Anda di halaman 1dari 60

Survey Geofisika

Metode Gravitasi
Vicca Dira Putri (165090700111003)
Ariefianda Rakha Nugraha (165090700111015)
Ibanessa Pramitasari (165090701111001)
Bramasta Adya Dewanta (165090707111035)
Aisyah Endah Kumala D (165090707111007)
Adelia Saras Nugraheni (165090707111008)
Catur Kukuh Yulianto (165090707111024)
Rosy Prila Maharani (165090707111019)
Firsty Liliani Lestari (165090701111005)
Teori Dasar Metode
Gravitasi
Processing dan Interpretasi
Vicca Dira Putri (165090700111003)
Ariefianda Rakha Nugraha (165090700111015)
Ibanessa Pramitasari (165090701111001)
Bramasta Adya Dewanta (165090707111035)
PENGANTAR
• Dalam Metode Gravitasi besaran fisis
yang terukur adalah percepatan
gravitasi bumi.
• Data percepatan gravitasi setelah
melalui proses pengolahan diperoleh
anomali percepatan gravitasi bumi.
• Anomali percepatan gravitasi
diakibatkan oleh perbedaan massa jenis
atau struktur geologi (besaran fisis
berupa rapat massa, kedalaman,
volume/struktur.
• Biasanya digunakan dalam eksplorasi
migas bumi, mineral, geotermal,
kegunungapian tektonik dll.
TEORI DASAR
TEORI DASAR
TEORI DASAR
MEDAN GRAVITASI
BUMI
• Harga g sangat bergantung pada bentuk bumi sesungguhnya
dan penyebaran volume bumi yang dinyatakan dalam rapat
massa.
• Karena bumi berbentuk ellipsoid, maka percepatan gravitasi
bumi (g) tidak sama disetiap tempat dipermukaan bumi.
• Besarnya percepatan gravitasinya dipengaruhi oleh faktor
sudut lintang, elevasi, topografi, gaya tarik benda langit,
variasi rapat massa bawah permukaan dll.
MEDAN GRAVITASI
BUMI
• Karena adanya rotasi bumi pada porosnya yang cenderung
membentuk flat pada kedua kutubnya dan gaya sentrifugal,
akibatnya jari2 di khatulistiwa 21 km lebih besar daripada jari2
kutub.
• Kejadian di atas disebut dengan efek flattening.
• Akibatnya terjadi perbedaan percepatan gravitasi di kutub dan
khatulistiwa.
MEDAN GRAVITASI
BUMI
• Perbedaan percepatan gravitasi bumi di kutub dan
khatulistiwa sebesar (3,39+6,63-4,85)=5,17 gal yang
didasarkan pada 3 hal yaitu: (Hammer,1943)
1) Adanya percepatan sentrifugal di katulistiwa dan di
kutub tidak ada, menyebabkan gravitasi di khatulistiwa
lebih besar seharga 3,39 gal.
2) Jari2 kutub lebih kecil dibandingkan dengan jari2
khatulistiwa, maka gravitasi di kutub lebih besar 6,63
gal daripada di khatulistiwa.
3) Karena bumi ellipsoid maka distribusi massa di
khatulistiwa lebih besar daripada kutub, sehingga
gravitasi di kahtulistiwa 4,86 gal lebih besar daripada di
kutub
VARIASI PERCEPATAN GRAVITASI
DI PERMUKAAN BUMI
VARIASI PERCEPATAN GRAVITASI DI PERMUKAAN BUMI PADA SUATU
LOKASI (TITIK) PENGUKURAN DIAKIBATKAN OLEH BEBERAPA HAL
ANTARA LAIN:
Letak lintang lokasi titik pengukuran, diakibatkan oleh permukaan
bumi tidak bulat sempurna.
Elevasi lokasi pengukuran , semakin tinggi suatu tempat di
permukaan bumi maka percepatan gravitasi bumi semakin kecil.
Keadaan topografi di sekitar lokasi titik pengukuran, kelebihan
atau kekosongan massa akibat adanya bukit dan lembah
berpengaruh terhadap percepatan gravitasi bumi.
VARIASI PERCEPATAN GRAVITASI
DI PERMUKAAN BUMI
Efek tidal, adanya bulan dan matahari berpengaruh terhadap
percepatan gravitasi bumi. Besarnya kurang lebih 3 mgal denga
periode kurang lebih 12 jam.
Variasi rapat massa di bawah lokasi titik pengukuran, variasi rapat
massa di daerah pengukuran berpengaruh terhadap percepatan
gravitasi bumi di daerah pengukuran. Hal ini merupakan relevansi
jadi target diadakannya penyelidikan metode gravitasi.
PENGUMPULAN
DATA
• PENENTUAN LOKASI PENGUKURAN
Adanya peta topografi dan peta geologi
Skala peta usahakan sesuai dengan lebar lokasi
Jika tidak ada peta lakukan dahulu pemetaan
lokasi pengukuran
Tentukan lintasan pengukuran dan base station
yang harga percepatan grvitasinya diketahui
(diikatkan dengan titik yang telah diketahui
percepatan gravitasinya).
Penentuan lintasan, loop lintasan pengukuran,
titik ikat dan base station usahakan sedemikian
rupa sehingga pelaksanaan pengukuran efektif
dan capai target.
PENGUMPULAN
DATA
• PENGUKURAN
Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal
(simpang jalan, jembatan, penunjuk km jalan dll)
Lokasi pengukuran harus ada dalam peta.
Lokasi pengukuran bersifat permanen, mudah dijangkau,
bebas dari gangguan (kendaraan bermotor, getaran mesin, dll)
1. Tahap Pengukuran
Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan
GRAVITYmeter dan GPS.
Data yang diperoleh

