Pengertian Al-Qur’an • Secara etimologis kata al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan”. • Secara terminologis al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada Rasul terakhir Nabi Muhammad saw dimulai dari surah al-Fatihah sampai surah an-Naas, dan membacanya bernilai ibadah. Kedudukan, Fungsi dan Isi al-Qur’an • Kedudukan : sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam. • Fungsi : sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia dalam memperoleh keselamatan, kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. • Isi : 30 juz, 114 surah (89 surah Makkiyah dan 25 surah Madaniyah), 6236 ayat (4726 ayat Makkiyah dan 1510 ayat Madaniyah). Cara Wahyu al-Qur’an Turun 1. Malaikat Jibril menampakkan diri sebagai seorang laki- laki yang mengucapkan wahyu kepada Nabi saw. 2. Malaikat Jibril memasukkan wahyu langsung ke dalam dada Nabi saw. 3. Malaikat Jibril menampakkan diri dalam bentuk/wujud asli kemudian menyampaikan wahyu kepada Nabi saw. 4. Wahyu datang seperti bunyi gemerincing lonceng yang dirasakan Nabi paling berat daripada ketiga cara di atas. Dengan demikian jelas bahwa wahyu al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, tetapi secara bertahap dalam kurun waktu 22 tahun 3 bulan. Pengertian al-Hadits • Secara etimologis, hadits berasal dari bahasa Arab yang berarti baru, tidak lama, ucapan, pembicaraan dan cerita. • Secara terminologis, hadits adalah segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad saw baik berupa ucapan, perbuatan maupun taqrir (persetujuan) serta penjelasan tentang sifat-sifat Nabi Muhammad saw. Kedudukan dan Fungsi Hadits • Kedudukan : sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an. • Fungsi : 1. Mempertegas atau memperkuat hukum- hukum yg telah disebutkan dalam al-Qur’an. 2. Menjelaskan, menafsirkan, merinci ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum dan samar-samar. 3. Menetapkan sesuatu yang belum ditetapkan oleh al-Qur’an (melengkapi al-Qur’an). Pembagian Hadits Berdasarkan Bentuk 1. Hadits qauliyah : hadits yg didasarkan atas segala perkataan atau ucapan Nabi. 2. Hadits Fi’liyah : hadits yg didasarkan atas segenap perilaku atau perbuatan Nabi saw. 3. Hadits taqririyah : hadits yg didasarkan pada persetujuan atau diamnya Nabi saw atas apa yang dilakukan sahabat beliau. Pembagian Kualitas Hadits Berdasarkan Jumlah Perawinya 1. Hadits mutawwatir : hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang pada setiap tingkatan sanadnya yang menurut tradisi mustahil mereka semua bersepakat untuk berdusta. 2. Hadits ahad : hadits yg diriwayatkan oleh sejumlah orang tapi belum mencapai syarat mutawwatir. Hadits ahad terdiri dari • Hadits masyhur : hadits yg diriwayatkan oleh 3 orang atau lebih pada tingkatan (generasi pertama). • Hadits aziz : hadits yg diriwayatkan oleh 2 orang perawi pada satu tingkatannya, sekalipun sesudah itu diriwayatkan oleh banyak perawi. • Hadits gharib : hadits yg dalam sanadnya hanya satu orang perawi. Pembagian Hadits Berdasarkan Sanadnya 1. Hadits shahih : hadits yg sanadnya bersambung, para perawinya bersifat adil, jujur, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga kehormatan dirinya, kuat ingatannya, dan kandungan haditsnya tidak janggal. 2. Hadits hasan : hadits yg bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang yg tdk mempunyai derajat kepercayaan yang sempurna. 3. Hadits dha’if : hadits yang tidak memenuhi syarat hadits shahih dan hasan 4. Hadits maudhu : hadits yang sama sekali tidak berasal dari Nabi Muhammad saw. Pengertian Ijtihad • Secara etimologis, ijtihad berasal dari bahasa Arab dari kata “jahada” yang berarti sungguh-sungguh. • Secara terminologis, ijtihad adalah menggunakan seluruh kemampuan akal untuk menetapkan hukum berdasarkan al- Qur’an dan hadits Bentuk-Bentuk Ijtihad 1. Ijma : kebulatan pendapat semua mujtahid pada suatu masa atas suatu masalah yang berkaitan dengan hukum Islam. 2. Qiyas : menetapkan hukum atas suatu perbuatan yg belum ada ketentuannya berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya dengan memperhatikan persamaan antara keduanya. 3. Istishab : melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada pada suatu hal selama belum ada dalil atau bukti yang dapat merubahnya. 4. Maslahah mursalah : mengambil kemaslahatan atau kebaikan yg tidak disinggung oleh syari’at utk mengerjakan atau meninggalkannya, dan apabila dikerjakan atau ditinggalkan akan membawa kemaslahatan. 5. ‘Urf : kebiasaan suatu masyarakat dalam hubungan sosial yang tidak bertentangan dengan syari’at.