambahan : wh-/-, rh-/-
Abdomen : TFU 3 Jari di bawah pusat
Kontraksi uterus baik

Ekstremitas : Akral hangat, Oedem Extremitas bawah (+)

51
Laboratorium post op:
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 12,5 14-18g/dl

Hematokrit 35,0% 43-51%

Leukosit 21.000 5000-10000/Ul

Trombosit 385000 150-400ribu/mm3

Assessmet P1A0H1 Post SCTPP a/i PEB + fetal


distress
NH-2
Plan  Memantau KU,Vital sign, PPV
 IVFD RL 28 tetes/menit
 Injeksi Cefotaxime Aff
 Cefixime tab 2 x 200 mg
 PCT tab 3 x 500 mg
 Metronidazol tab 3 x 500 mg
52
 Vit K 3 x 30 mg
17 Mei 2019
Subjective  Nyeri kepala (-)
 Mual-muntah (-)
 Nyeri ulu hati (-)
Impending eklampsia (-)
Objective KU : Baik
Kes : CMC
TD : 150/113 mmHg
Nadi : 80x/i
Nafas : 12x/i
T : 36,5oC
Mata : Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
Cor : Irama iregular, bising (-)
Pulmo : Suara pernapasan : vesikular
Suara tambahan : wh-/-, rh-/-
Abdomen : TFU 3 Jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
Luka post op bagus
Ekstremitas : Akral hangat, oedem extremitas bawah (+)
53
Assessment P1A0H1 Post SCTPP a/i PEB + fetal
distress
NH-3

Plan  Pasien boleh pulang


Obat pulang : metildopa 3 x 250 mg
Cefixime tab 2 x 200 mg
PCT tab 3 x 500 mg
Vit C 3 x 30 mg

54
Teori Kasus
Preeklampsia berat  kehamilan > 20 Anamnesis :
minggu, riwayat HT sebelumnya (-), nyeri Pasien hamil 40-41 minggu keluar air-air
kepala (tidak hilang dengan analgetika yang banyak dari kemaluan sejak 18 jam
biasa), penglihatan kabur, nyeri abdomen SMRS serta sembab pada mata dan kaki.
atas (epigastrium) Tidak mengalami nyeri kepala,
penglihatan kabur atau nyeri ulu hati

Preeklampsia berat  Tekanan darah Pemeriksaan fisik:


160/110 mmHg atau lebih, edema paru TD : 168/110
dan sianosis, BMI : 36.57
Edema ekskremitas +/+ edem palpebrae
+/+
VT : ф 6-7 cm,portio tebal,lunak

Preeklampsia berat  proteinuria 5 gr Pemeriksaan penunjang :


atau lebih dalam 24 jam, atau kualitatif 3+ DL : 11,8 / 12500 / 32,4 / 243.000
atau 4+, oligouri, gangguan fungsi hati, FH : PTT : 13,3 aPTT : 22,0
trombositopeni OT/PT : 22/11
UL : protein (3+)
Teori Kasus
Pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan IVFD RL MgSO4 40% 20 cc
suprotif terhadap penyulit organ yang (drip)
terlibat, dan saat yang tepat untuk O2 5 L nasal kanul
persalinan( Sarwono, 2009) Cek CTG
SM  loading dose : 4 gram MgSO4 20% IV selama Pasang DC
5 menit
Maintenance dose : 10 gram MgSO4 40% im,
Terapi oral :
terbagi pada glutea kiri dan kanan
Dopamet 3x500mg usul
5 gram MgSO4 40% per 500 cc RL 30 tts.menit.
terminasi dengan Sectio
Antihipertensi  nifedipine 10-20 mg per Caesar Cito.
oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 Terapi injeksi:
mg dalam 24 jam (Sarwono, 2009)
Inj cefotaxime 2x1
Manajemen aktif  bila umur kehamilan > 37
minggu, tanda-tanda impending eklampsia, Monitoring : obstetri, tanda-
terapi konservatif gagal tanda vital, ketuban, his, DJJ,
Manajemen konservatif  kehamilan preterm KIE
< 37 minggu, tidak disertai tanda-tanda
impending eklampsia
ANALISA KASUS
 Dalam kasus ini didapatkan adanya pre eklampsia berat. Diagnosis ini
berdasarkan pada adanya hipertensi dan proteinuria yang dibuktikan
dengan :
 Tekanan darah pasien mencapai 168/110 mmHg
 Dari urinalisa didapatkan adanya proteinuria +3

 Sindroma HELLP yang terdiri atas Hemolysis, Elevated Liver enzymes


and Low Platelet counts
 Diagnosis sindroma HELLP ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
hasil pemeriksaan laborat (M. Dikman Angsar, 1995).
 Pada kasus ini terjadi keadaan janin mati karena adanya gangguan
uteroplasenter akibat dari adanya PEB
 janin mengalami hipoksia
 terjadi asfiksia neonatorum
 intra uterine fetal death (IUFD).
 Penatalaksanan pada kasus ini diberikan induksi karena menurut
Rustam Mochtar 1998 jika terdapat kematian janin dalam rahim
dan belum in partu, maka ibu harus dirawat agar dapat
dilakukan induksi partus

 Presentasi bokong pada kasus ini setelah dalam persalinan


dilanjutkan persalinan per vaginam dengan teknik ekstraksi
bokong karena tidak melibatkan kekuatan ibu sendiri

 Hal tersebut dikarenakan, pada pasien ini mengalami PEB yang


sudah terjadi komplikasi sindroma Hellp, yang menurut Rustam
Mochtar 1998, ibu dilarang untuk mengejan dan kala II harus
dipersingkat dengan melakukan ekstraksi
 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Pregnancy hypertension. In: Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al,
eds. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap 34.

 Francois KE, Foley MR. Antepartum and postpartum hemorrhage. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics
- Normal and Problem Pregnancies. 5th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2007:chap 18.

 Houry DE, Salhi BA. Acute complications of pregnancy. In: Marx JA, Hockberger RS, Walls RM, et al, eds. Rosen’s
Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2009:chap 176.

 Indriani, Nanin. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Universitas Indonesia.

 Lockwood CJ, et al. Clinical manifestations and diagnosis of plasenta previa. http://www.uptodate.com/home.
Accessed Jan. 27, 2014.

 Michael. 2005. Hipertensi dalam Kehamilan. scibd.com. 01/09/2014.10.25 pm

 Norwitz, Errol R. Schorge, John O. 2006. Obstetrics and Gynaecology at a Glance.2nd edition.Wiley.

 Perkumpulan Osbtetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. p. 54-55

 Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. 1998. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta,

 R. Prasetyo 2006 Kadar aktivin a pada kehamilan trimester 2 sebagai prediktor preeclampsia, Jakarta

 Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. p. 500-502. Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.

 Trijatmo, 2005. Patologi. Jurnal Patologi. No.1 Vol. 1 Unair. Journal.unair.ac.id.Diakses pada 2/9/2014.10.50 am

 WHO. 2014. Maternal mortality in 1990-2013 Indonesia. WHO. Worldometer, 2014.Population of Indonesia
2014.Online.http://www.worldometers.info/world-population/indonesia-population/. Diakses tanggal 8 Juni 2014
pukul 17.25.

 Wiknjosastro, H, dkk, editor. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

 Y. Joko Suyono. (2002). Obstetri dan Ginekakologi.Cetakan I. Jakarta : KDT

Anda mungkin juga menyukai