Anda di halaman 1dari 29

KINETIKA REAKSI

ENERGI AKTIFASI
 Reaksi reversibel adalah reaksi di mana konversi reaktan ke produk
dan konversi produk untuk reaktan terjadi secara bersamaan. Salah
satu contoh reaksi reversibel adalah reaksi gas hidrogen dan uap
yodium ke dan dari hidrogen iodida. Reaksi Maju dan balik dapat
ditulis sebagai berikut.
 Rekasi maju : H2 + I2 → 2HI
 Rekasi balik : 2HI → H2 + I2
 Dalam reaksi maju, hidrogen dan yodium bergabung membentuk
hidrogen iodida. Dalam reaksi balik, hidrogen iodida terurai
kembali menjadi hidrogen dan yodium. Kedua reaksi dapat
digabungkan menjadi satu persamaan dengan menggunakan panah
ganda.
 H2 + I2 ⇆ 2HI
 Panah ganda adalah indikasi bahwa reaksi reversibel.
 Ketika gas hidrogen dan yodium dicampur dalam wadah tertutup,
mereka mulai bereaksi dan membentuk hidrogen iodida. Pada
awalnya, hanya reaksi maju terjadi karena tidak ada HI yang hadir.
Saat hasil dari reaksi maju, ia mulai melambat ketika konsentrasi
H2 dan I2 menurun. Segera setelah beberapa HI telah terbentuk,
mulai terurai kembali menjadi H2 dan I2. Laju reaksi balik mulai
keluar lambat karena konsentrasi HI rendah. Secara bertahap, laju
reaksi maju menurun sedangkan laju reaksi meningkat terbalik.
Akhirnya tingkat kombinasi H2 dan I2 untuk menghasilkan HI
menjadi sama dengan laju dekomposisi HI menjadi H2 dan I2.
Ketika tingkat maju dan reaksi balik telah menjadi sama dengan
satu sama lain, reaksi telah mencapai keadaan keseimbangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

 Laju reaksi suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1.konsentrasi pereaksi,
2. luas permukaan zat yang bereaksi
3. suhu pada saat reaksi kimia terjadi
4. Tekanan
5. ada tidaknya katalis
 Sehubungan dengan proses reaksi kimia, maka ada satu hal penting yang harus
dipelajari untuk menentukan berjalan tidaknya sebuah reaksi kimia, yakni
tumbukan. Suatu reaksi kimia dapat terjadi bila ada tumbukan antara molekul
zat-zat yang bereaksi. Apakah setiap tumbukan pasti menyebabkan
berlangsungnya reaksi kimia? Akan kita ketahui jawabannya dengan mempelajari
teori tumbukan dahulu sebelum melangkah pada pembahasan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Pengaruh konsentrasi pereaksi

 Konsentrasi reaktan sangat berpengaruh pada laju reaksi seng


dengan asam sulfat. Laju reaksi lambat dalam larutan
berkonsentrasi rendah (kiri) dan cepat dalam larutan
berkonsentrasi tinggi (kanan)
Tumbukan sebagai Syarat Berlangsungnya Reaksi Kim
 Tumbukan yang menghasilkan reaksi hanyalah tumbukan yang
efektif. Tumbukan efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu
posisinya tepat dan energinya cukup. Bagaimanakah posisi
tumbukan yang efektif? Dalam wadahnya, molekul-molekul
pereaksi selalu bergerak ke segala arah dan sangat mungkin
bertumbukan satu sama lain. Baik dengan molekul yang sama
maupun dengan molekul berbeda. Tumbukan tersebut dapat
memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan kemudian
membentuk ikatan baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.
Contoh tumbukan antarmolekul yang sama terjadi pada pereaksi
hidrogen iodida berikut.
 (a) tumbukan yang efektif karena posisi tumbukan tepat, (b) tumbukan tidak efektif karena
molekul yang bertabrakan sama (c) tumbukan tidak efektif karena posisinya tidak tepat.
 Selanjutnya apa yang dimaksud energi tumbukan harus cukup? Jika kalian melemparkan
batu pada kaca dan kacanya tidak pecah, berarti energi kinetik batu tidak cukup untuk
memecahkan kaca. Demikian juga tumbukan antarmolekul pereaksi, meskipun sudah
terjadi tumbukan dengan posisi tepat, namun apabila energinya kurang, maka reaksi tidak
akan terjadi. Dalam hal ini diperlukan energi minimum tertentu yang harus dipunyai
molekul-molekul pereaksi untuk dapat menghasilkan reaksi.
 a) energi cukup menghasilkan reaksi dan (b) energi tidak cukup tidak menghasilkan
(

reaksi.
Energi tersebut dinamakan energi aktivasi atau energi pengaktifan (Ea).
 Bila gerakan molekul AB dan C lambat, maka tidak akan terjadi ikatan antara B dan C
saat bertumbukan. Akibatnya, keduanya terpental tanpa ada perubahan (Gambar
6(a)). Dengan mempercepat gerakan molekul, maka akan membuat tumpang tindih B
dan C serta membuat ikatan, dan akhirnya terjadi ikatan kimia (Gambar 6(b)).

 Dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan yaitu keadaan awal (pereaksi), keadaan
transisi, dan keadaan akhir (hasil reaksi). Keadaan transisi disebut juga komplek
teraktivasi. Pada keadaan ini ikatan baru sudah terbentuk namun ikatan lama belum
putus. Keadaan tersebut hanya berlangsung sesaat dan tidak stabil. Keadaan transisi ini
selalu mempunyai energi lebih tinggi daripada keadaan awal dan akhir, sedangkan
energi keadaan awal dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada energi keadaan
akhir.

 Bila keadaan awal lebih tinggi energinya, reaksi mcnghasilkan kalor atau dinamakan
reaksi eksoterm, dan bila yang terjadi adalah sebaliknya, dinamakan reaksi endoterm.
Perhatikan Gambar 7. yang menggambarkan tentang energi aktivasi pada reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm.
(a) Diagram potensial reaksi eksoterm dan,
(b) Diagram potensial reaksi endoterm.
Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
 Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan
mengandung jumlah partikel semakin banyak sehingga
partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat
dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah.
Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya
tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi
lebih besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju
reaksinya. Perhatikan Gambar 8. tentang pengaruh
konsentrasi berikut.
 (a) tumbukan yang terjadi pada konsentrasi kecil, (b)
tumbukan yang terjadi pada konsentrasi besar.
 Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi

 Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi


tumbukan antar partikel pereaksi di permukaan zat. Laju
reaksi dapat diperbesar dengan memperluas permukaan
bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara memperkecil
ukuran zat pereaksi. Perhatikan Gambar 10.
 umbukan antar partikel pada (a) permukaan kecil dan (b)
permukaan besar.
 Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
 artikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat
dinaikkan, maka energi kinetik partikel-partikel akan
bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan
mempunyai energi yang cukup untuk melampaui energi
pengaktifan. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi
tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi
 Pada umumnya, setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC, reaksi
akan berlangsung dua kali lebih cepat. Dengan demikian,
apabila laju reaksi awalnya diketahui, kita dapat
memperkirakan besarnya laju reaksi berdasarkan kenaikan
suhunya. Lebih mudahnya, lihat perumusan berikut.
 Karena besarnya laju berbanding terbalik dengan waktu yang
ditempuh, maka perumusan di atas dapat dituliskan sebagai
berikut.
Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi

 Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan


memberi zat lain tanpa menambah konsentrasi atau suhu
reaksi. Zat tersebut disebut katalis. Katalis dapat
mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan
kimia secara permanen sehingga pada akhir reaksi zat
tersebut dapat diperoleh kembali.

 Fungsi katalis dalam reaksi adalah menurunkan energi aktivasi


sehingga jumlah molekul yang dapat melampaui energi
aktivasi menjadi lebih besar
 Katalis memiliki beberapa sifat, di antaranya:
 Katalis tidak bereaksi secara permanen.
 Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit.
 Katalis tidak mempengaruhi hasil reaksi.
 Katalis tidak memulai suatu reaksi, tetapi hanya mempengaruhi lajunya.
 Katalis hanya bekerja efektif pada suhu optimum, artinya di atas atau di bawah suhu
tersebut kerja katalis berkurang.
 Suatu katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik, artinya suatu katalis hanya
mempengaruhi laju satu jenis reaksi dan tidak dapat untuk reaksi yang lain.
 Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut promotor.
 Hasil suatu reaksi dapat bertindak sebagai katalis, sehingga zat tersebut disebut
autokatalis.
 Katalis dalam senyawa organik disebut enzim.
 Terdapat katalis yang dapat memperlambat suatu reaksi, sehingga katalis itu disebut
katalis negatif atau inhibitor.
 HI(g) + HI(g) → H2(g) + I2(g)
 Secara umum, dituliskan:

 AB + AB → A2 + B2
 Tumbukan yang efektif terjadi bila keadaan molekul
sedemikian rupa sehingga antara A dan B saling bertabrakan
(Gambar 5(a)). Jika yang bertabrakan adalah atom yang sama,
yaitu antara A dan A (Gambar 5(b)) atau atom A dan B namun
hanya bersenggolan saja (Gambar 5(c)), maka tumbukan
tersebut merupakan tumbukan yang tidak efektif.
CONTOH SOAL

Anda mungkin juga menyukai