Anda di halaman 1dari 31

INSISIVUS 7

ANGGOTA

Mayang Belia Sari (1811413005)


Safira Aziza (1811413017)
Natasha Rifdah Salviana (1811412002)
Melinda Marseli Kurnia (1811412028)
Ulfah Ramadhani M (1811412021)
Aidha Mestika Amril (1811413015)
Resty Pratama Nurliyani (1811413020)
Wenny Friyanti Putri (1811411005)
Ricky Chandra Harahap (1811411013)
Qaireenisa Naila (1811411008)
Febri yanda Dewimar Putri (1811411021)
MODUL 3
SENDI TEMPORO MANDIBULAR DAN BIOMEKANIKA PERGERAKAN GIGI
Skenario 3
Mulutku tidak bisa dibuka…?

Ugan (20 tahun) dating ke drg. Bonar dengan keluhan mulutnya tidak bisa dibuka lebar, sedang
terasa sakit berdenyut sampai telinga. Pemeriksaan klinis menunjukkan trimus 2 jari. Pemeriksaan intra
oral ada pericoronitis gigi molar tiga bawah kanan dan scissor bite region kanan.
Drg. Bonar melakukan pemeriksaan gerakan membuka dan menutup rahang sambil meraba
daerah bawah telinga. Drg. Bonar menganjurkan rontgen foto panoramic dan temporo mandibular serta
menyarankan perawatan lebih intensif untuk menghilangkan keluhan yang dialami Ugan.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas?
Langkah 1. Mengklarifikasi terminology yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi

Periocoronitis: - infeksi pada jaringan gigi yang mengalami infeksi sebagian


- infeksi yang disebabkan M3 yang tidak normal
- berasal dari kata peri (sekitar),coro (mahkota),itis (infeksi)

Trismus : - keterbatasan TMJ


- mulut tidak bisa dibuka selebar 20 mm

Scissor bite : - crossbite maxilla kearah palatal dan mandibula kearah lingual
- disebut juga Bukal crossbite, dimana tonjol palatal gigi posterior maxilla
berokluso dengan bukal gigi posterior mandibular
- salah satu jenis posterior crossbite
Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa gangguan yang dialami Ugan ?


2. Mengapa sakitnya bisa berdenyut hingga ke telinga ?
3. Mengapa drg. Bonar melakukan pemeriksaan buka tutup mulut sambil meraba daerah
dibawah telinga ?
4. Bagaimana cara mendiagnosa kelainan TMJ ?
5. Apa gejala kelainan TMJ selain di scenario ?
6. Apa saja anatomi dariTMJ ?
7. Apa penyebab trismus ?
8. Apa dampak trismus ?
9. Bagaimana gejala pericoronitis? Dan cara mengatasinya ?
10.Apa penyebab scissor bite ?
11.Apa perawatan yang dilakukan untuk menghilangkan keluhan Ugan ?
Langkah 3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge

1. Apa gangguan yang dialami Ugan ?


Dari scenario, dari keluhan ugan ada kemungkinan kalau Ugan menderita TMD
(temporomandibular disorder).

2. Mengapa sakitnya bisa berdenyut hingga ke telinga ?


Karena saraf di temporal berhubungan dengan mandibular dan disarafi oleh N.Trigeminus
berdenyut karenakontraksi otot yang berlebihan

3. Mengapa drg. Bonar melakukan pemeriksaan buka tutup mulut sambil meraba dibawah
telinga ?
Karena jika kita rasakan di bawah telinga sangat terasa jika TMJ sedang bermasalah atau tidak
pada tempatnya,dan juga buka tutup mulut merupakan pemeriksaan elastisitas dari TMJ.