14
dilapangan adalah posisi
tempat pengukuran dalam
lintang & bujur dan ketinggian
tempat pengukuran.
PENGUKURAN PERCEPATAN
GRAVITASI

• PERALATAN YANG DIPERGUNAKAN


GRAVITIMETER (La Coste & Ronberg
Gravitimeter type G-1053) dengan spesifikasi
model zero length spring, skala pembacaan 0 –
7000 mgal, ketelitian pembacaan 0,01 mgal,
koreksi drift kurang dari 1 mgal setiap bulannya,
memiliki termostat untuk menjaga temperatur
alat konstan.
16
GRAVITYMETER LaCoste (sumber: http://www.galitzine.mines.edu )
KOREKSI DATA PERCEPATAN GRAVITASI
BUMI

• Dasar pengolahan data metode gravitasi adalah :


 Mencari perbedaan harga gravitasi suatu titik ke titik lain di suatu tempat
akibat oleh massa batuan di bawah permukaan daerah penelitian.
 Dimana massa tersebut hanya menyumbang sekiatar 0,05% dari harga gravitasi
yang didapat.
 Maka penyebab gravitasi selain itu harus direduksi/dihilangkan dengan cara
koreksi data.
Tahap Pengolahan Data
Nilai percepatan gravitasi pada tiap titik pengamatan yang
diperoleh dilapangan masih dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti :
• bumi yang tidak bulat sepenuhnya

18
• variasi elevasi
• rapat massa
• kedudukan bumi terhadap tata surya
• kedudukan bulan dan matahari (menyebabkan pasang surut
bumi)
Untuk memperoleh harga gravitasi yang mengacu pada
bidang ekuipotensial, maka harga pengamatan perlu dikoreksi.
Tahapan Pengolahan Data :
a. Konversi Pembacaan GravityMeter
b. Koreksi-koreksi
• Koreksi Apungan (Drift Correction)

19
• Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)
• Koreksi Lintang (Latitude Correction)
• Koreksi udara bebas (Free-Air Correction)
• Koreksi Bouguer ( Bouguer Slab Correction )
• Koreksi medan (Terrain Correction)
Konversi ke Miligal
• Data hasil akuisisi berupa nilai hasil pembacaan alat dimana
perlu dilakukan konversi ke dalam satuan miligal. Konversi
tersebut memperhatikan jenis dari alat gravimeter yang
digunakan, karena tiap jenis alat memiliki tabel konversi yang
berbeda.