4. Bagaimana cara mendiagnosa kelainan TMJ ?


• Bunyi tidak normal
• Diperhatikan kondisi gigi
• Palpasi pada area TMJ
• Pengukuran pada buka tutup mulut
5. Apa gejala kelainan TMJ selain discenario ?
• Nyeri pada rahang
• Sakit didalam telinga
• Suara tidak normal
• Sakit otot disekitar rahang
• Gangguan berbicara dan menelan
• Gigitan yang tidak merata

6. Apa saja komponen TMJ ?


• Capsul articularis
• Diskus articularisi : dibagi atas 3 menurut ketebalan yaitu Intermediete,Posterior Band, dan
Anterior Band
• Kondilus
• Rongga synovial yang berisi cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas TMJ
• Eminansia articularis

7. Apa penyebab trismus ?


• Bad habbit, seperti menguap yang terlalu lebar
• Pericoronitis
• Trauma (fraktur)
• Infeksi
• Pengaruh anastesi
8. Apa dampak trismus ?
• Gangguan saat makan
• Gangguan cara bicara
• Terbatas dalam melakukan perawatan

9. Bagaiman gejala pericoronitis ? dan cara mengatasinya ?


• Gejala : Kalor,Dolor,Rubor,Tumor dan Fungsiolaesa
• Cara mengatasinya :
1. jika ada karies,lakukan penambalan
2. minum obat
3. cabut gigi

10. Apa penyebab scissor bite ?


Maloklusi dan kebiasaan mengunyah satu sisi

11. Apa perawatan yang dilakukan untuk menghilangkan keluhan Ugan ?


• Menggunakan bite guards
• Dikompres
• Minum obat
• Perawatan pada gejala seperti trismus, pericoronitis
Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi
secara integri
Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan anatomi TMJ
a) Komponen dan fungsinya
b) Mekanisme TMJ
c) Saraf pada TMJ
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelainan TMJ
a) Gejala
b) Cara Perawatan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme pergerakan gigi
4. Mahasiswa mampu memehami dan menjelaskan mekanisme system stomatognasi
Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan anatomi TMJ


a) Komponen dan fungsinya
TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula yang terdiri
dari tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat), diskus yaitu jaringan penyambung antara
kondilus dengan soketnya pada tulang temporal. Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan
dipisahkan oleh diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat makan, berbicara dan
menelan.Pergerakan mandibula perlu koordinasi antara mereka untuk memaksimalkan fungsi dan
meminimalkan kerusakan struktur sekitarnya.4 Kondisi maloklusi gigi adalah salah satu gejala yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan TMJ.
Sendi temporomandibular berbeda dengan sendi lain dari tubuh terutama dari fungsi geser dan
memiliki permukaan sendi dan diskus dari fibrokartilago dan merupakan dua sendi yang terpisah, yang
berfungsi secara bersama-sama sebagai satu unit dan dibentuk oleh kondilus yang terletak pada tulang
mandibula dan fossa pada tulang temporal.
Sendi temporomandibula mempunyai diskus artikularis untuk menjaga agar kranium dan
mandibula tidak bergesekan dan menjaga fungsi-fungsi dari TMJ.Sisi dari diskus ini menempel pada tiang
medial dan lateral kondilus dan juga menempel pada ligamen yang membolehkan rotasi pada kondilus
dapat berotasi selama gerakan translasi rahang.
Selama gerakan rahang kondilus dan diskus menggeser di fossa temporal, tanpa gerakan
menggeser ini, gerakan samping dari rahang saat pengunyahan, dan juga terutama saat membuka mulut
selebar, tidak akan mungkin terjadi.Diskus ini diyakini memiliki beberapa peran diantaranya, sebagai
bantalan dan mendistribusikan beban sendi, mempromosikan stabilitas sendi selama mengunyah,
memfasilitasi pelumasan dan makanan dari permukaan sendi, mencegah perubahan degeneratif di
kondilus dan fossa, dan pertumbuhan mandibula yang normal.
Struktur dan fungsi dari TMJ ini dapat dibagi menjadi dua sistem yang berbeda yaitu yang
pertama adalah kompartemen bawah yaitu sistem yang terdiri dari jaringan yang mengelilingi kondilus dan
diskus artikularis. Diskus artikularis ini terikat pada kondilus lateral dan medial oleh ligamen diskal dan
bertanggung jawab untuk gerakan rotasi dari TMJ.
Kompartemen atas merupakan sistem yang terdiri dari fungsi kompleks kondilus-diskus terhadap
permukaan fossa mandibula. Diskus ini tidak melekat pada fossa sehingga penerjemahan dapat terjadi. Ini
adalah komponen geser sendi. Untuk mendiagnosa gangguan TMJ dan mengobati/ melakukan perawatan
penting untuk memahami anatomi sendi dari TMJ tersebut.
.
b) Mekanisme TMJ
Gerakan membuka mulut
Rotasi : saat membuka mulut
buka kecil kecil sama 25 mm
buka lebar (50 mm) - rotasi dan translasi

Pergerakan temporomandibula joint ini dibagi menjadi dua gerak utama yaitu2 :

a. Gerak Rotasi
Ketika caput processus condylaris bergerak pivot dalam kompartemen sendi bagian bawah
dalam hubungannya dengan discus articularis.

b. Gerak meluncur atau translasi


Dimana caput mandibula dan discus articularis bergerak disepanjang permukaan bawah Os.
Temporale pada kompartemaen sendi bagian atas. Kombinasi gerak sendi dan meluncur
diperlukan agar cavum oris dibuja lebar – lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal
mempunyai kisaran 20 – 25mm antara gigi geligi anterior atas dan bawah. Bila dikombinasikan
dengan gerak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 –
45mm.
c) Saraf pada TMJ
Persyarafan yang mengatur pergerakan rahang adalah N. Trigeminus (V), merupakan
N.Cranialis terbesar dan hubungan perifernya mirip dengan N. Spinalis, yaitu keluar berupa radiks
motorial dan sensorial yang terpisah dan radix sensorial mempunyai ganglion yang besar.
Serabut sensoriknya berhubungan dengan ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi umum
pada wajah, bagian depan kepala, mata, cavum nasi, sinus paranasal, sebagian telinga luar dan
membrane tymphani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian anterior lingua, gigi geligi
dan struktur pendukungnya serta dura meter dari fosa cranii anterior.
Saraf ini juga mengandung serabut sensorik yang berasal dari ujung propioseptik pada otot
rahang dan kapsula serta bagian posterior discus articulation temporomandibularis. Radiks
motoria mempersarafi otot pengunyahan, otot palatum molle ( M. tensor veli palatine ), otot
telinga tengah.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelainan TMJ

a. Gejala
Gangguan Temporomandibula (TMD) dapat didefinisikan sebagai rasa sakit dan / atau disfungsi dalam
otot-otot pengunyahan atau sendi temporomandibular (TMJ), dan struktur terkait atau keduanya.10,11
Rasa nyeri pada TMJ dan otot kraniofasial yang terkait dapat unilateral atau bilateral. Gangguan sendi
temporomandibula ini dianggap subdivisi patologi muskuloskeletal dan menjadi sumber utama dari nyeri.
Tanda-tanda klinis yang paling umum dan gejala dari TMD adalah sakit pada palpasi sendi dan / atau
otot-otot pengunyahan, berkurang pembukaan mulut, pembatasan dalam gerakan rahang excursive
(kanan, kiri, dan tonjolan) dan mengklik atau suara kisi-kisi pada sendi pada pergerakan mandibula.10,12
Gejala lain dari TMD ini adalah sakit atau perih di sekitar TMJ, rasa sakit di sekitar telinga, kesulitan
menelan atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut, rahang terkunci, kaku,
sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup, sakit kepala, gigitan yang rasanya tidak pas, gigi-gigi tidak
mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur, tinnitus, dan
berbagai bunyi suara sendi.
Meskipun TMD memiliki beberapa etiologi, rusaknya vertikal dimensi adalah penyebab umum nyeri
otot di antara pemakai gigitiruan lengkap. Pasien edentulus umumnya tidak selalu memiliki gejala TMD jika
dibandingkan dengan yang memiliki gigi asli. Pada individu yang masih memiliki gigi asli ketika
mengaturkan rahang secara berlebihan juga dapat menyebabkan predisposisi TMD seperti yang disarankan
oleh Costen.
Prevalensi terjadinya TMD pada individu endentulus yang memakai gigi tiruan lengkap (complete
dentures) memiliki proporsi yang hampir sama dengan individu yang memiliki gigi asli yaitu bervariasi dari
15-25%. Aktivitas elektromyografik dan kekuatan pengunyahan dapat berkurang pada pasien edentulus.
Tidak digunakannya gigi tiruan untuk waktu yang lama menyebabkan pergeseran posisi vertikal dan
horizontal mandibula, sehingga akibat posisi kondilus di fossa mandibula juga bisa berubah. Perubahan
posisi istirahat karena pengurangan dimensi vertikal oklusi juga dianggap sebagai salah satu faktor
predisposisi terjadinya TMD.