Counter Reading Value in mgals Interval factor


1700 1803.96 1.06117
1800 1910.07 1.06118
1900 2016.18 1.06119
2000 2122.30 1.06124
• Misalkan hasil pembacaan adalah 1765.67, dari nilai tersebut
diambil nilai bulat sampai ratusan yaitu 1700. Jika
dihubungkan dengan tabel konversi nilai 1700 sama dengan
1803.96 mGal. Sisa dari hasil pembacaannya adalah 65.67
dikalikan dengan faktor interval yang sesuai dengan nilai
bulatnya, yaitu 1.06117 sehingga hasilnya menjadi 65.67 x
1.06117 = 69.687 mGal.
• Kedua hasil tersebut kemudian dijumlahkan hasilnya yaitu
(1803.96+69.687) sebesar 1873.647 mGal
Koreksi Apungan
Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gravity dari
stasiun yang sama pada waktu yang berbeda. Koreksinya adalah dengan
melakukan pengukuran di titik base sesering mungkin.

22
Grafik Drift Corection
Koreksi Pasang Surut
Koreksi pasang surut digunakan untuk menghilangkan efek gaya
gravitasi benda-benda diluar bumi. Gravitasi terkoreksi tidal dapat di
koreksi sebagai berikut :

23
Grafik Tidal Correction
Koreksi Lintang
Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi medan gravitasi disetiap
lintang geografis karena nilai medan gravitasi disetiap tempat berbeda.
Secara umum gravitasi terkoreksi lintang dapat ditulissebagai berikut:

24
Pengaruh gaya sentrifugal trhdp percepatan
Pengaruh bentuk bumi trhdp percepatan gravitasi
gravitasi
Koreksi Udara Bebas
Koreksi udara bebas diperlukan untuk menghilangkan efek
pengurangan harga medan gravitasi terhadap ketinggian dari suatu bidang
datar, tanpa memperhatikan efek massa batuan. Koreksi ini dapat ditulis
sebagai berikut :

25
Perbedaan pengukuran gravitasi pada
permukaanbumi dan pada ketinggian
tertentu
(sumber: http://www.galitzine.mines.edu )
Koreksi Bouguer
Koreksi Bouguer dilakukan untuk memperhitungkan efek massa
batuan diantara titik pengamatan dengan bidang datum yaitu dengan
menganggap lapisan batuan yang mempengaruhi mempunyai rapat massa
seragam dan melebar sampai tak hingga.

26
Kelebihan massa
(diatas garis biru b)
kelebihan masa
dapat
diaproksimasi
dengan garis lurus
dari material
dengan densitas
(sumber :
http://www.galitzi
ne.mines.edu)
Koreksi medan
Koreksi medan mengakomodir ketidakteraturan
pada topografi sekitar titik pengukuran. Pada saat
pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik
pengukuran,biasanya dalam radius dalam dan luar,

27
diukurelevasinya. Sehingga koreksi ini dapat ditulis
sebagai berikut :
Pemodelan data
• Untuk mendapatkan pola struktur bawah
permukaan dari data gaya berat, maka anomaly
Bouguer hasil pengukurn dan perhitungan harus
dilakukan pemodelan baik dengan cara forward
modelling atau inversion modelling sehingga
akan diketahui distribusi densitas dan struktur di
daerah penelitian. Setelah model terbentuk,
dilakukan interpretasi dengan menggabungkan
data-data geologi yang ada di daerah penelitian
sehingga hasil korelasinya akan didapatkan
dugaan struktur bawah permukaannya.
 Model 2D