b. Perawatan
Beberapa gangguan TMJ dapat menghilang dengan sendirinya atau tidak memerlukan perawatan,
namun pada kondisi yang lebih parah dan lebih sering menimbulkan gejala dapat dilakukan perawatan.
Perawatan juga dapat dilakukan dengan menghilangkan penyebabnya, misalnya dengan menggunakan
alat 'bite guards' saat tidur agar. Dalam beberapa kasus yang lebih parah lainnya, relokasi atau perbaikan
sendi dengan tindakan bedah tidak dapat dihindari.
Pengobatan

1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)


Ibuprofen atau aspirin, yang dijual bebas tidak dapat digunakan untuk meredakan rasa sakit
akibat gangguan sendi rahang. Tetapi telah terbukti bahwa naproxen bersama dengan latihan
peregangan otot rahang dapat membantu mengatasi gangguan sendi rahang.

2. Antidepresan trisiklik
Ketika obat ini dikonsumsi sebelum tidur makan dapat digunakan untuk membantu mengurangi
rasa sakit yang terkait dengan gangguan sendi rahang. Contohnya adalah amitriptilin atau
nortriptyline.

3. Relaksan otot
Ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu),
karena obat ini merupakan obat adiktif, sehingga dosis mereka harus dikurangi secara bertahap.
Carisoprodol adalah salah satu contohnya.

4. Obat kortikosteroid
Dalam kasus peradangan sendi disertai dengan rasa sakit yang parah, obat kortikosteroid dapat
disuntikkan langsung ke dalam sendi rahang.

5. Botulisme toksin
Bila ini disuntikkan ke otot-otot rahang, dapat mengurangi rasa sakit saat mengunyah.
Terapi
1. Bite guards
Bite guards merupakan alat yang diletakkan di atas gigi untuk mencegah agar tidak kerot saat tidur.
2. Terapi perilaku kognitif
Dalam kasus gangguan sendi rahang dapat memburuk akibat kecemasan atau stres, pasien harus
dirujuk ke psikoterapis agar dapat mengelola stresnya, dikombinasikan dengan meningkatkan
kesadaran dan juga mengubah perilaku.

Prosedur operasi atau lainnya


1. Terapi korektif pada gigi
Hal ini dilakukan dengan menyeimbangkan permukaan gigit dari gigi pasien, misalnya dengan
mengganti mahkota jaket yang, tambalan atau gigi palsu sudah tidak sesuai.
2. Arthrocentesis
Prosedur ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan ke dalam sendi melalui jarum agar
inflamasi (pembengkakan) dapat hilang.
3. Bedah
Ketika semua prosedur lain gagal, pasien harus dirujuk ke dokter spesialis bedah mulut. Operasi
pengangkatan atau perbaikan sendi rahang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi gangguan
sendi rahang yang parah. Penggantian sendi sebagian atau seluruhnya dapat membantu
menghilangkan kontak antar tulang dan meningkatkan gerakan mekanik pada sendi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan mekanisme pergerakkan gigi
a. Definisi
• Force of movement.
Didefinisikan sebagai aksi terhadap tubuh yang mengubah atau cenderung mengubah keadaan istirahat atau
gerak seragam dari tubuh tersebut. Tekanan memiliki besaran yang pasti, arah yang spesifik dan tujuan
penggunaannya. Ortodonti korektif berdasarkan aplikasi dari tekanan yang tepat pada gigi. Tekanan ini
dihasilkan olh beberapa alat ortodonti.
• Centre of resistance.
Pusat resistensi gigi dapat didefinisikan sebagai pusat pada gigi ketika gaya pada satu sisi diberikan, akan
membuat pergerakan di sepanjang garis aksi dari gaya tersebut.
Biasanya pusat resistensi gigi adalah tetap. Pada gigi dengan satu akar, terletak pada 1/3 dan ½ akar, lebih ke
apikal dari alveolar crest sedangkan pada gigi dengan banyak akar pusat resistensi berada diantara akar-
akarnya, 1-2 mm lebih ke apikal dari furkasi.
Ada dua faktor yang dapat mengubah posisi pusat resistensi, yaitu panjang akar dan tinggi tulang
alveolar. Lebih panjang akar, pusat resistensi terletak lebih ke apikal. Jika alveolar crest lebih tinggi, pusat
resistensi terletak lebih ke korona.
• Centre of rotation.
Pusat rotasi merupakan pusat dimana tubuh akan berotasi, menentukan bentuk awal dan posisi akhirnya.
Pusat rotasi ini berubah-ubah sesuai dengan tipe pergerakan gigi. Pusat tersebut dapat terletak pada
berbagai posisi, baik di gigi maupun tidak. Pada kasus controlled crown tipping, pusat rotasi berada pada apeks
akar sedangkan pada translasi berada pada tak terbatas.
• Optimum orthodontic force.
Tekanan optimum ortodonti merupakan gaya yang menggerakkan gigi yang paling cepat kearah yang diinginkan
dengan kemungkinan kerusakan jaringan paling sedikit dan ketidaknyamanan minimum dari pasien.
Oppehheim dan Schwarz mengatakan bahwa gaya optimum ini ekuivalen terhadap tekanan kapiler yaitu 20-26
gm/sq.cm dari area permukaan akar.