 Model 3D
Penentuan Densitas
• Metode Nettleton
Metode ini didasarkan pada
koreksi bouger dan koreksi medan,
dimana jika rapat massa yang digunakan
sesuai dengan rapat massa permukaan,
maka penampang anomali gayaberat
menjadi smooth. Dalam aplikasi,
penampang dipilih melalui daerah
topografi kasar dan tidak ada anomali
gaya berat
Anomali bouguer titik amat ada
suatu lintasan diplot dengan berbagai
macam harga rapat massa. Nilai densitas
permukaan diperoleh apabila nilai
anomali gayaberat yang dihasilkan tidak
mempunyai korelasi dengan topografi
daerah tersebut
• Metode Parasnis
Metode parasnis mencari nilai densitas batuan pada
daerah tersebut dengan rumus regresiliner, yaitu:

Dimana :
x = Free Air Correction
y = Free Air Anomaly
n = Jumlah Data
kemudian sebaran data diplot pada koordinat kartesian,
maka dapat dicari suatu persamaan garis linier dengan metode
kuadrat terkecil (least square). Persamaan regresi dihasilkan
adalah:
y = ax+b
Dimana nilai a adalah rapat massa batuan rata-rata.
INTERPRETASI
METODE GRAVITASI
• INTERPRETASI dapat dilakukan dengan cara kaulitatif dan
kuantitatif.
• Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menfasirkan peta anomali
Bougeur.
• Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan cara pemodelan .
• Didalam metode gravitasi pemodelan dilakukan dengan dua jenis
pemodelan yaitu :
1. pemodelan maju (forward modelling) digunakan untuk melihat
respon gravitasi yang ditimbulkan dari model geologi yang dibuat.
Sedangan
2. pemodelan mundur (inverse modelling) digunakan untuk
membuat model geologi dari pengaruh medan gravitasi daerah
penelitian.
Aplikasi Metode
Gravitasi Pada
Lapangan Panas
Bumi
Aisyah Endah Kumala D (165090707111007)
Adelia Saras Nugraheni (165090707111008)
 Survei gravitasi digunakan pada eksplorasi panas bumi untuk menentukan variasi densitas lateral yang berkaitan dengan tubuh
magmatic yang dalam yang mungkin merupakan sumber panas. Anomali ini dapat terbentuk akibat adanya derajat diferensiasi
magma yang berbeda atau variasi kedalaman antar muka mantel-kerak yang juga membentuk variasi kedalaman isotherm.
 Sebelumnya telah teridentifikasi beberapa bentuk manifestasi permukaan yang disebabkan aktifitas geothermal di daerah
penelitian antara lain Hot Steaming Ground (tanah dengan uap panas), Hot Pools , Hot Lakes, Fumaroles (uap panas), batuan
alterasi.
 Dengan demikian dalam menentukan lokasi titik-titik pengukuran dengan metode gravity harus terlebih dahulu
memperhitungkan manifestasi tersebut. Selain itu diperlukan pengetahuan terhadap medan atau daerah objek yang akan
diteliti untuk menentukan lokasi Base Stasion serta lintasan pengukuran.
 Base Station adalah sebuah lokasi yang digunakan sebagai titik ikat gravitasi. Pada base station ini, nantinya akan dilakukan
pengukuran gravitasi relatif dan waktu.
 Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lintasan pengukuran yaitu target pengukuran setidaknya harus memiliki kontras
densitas yang jelas agar dapat terdeteksi oleh alat, Grid (lintasan pengukuran) umumnya cukup lebar, yaitu 200 m s/d 1 km,
setiap titik pengamatan diusahakan bebas dari noise, jarak setiap titik pengukuran harus diketahui dengan akurat, karena
nantinya akan diperhitungkan dalam pengkoreksian hasil pembacaan alat.
Aplikasimetodegraivitydapatdigunakanuntukkeperluaneksplorasipanasbumi. Metodeiniadalahmetodegeofisikayang sensitiveterhadap
perubahanvertical,sehinggasangatumumuntukdigunakandalampencarianprospekgeothermalterutamadalammempelajarikontakantar
batuan, strukturgeologi, adanyaperangkat,dandensitasdaribatuan.