b. Macam-macam pergerakkan gigi


Tujuan utama perawatan ortodonti adalah untuk menggerakkan gigi ke posisi yang lebih baik dan benar. Dalam
proses untuk mendapatkan tujuan ini, gigi akan mengalami berbagai pergerakan dalam 3 bidang; sagital, coronal,
dan transversal. Pergerakan gigi dalam rongga mulut adalah sebagai berikut:
• Tipping.
Merupakan tipe sederhana pergerakan gigi dimana gaya diberikan pada satu sisi mahkota yang akan menghasilkan
pergerakan mahkota kea rah gaya dan akar kea rah yang berlawanan. Tipping merupakan pergerakan gigi yang paling
sederhana.
Tipping terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Controlled tipping : terjadi ketika ujung gigi disekitar pusat rotasi akar. Terdapat pergerakan ke
lingual pada mahkota dengan pergerakan minimal akar ke arah labial.
2. Uncontrolled tipping : menjelaskan pergerakan gigi yang terjadi disekitar pusat rotasi apikal terhadap
dan sangat dekat dengan pusat resistensi. Dikarakteristikkan dengan
pergerakan mahkota ke satu arah sedangkan akar bergerak ke arah yang berlawanan.
• Bodily movement.
Jika garis aksi dari gaya yang diberikan melewati pusat resistensi gigi, semua titik pada gigi akan bergerak dalam
jarak yang sama dan dalam arah yang sama menandakan perpindahan bodily. Hal ini disebut dengan translasi.
• Intrusion.
Pegerakan bodily (keseluruhan) gigi sepanjang sumbunya ke arah apikal.
• Extrusion.
Merupakan pergerakan keseluruhan gigi sepanjang sumbunya ke arah oklusal.
• Rotation.
Merupakan pergerakan ke labial atau ke lingual dari gigi mengelilingi sumbu panjangnya.
• Torquing.
Dapat dikatakan sebagai kebalikan tipping yang dikarakteristikkan dengan pergerakan ke lingual dari akar.
• Uprighting.
Selama perawatan ortodonti, mahkota dari beberapa gigi akan digerakkan ke arah mesio-distal dengan akar yang
adigerakkan ke arah yang berlawanan. Membuat akar kembali untuk mendapatkan orientasi paralel dinamakan
uprighting.
c. Teori pergerakkan gigi
• Pressure Theory.
Oppenheim pada 1911 merupakan orang pertama yang mempelajari perubahan jaringan pada tulang dalam
terjadinya pergerakan gigi selama perawatan ortodonti. Schwarz (1932) dikatakan sebgai pembuat teori ini.
Menurutnya, ketika gigi diberikan tekanan ortodonti, akan menghasilkan area dari tekanan dan tegangan. Area
periodontal pada arah gigi akan bergerak berada di bawah tekanan sedangkan area periodontal pada arah
berlawanan dari pergerakan berada pada ketegangan. Menurutnya, area tekanan menunjukkan resorpsi
tulang sedangkan area ketegangan menunjukkan deposisi tulang.
• Fluid Dynamic Theory.
Juga disebut sebagai teori peredaran darh yang diperkenalkan oleh Bien. Menurut teori ini, pergerakan gigi terjadi
sebagai hasil dari perubahan pada cairan dinamis di ligamen periodontal. Ligamen periodontal memiliki ruang
periodontal yang terbatas antara dua jaringan keras yaitu gigi dan soket alveolar. Ruang periodontal mengandung
sistem cairan yang terbuat dari cairan interstitial, elemen sel, pembuluh darah dan substansi dasar yang melekat
sebagai tambahan terhadap serat periodontal. Ruang ini merupakan ruang terbatas dengan ada jalur cairan masuk
dan keluar dari ruang ini terbatas. Karenanya, kandungan ligamen periodontal membentuk kondisi hidrodinamik unik
yang menyerupai mekanisme hydraulic dan shock absorber. Ketika gaya dihilangkan, cairan mengisi ulang dengan
difusi dari dinding kapiler dan bersirkulasi ulang dengan cairan interstitial. Ketika gaya yang diberikan pada durasi
singkat seperti pada saat mengunyah, cairan di ruang periodontal mengisi ulang ketika tekanan dihilangkan. Namun
ketika gayanya lebih besar dan durasi yang lebih lama diberikan seperti pada saat pergerakan gigi selama perawatan
ortodonti, cairan interstitial pada ruang periodontal diperas keluar dan berpindah ke apeks dan margin servikal
sehingga menghasilkan penurunan tingkat pergerakan gigi. Hal ini disebut olh Bien sebagai squeeze film effect.
Ketika gaya ortodonti diberikan, akan menghasilkan tekanan pada ligamen periodontal. Pembuluh darah pada
ligamen periodontal terjebak diantara serat utama dan hal ini membuat mereka steosis. Pembuluh yang berada
diatas pembuluh yang stenosis kemudian membesar dan membuat bentuk aneurysm. Aneurysm ini merupakan
dinding fleksibel yang berisi cairan.
Bien mengatakan bahwa ada perubahan pada lingkungan kimia di tempat pembuluh darah yang stenosis karena
penurunan tingkat oksigen pada area yang tertekan dibandingkan pada area ketegangan. Pembentukan aneurysm ini
dan juga stenosis pembuluh darah menyebabkan gas darah keluar ke cairan interstitial dengan demikian membentuk
lingkungan lokal yang baik untu resorpsi.
• Bone Bending and Piezoelectric Theory.
Farrar (1876) merupakan orang yang pertama sekali melihat adanya deformasi atau pembengkokan pada
intersepta dinding alveolar. Ia merupakan orang pertama yang menyatakan pembengkokan tulang dapat menjadi
mekanisme yang mungkin terjadi selama pergerakan gigi.
Piezoelectricity merupakan fenomena yang dilihat pada banyak material kristal dimana deformasi dari struktur
kristal menghasilkan aliran listrik sebagai hasil perpindahan electron dari satu bagian kisi-kisi kristal ke bagian lainnya.
Arus listrik dihasilkan ketika tulang berubah bentuk secara mekanik.
Ketika struktur kristal berubah bentuk, electron bermigrasi dari satu lokasi ke lokasi lain dan menghasilkan muatan
listrik. Selama gaya dipertahankan, struktur kristal stabil dan tidak ada efek listrik yang terlihat. Ketika gaya
dilepaskan kristal kembali ke bentuk aslinya dan terjadi aliran balik dari elektron.
Ketika gaya diberikan pada gigi, tulang alveolar disekitar gigi menjadi bengkok. Area cekung pada tulang
berhubungan dengan muatan negatif dan menimbulkan deposisi tulang. Area cembung berhubungan dengan
muatan positif dan menimbulkan resorpsi tulang.
d. Mekanisme pergerakkan gigi
Burstone membagi fase-fase pergerakan gigi menjadi 3 tahap, yaitu :5
• Fase Inisial.
Selama fase ini, pergerakan gigi terjadi pada jarak yang pendek yang kemudian berhenti. Pergerakan ini
mengakibatkan pergerakan gigi di dalam ruang membrane periodontal dan memungkinkan membelokkan tulang
alveolar pada suatu jarak yang luas.. Baik gaya ringan dan gaya berat dapat memindahkan gigi pada taraf yang sama.
• Fase Lag.
Selama fase ini, tidak ada pergerakan gigi, jika ada hanya dalam jarak yang kecil, Fase ini dikarakteristikkan dengan
pembentukan jaringan hyaline dalam ligament periodontal yang akan diresorbsi sebelum terjadi pergerakan gigi
lebih lanjut.
Durasi fase ini tergantung pada tekanan yang diberikan untuk menggerakkan gigi. Ika gayanya ringan, maka area
hyalinisasinya kecil dan terjadi resorpsi frontal. Jika gayanya besar, maka area hyalinisasinya juga besar dan resorpsi
undermining terjadi. Lama periode fase lag bergantung pada pengeliminasian jaringan hyalin. Fase ini biasanya
terjadi 2-3 minggu tapi bisa mencapai 10 minggu. Durasi fase ini bergantung pada faktor densitas tulang, umur
pasien, dan luas jaringan hyalin.
• Fase Post Lag.
Setelah fase lag, pergerakan gigi terjadi secara cepat setelah daerah hyalin telah dihilangkan dan tulang mulai
mengalami resorpsi. Selama fase ini osteoklas akan ditemukan pada daerah permukaan yang menghasilkan langsung
resorpsi pada permukaan tulang yang menghadang ligamen periodontal.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan mekanisme system stomatognasi
Sistem pengunyahan merupakan unit fungsional yang terdiri dari gigi geligi, temporomandibular joint (TMJ), otot-
otot yang mendukung pengunyahan baik secara langsung maupun tidak langsung serta pembuluh darah dan saraf
yang mendukung seluruh jaringan pendukung sistem pengunyahan. Otot-otot pengunyahan yang utama adalah
muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus pterigoideus lateralis dan muskulus pterigoideus medialis,.
Peranan otot-otot ini dalam pergerakan membuka dan menutup mulut sangat penting untuk mengkoordinasikan
pergerakan mandibula sehingga gigi dapat berfungsi optimal.

• Aktivasi otot
Pergerakan dalam proses pengunyahan terjadi karena gerakan kompleks dari beberapa otot pengunyahan. Otot-
otot utama yang terlibat langsung dalam pengunyahan adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus
pterygoideus lateralis, dan muskulus pterygoideus medialis. Selain itu juga ada otot-otot tambahan yang juga
mendukung proses pengunyahan yaitu muskulus mylohyoideus, muskulus digastrikus, muskulus geniohyoideus,
muskulus stylohioideus, muskulus infrahyoideus, muskulus buksinator dan labium oris.
Organ lain yang juga termasuk dalam fungsional otot pengunyahan adalah lidah. Lidah berperan penting selama
proses pengunyahan dalam mengontrol pergerakan makanan dan membentuk bolus (bentuk makanan yang
didapatkan dari pengunyahan). Lidah membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan oklusal gigi
geligi, membuang benda asing, bagian makanan yang tidak enak rasanya dan membawa bolus ke palatum sebelum
akhirnya ditelan. Selain itu lidah juga berfungsi dalam mempertahankan kebersihan mulut dengan menghilangkan
debris makanan pada gingival, vestibulum dan dasar mulut.
• Sendi temporomandibular
TMJ merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan rahang pada saat pengunyahan. TMJ merupakan salah
satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan merupakan tempat dimana mandibula berartikulasi dengan
kranium .Artikulasi tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut sendi ginglimoid dan pada
saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial7. TMJ terbentuk dari
kondilus mandibular yang terletak pada fosa mandibula tulang temporal. Kedua tulang dipisahkan dari artikulasi
langsung oleh lempeng sendi. TMJ diklasifikasikan sebagai sendi kompound.