Contoh titik pengamatan


Hasil pengamatan dari masing-masing titik pengamatan akan
menghasilkan perhitungan-perhitungan yang telah dikoreksi dan
mendapatkan anomali gaya berat atau yang biasa disebut dengan
anomali Bourger. Dari anomali teresebut kita dapat membuat
kontur berupa anomali regional dan anomali sisa.
Setelah didapatkan anomali sisa, maka dapat dibuat penampang
geologi berdasarkan konturnya, sehingga kita mampu mengetahui
rekonstruksi dari bawahpermukaan daerah pengamatan.

Penampang melintang kontur anomali sisa


Dari hasil perhitungan anomali Bourger dapat diketahui
densitas dari batuan yang ada di daerah penelitian. Sesuai
dengan hasil penelitian bahwa batuan yang memiliki densitas
rendah memiliki nilai porositas tinggi. Jika porositas
dihubungkan dengan permeabilitas, maka permeablitas
berbanding lurus dengan porositas. Hal ini berarti jika
porositasnya tinggi maka permeabilitasnya juga tinggi dan
menurunkan rumus dari hukum Darcy, bahwa porositas
berbanding lurus dengan permeabilitas. Sesuai dengan yang
dinyatakan, bahwa batuan yang mendomonasi reservoir
panasbumi yaitu batuan dengan densitas rendah dan porositas
tinggi serta tingkat permeabilitasnya tinggi. Sehingga kita akan
mampu mendapatkan daerah yang diindikasi menjadi reservoir
panas bumi.
Studi kasus
Pemetaan Struktur Patahan di Daerah Songgoriti-Kasinan-
Coban Rondo berdasarkan Analisis Derivatif pada Anomali
Gaya Berat
Oleh : Restu Ari Wibowo (Geofisika UB 2014)
LOKASI
PENELITIAN
• Songgoriti, Kota Batu, Jawa Timur
• Kasinan, Kota Batu, Jawa Timur
• Coban Rondo, Kabupaten Malang,
Jawa Timur
• Dengan Batas 7°51’48,23” LS -
7°53’1,64” LS dan 112°28’37,37”
BT - 112°30’10,92” BT
Hardware & Software
• 1 unit Gravitimeter La-Coste & Romberg G-1053
• 1 Unit GPS Navigasi
• 1 unit PC
• Mapsource dan Google Earth
• Microsoft Excel 2013
• Surfer 13
• Matlab R2014b
• GravTC 1.1.3
• ArcMAP 10.4.1
• Grav3D
METODE PENELITIAN– Workflow
Your Date Your Footer 44
Your Date Your Footer 45
Your Date Your Footer
Your Date Your Footer 47
Your Date Your Footer 48
Your Date Your Footer 49
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Geologi Regional Daerah Penelitian

• Daerah Songgoriti –
Kasinan – Coban Rondo
merupakan daerah yang
diinterpretasikan sebagai
bagian dari aktivitas
kelompok vulkanisme
gunungapi yang lebih tua
dari Gunungapi Buthak
dan Kawi di masa
lampau.
Peta Anomali Bouguer Lengkap
• Jika suatu tubuh batuan bawah
permukaan memiliki densitas yang
besar, maka nilai anomali bouguer
lengkap akan memiliki nilai yang
relatif besar pula.
• Dari daerah penelitian didapat nilai
anomali bouguer lengkap dari 62,4 –
75,7 mGal
• Nilai anomali bouguer lengkap yang
relatif tinggi (71,0 – 75,7 mGal)
diperkirakan sebagai respon dari
batuan beku hasil dari aktivitas
vulkanik.
• Nilai anomali bouguer yang relatif
rendah (62,4 – 71,0 mGal)
diperkirakan merupakan respon dari
batuan hasil endapan piroklastik
yang sudah mengalami pelapukan.
Peta Anomali Residual
• Peta Anomali Residual merupakan
peta hasil pemisahan dari Peta ABL
yang merepresentasikan respon
dangkal di daerah penelitian.
• adanya daerah dengan anomali tinggi
yang direpresentasikan oleh warna
kuning – merah muda yang
diinterpretasikan sebagai respon dari
adanya batuan intrusi magmatik yang
telah membeku dan keberadaan
lapisan batuan dengan densitas tinggi
di dekat permukaan.
• nilai anomali rendah yang
direpresentasikan oleh warna hijau –
biru tua diperkirakan merupakan
respon dari batuan yang telah
terhancurkan yang diakibatkan oleh
keberadaan struktur yang bersifat
lokal di daerah tersebut.
Analisis Derivatif
Analisis derivatif merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk membantu interpretasi data anomali gayaberat.
Metode analisis derivatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode derivatif berupa penurunan horizontal orde
pertama (gradien horizontal) dan penurunan vertikal orde kedua.

→ Batas model dapat dilokalisir


berdasarkan nilai maksimum
turunan 1 horizontal
→ Batas model dapat dilokalisir
berdasarkan nilai 0 turunan 2
vertikal
Peta FHD (First Horizontal Derivative)

• Nilai nilai berupa tinggian


disekitar batas dari model

• Anomali-anomali yang berupa


tinggian ditandai oleh garis
putus-putus diinterpretasikan
sebagai batas kontak tubuh
batuan di daerah penelitian
berdasarkan nilai gradien
horizontal.
Peta SVD (Second Vertical Derivative)
• Pada peta SVD ini nilai batas
ditandai dengan nilai nol, yang
sebelumnya di peta FHD.

• Dalam penarikan garis dugaan


batas kontak tubuh batuan di
daerah penelitian, terdapat daerah
berupa tinggian anomali pada peta
gradien horizontal yang tidak
diinterpretasikan sebagai batas
kontak sumber anomali, yaitu pada
daerah yang ditandai oleh kotak
hitam
• Hasil interpretasi menggunakan
peta gradient horizontal dan
SVD menunjukan adanya
kesesuaian dengan data geologi
dimana sebagian besar dugaan
struktur di daerah penelitian
dominan berarah baratdaya –
timurlaut dan tenggara –
baratlaut.

• Kontrol interpretasi pendugaan


struktur patahan juga dilakukan
berdasarkan lokasi kemunculan
sumber mataair panas dan
hangat di daerah Songgoriti dan
Kasinan. Suatu sumber mataair
dapat keluar ke permukaan
secara alami disebabkan oleh
keberadaan struktur geologi
yang menimbulkan adanya zona
lemah.
Penampang Model Inversi

• Daerah Songgoriti memiliki kontras densitas yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,28
gr/cm3 diperkirakan merupakan daerah berada diatas batuan intrusi yang masih
menyimpan panas sehingga di daerah tersebut banyak terdapat mata air panas.
• Sumber mata air hangat Kasinan dengan kontras densitas 0,0003 gr/cm3 yang
diinterpretasikan sebagai breksi kataklastik dari batuan gunungapi Panderman yang
tersesarkan. Batuan ini diduga sebagai zona lemah yang menyebabkan munculnya
sumber mata air hangat di daerah Kasinan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
• Analisis derivatif dari data anomali bouguer telah dapat
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan struktur
yang diduga sebagai patahan di daerah penelitian
• Terdapat sebanyak 9 struktur patahan di daerah
penelitian yang telah dipetakan. Dimana 2 struktur
patahan diantaranya diduga sebagai bagian dari struktur
patahan utama yang terdapat pada peta geologi.
• Keberadaan morfologi gawir dan kemunculan mata air
panas di daerah penelitian diakibatkan oleh adanya
struktur patahan yang berkaitan dengan aktivitas
vulkanik di masa lampau.

Anda mungkin juga menyukai