Ada dua gerakan utama pada sendi TMJ, yaitu :


 Gerak rotasi Rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus
dengan permukaan inferior diskus artikularis. Berdasarkan porosnya dibagi atas : ( 1) horisontal, (2) frontal/
vertikal, dan (3) sagittal
 Gerak meluncur atau translasi Translasi adalah suatu gerakan di mana setiap titik dari obyek bergerak secara
serempak dengan kecepatan dan arah yang sama. Di dalam sistim pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang
(bawah) bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat
inklinasi yang sama.
• Kontak gigi geligi
Kontak gigi merupakan oklusi dari gigi geligi yang disebabkan oleh kontrol neuromuscular terhadap sistem
pengunyahan. Oklusi gigi dibentuk dari susunan gigi geligi dalam rahang atas dan bawah. Secara fungsional, oklusi
gigi seseorang yang normal tergantung dari fungsi dan dampaknya terhadap jaringan periodonsium, otot dan TMJ.
Susunan gigi yang lengkap pada oklusi sangat penting karena akan menghasilkan proses pencernaan makanan
yang baik. Pemecahan makanan pada proses pengunyahan sebelum penelanan akan membantu pemeliharaan
kesehatan gigi yang baik.
Cusp (tonjol) gigi pada lengkung maksila dan mandibula yang terletak pada posisi normal dengan gigi antagonisnya
akan menghasilkan kontak yang maksimal antara cusp dan fossa. Oklusi gigi dapat bervariasi dari satu individu
dengan individu lainnya. Oklusi ideal merupakan oklusi dimana terdapat hubungan yang tepat dari gigi pada bidang
sagital. Selama proses pengunyahan gigi geligi cenderung berada pada posisi istirahat, dimana pada posisi ini semua
otot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan istirahat. Pada posisi ini terdapat celah antara gigi
atas dan bawah yang disebut free way space. Pada kondisi ini gigi akan memberikan efek mekanis yang maksimal
terhadap makanan.
• Regulasi pengunyahan
Pergerakan rahang merupakan pergerakan yang unik dan kompleks. Pergerakan mandibula dicetuskan oleh
beberapa reseptor sensori yang disampaikan ke sistem saraf pusat melalui serabut saraf afferen. Aktifitas sistem
syaraf ini akan menyebabkan kontraksi dan relaksasi dari otot-otot pengunyahan. Koordinasi dan ritmisitas dari
pengunyahan berkaitan dengan aktivasi dua refleks batang otak yaitu gerakan menutup dan membuka mandibular.
Refleks pembukaan rahang diaktifkan oleh stimulasi mekanis yaitu tekanan pada ligamen periodontal dan
mekanoreseptor mukosa yang menyebabkan5,10. Eksitasi pada otot pembuka rahang akan menghambat kontraksi
dari otot–otot penutup rahang.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai