Anda di halaman 1dari 59

Makin Tua, Makin Bermasalah

Tamara Muliani
Susunan Kelompok
• Tutor : dr. Siu Fui Hendrawan, M.Biomed
Ketua : Aqila Fathimah Putri (405170060)
Sekertaris : Tamara Muliani (405170111)
Penulis : Dana Profit Sampurno (405170237)
Anggota :
1. Nada Soraya(405160187)
2. Helga Audelia Sugiaman (405170039)
3. Isabela Olga (405170049)
4. Steven Junius Chandra (405170061)
5. Ivy Fu Nakamura (405170090)
6. Mellynda Anastasya (405170164)
7. Alvin Xavier Wairisal ( 405170169)
8. Adam Primadona Satari (405170244)

2
MAKIN TUA,MAKIN BERMASALAH
Perempuan berusia 61 tahun datang sendiri ke poliklinik dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut. Nyeri sudah mulai dirasakaan sejak pasien mulai
mengalami menopause.keluhan terutama dirasakan kalau menaiki tangga
atau berjalan lama. Pasien sejak setahun kemarin berjalan dengan
menggunakan bantuan tongkat. Nyeri saat berjalan membuat pasien
menjadi malasmakan karna biasanya pasien aktif keluar rumah untuk
membeli makanan yang disukai. Pasien juga susah bersosialisasi lagi karna
tidak aktif lagi mengikuti acara senam dan acara lansia di kompleks. Berat
badan pasien sat ini49 kg,sebelumnya berat badannya 55 kg dengan tinggi
badan 160 cm. Paisen mengatakan pernah disarankan operasi kedua lututnya
tapi pasien masih ragu. Pasien takut apakah bisa berjalan lagi setelah operasi
atau malah tambah keadaannya.
Pasien tinggal sendiri.tidak menikah dan pensiunan pegawai negri.
Apakah yang dapat anda pelajari dari pemicu diatas?
Perubahan Penuaan
• Faktor
Psikologis • Dasar proses
• Tatalaksana • Pencegahan
• Tatalaksana

Usia Lanjut

Penurunan Gizi
Fungsi Organ • Edukasi
• Status gizi
• Tatalaksana (Rehab)
• Tatalaksana
Learning Issues
1. MM Dasar Proses Penuaan
2. MM Faktor-faktor Penyeab
3. MM Penurunan Fungsi Organ dan Saraf Otonom
4. MM Perubahan Psikososial
5. MM Gizi Pada Usia Tua (Faktor, Edukasi, Pengukuran, Status,
Tatalaksana)
6. MM Upaya Pencegahan dan Tatalaksana Masalah Pada Usia Tua
(Promotive, Preventif, Rehabilitative, dan Paliatif)
Dasar Proses Penuaan
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004,
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas
• Kelompok yang dikategorikan lansia akan terjadi Aging Process atau
proses penuaan.

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lain-lain/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf
http://digilib.unila.ac.id/6613/15/BAB%20II.pdf
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lain-lain/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lain-lain/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

http://digilib.unila.ac.id/6613/15/BAB%20II.pdf
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia
menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif (usia >65 tahun)

http://digilib.unila.ac.id/6613/15/BAB%20II.pdf
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50
kali. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem 11
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam
sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati.

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit)
dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari
protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia
c. Keracunan Oksigen
Sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink tersebut
membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid,
serta terjadi kesalahan genetic.
http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang
terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses 13 penuaan.
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur karena menurunnya salah
satu atau beberapa proses metabolisme.

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
f. Kerusakan akibat radikal bebas
RB bersifat merusak karena sangat reaktif  bereaksi dengan DNA,
protein, asam lemak tak jenuh (seperti dalam membran sel), dan
dengan gugus SH
Tubuh sendiri mempunyai kemampuan untuk menangkal RB dalam
bentuk:
• Enzim katalase, yang berunsur Fe  menguraikan hidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen
• Enzim glutation peroksidase, berunsur selenium (Se) 
menguraikan hidrogen peroksida

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
TEORI SOSIOLOGI
Teori Penjelasan

a. Activity theory Ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah


kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas Adanya suatu kepribadian berlanjut yang
menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang
meningkatkan stress
c. Disengagement Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
Theory hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan
individu lain
d. Teori Stratifikasi usia Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
TEORI PSIKOLOGIS
Teori Penjelasan
a. Teori kebutuhan Orang yg bisa mencapai aktualisasi menurut
manusia dari penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai
Maslow kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung Terdapat tingkatan hidup yg mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan
c. Course of Human Seseorang dalam hubungan dg lingkungan ada
Life Theory tingkat maksimumnya
d. Development Task Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas
Theory perkembangan sesuai dengan usianya
Faktor-faktor Penyeab
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
• Faktor genetik
Faktor bawaan yang berbeda setiap individu. Faktor ini mempengaruhi perbedaan efek
menua pada setiap individu, yaitu lebih cepat atau lebih lambat. Contoh: orang yang
mempunyai bawaan penuaan dini, mempunyai keturunan mengidap penyakit tertentu,
perbedaan tingkat intelengensia, warna kulit, kepribadian, dll
• Faktor lingkungan
Diet / asupan gizi , tingkat polusi, obat , penyinaran sinar ultraviolet
Faktor ini juga berpengaruh luas menangkal proses penuaan. Contoh: penemuan alat-alat
kedokteran, obat-obat
• Faktor endogenik
Perusakan sel, perubahan-perubahan struktural dan penurunan fungsional, kemampuan
dan daya adaptasi kulit untuk mensitesis vitamin D  berpengaruh pada datangnya
penyakit dan gizi (kebutuhan, status gizi, terapi gizi)
• Faktor organik
terutama hormonal banyak ditemukan sejalan dengan penuaan, di antaranya penurunan
Growth Hormon (GH), Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1), dan testosteron.
• Faktor psikis
Orang yang mengalami stres biasanya cepat mengalami proses penuaan
• Ekonomi:
• ↓income (esp♀), tidak ada aset/simpanan/dukungan dari keluarga, tidak ada asuransi, tidak
ada kesempatan kerja
• Kaya  over-eating, obesitas,sedentary life-style, erroneous lifestyle
• Sosial:
kurang dukungan sosial, kelompok sosial, penyiksaan, pendidikan, ketersediaan caregiver.
• Personal:
gaya hidup yang baik dan sehat, pendidikan dan pengalaman hidup, health promoting
activities
• Fisikal:
isolasi, depresi, kekuatan ↓ , ketersediaan fasilitas olah raga, urbanisasi, migrasi, public
transport, avoid falls, safe adequate housing & neighborhood, social interaction, ederly living
alone, household hazard prevention, aged-friendly environment & athmosphere, special att for
ederly at refugee camps.
• Perilaku:
tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, kebiasaan makan sehat, olahraga, hidup bahagia
dengan keluarga, komunikasi baik dengan masyarakat, hobi yang baik, rekreasi
• Layanan sosial dan kesehatan:
infeksi & penyakit menular, malnutrisi, non-communicable & degenerative diseases,
disability/handicap, penyakit kronis yang pengaruhi ADL (coronary heart disease, arthritis,
vision & hearing loss), accessible & affordable services, hukum dan peraturan
Penurunan Fungsi Organ dan
Saraf Otonom
• Sitem Indra
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
Daya penglihatan juga mulai menurun (glaucoma, katarak, presbiopi)
AMD (Age Macular Degeneration) mulai muncul pada mereka yang
berusia lebih dari 50 tahun karena sel-sel retina yang cenderung semakin
menua.
Penurunan indra pengecap sehingga umumnya pada lansia semua
makanan akan terasa lebih hambar.

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
• Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul
pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot
• Sistem Muskuloskeletal
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur
• Kartilago
Mengalami granulasi sehingga permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan
menjadi rentan terhadap gesekan

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
• Tulang
Kepadatan tulang berkurang mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas dan frakturSistem Muskuloskeletal
• Otot
Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung
dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif
• Sendi
Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
• Sistem Kardiovaskular
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
• Sitem Respirasi
Volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
• Pencernaan dan Metabolisme
Kehilangan gigi, sensitifitas lapar menurun, liver (hati) mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
• Kandung kemih
Kemunduran laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
• Sistem Saraf
Ada perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
• Sitem Reproduksi
Menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki
testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsurPencernaan dan Metabolisme
• KanPerubahan Kognitif
(a) Memory (Daya ingat, Ingatan) (f) Pengambilan Keputusan
(b) IQ (Intellegent Quocient) (Decission Making)
(c) Kemampuan Belajar (Learning) (g) Kebijaksanaan (Wisdom)
(d) Kemampuan Pemahaman (h) Kinerja (Performance)
(Comprehension) (i) Motivasi
(e) Pemecahan Masalah (Problem
Solving)

http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
Perubahan Psikososial
 Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun
(purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

• Kehilangan finansial (income berkurang)


• Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya)
• Kehilangan teman/kenalan atau relasi
• Kehilangan pekerjaan/kegiatan
 Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
 Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit
 Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation)
 Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
biaya pengobatan
 Penyakit kronis dan ketidakmampuan
 Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian
 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
 Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan keluarga
 Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri
Gizi Pada Usia Tua (Faktor,
Edukasi, Pengukuran, Status,
Tatalaksana)
http://digilib.unila.ac.id/6613/15/BAB%20II.pdf
Asupan gizi lansia
• Energi
• Menurut Widya Karya Pangan Gizi tahun 1998, secara umum kecukupan gizi
yang dianjurkan untuk usia lanjut (>60 tahun) pada laki-laki  2200 kalori dan
pada wanita  1850 kalori. Kebutuhan energi pada usia lanjut menurun
sehubungan dengan penurunan metabolisme basal (sel-sel banyak yang
inaktif dan kegiatan fisik cenderung menurun). Kebutuhan kalori akan
menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-69 tahun.
• Protein
• Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada usia lanjut adalah sekitar 0,8
gram/kg berat badan atau 15-25% dari kebutuhan energi.
• Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein nabati dan
dari protein hewani. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk laki-laki usia
lanjut adalah 55 gram/hari dan wanita 48 gram/hari yang terdiri 15% protein
ikan, 10% protein hewani lain dan 75% protein nabati.
• Lemak
• Lemak dibutuhkan untuk penyerapan vitamin A, D, E, dan K serta menambah
lezatnya hidangan. Kebutuhan lemak untuk usia lanjut lebih sedikit karena
akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, pada usia lanjut
dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih dari 15% kebutuhan energi dan
dianjurkan untuk menggunakan minyak nabati karena mengandung asam
lemak tak jenuh.
• Karbohidrat
• Merupakan sumber energi utama. Penggunaan karbohidrat relatif
menurun pada usia lanjut karena kebutuhan kalori juga menurun.
Untuk usia lanjut dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat komplek
karena juga mengandung vitamin, mineral, dan serat daripada
mengkonsumsi karbohidrat murni seperti gula. Dianjurkan pada usia
lanjut mengkonsumsi 60-65% karbohidrat sebagai kebutuhan energi.
• Vitamin
• Untuk usia lanjut dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya
vitamin A, D dan E untuk mencegah penyakit degeneratif (sebagai
antioksidan). Selain itu, konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin
B12, asam folat, vitamin B1 dan vitamin C juga dianjurkan untuk mencegah
risiko penyakit jantung.
• Mineral
• Pada usia lanjut dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya Fe, Zn, Selenium
dan Kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang terutama
pada wanita, selain juga perlu untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Disamping itu, zat gizi mikro lain seperti pospor, kalium, natrium, dan
magnesium juga dibutuhkan untuk proses metabolisme di dalam tubuh.
• Air dan Serat
• Air sangat penting untuk proses metabolisme dan mengeluarkan sisa
pembakaran tubuh. Selain itu serat juga dianjurkan untuk usia lanjut agar
buang air besar menjadi lancar.
• 300cc/kgBB/hari.
• Bila kekurangan  dehidrasi, peningkatan suhu, konstipasi, nausea, vomiting,
mukosa kering, penurunan ekskresi urin, konfulsi mental.
Penilaian Status Gizi
• Penilaian status gizi dilakukan untuk mengetahui apakah seorang
lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi atau keadaan gizi
sebelum tampak gejala dan tanda-tanda
• Status gizi dinilai secara langsung & tak langsung.
• Secara langsung dgn pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia & biofisik
• Secara tak langsung menggunakan MNA (Mini Nutritional Assessment)
• Jenis-jenis penilaian status gizi:
• Subjective Global Assessment (SGA)
• Mini Nutritional Assessment (MNA)
• Nutrition screening initiative (NSI)
Subjective Global Assessment (SGA)
• Merupakan metode yang banyak dipakai karena sangat sederhana
dan mudah pelaksanaannya
• Meliputi wawancara dan pengamatan mengenai BB dan perubahan
BB selama 6 bulan dan 2 minggu terakhir
• Ada tidaknya gangguan gastrointestinal, ada tidaknya gangguan
fungsional, status metabolik dari suatu penyakit, ada tidaknya muscle
wasting dan edema
• Kesimpulan pemeriksaan SGA adalah menggolongkan pasien dalam
keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi atau malnutrisi berat
Mini Nutritional Assessment (MNA)
• Mempunyai 2 bagian besar yaitu screening dan assessment, dimana
penjumlahan semua skor akan menentukan seorang lansia pada status gizi
baik, beresiko malnutrisi atau beresiko underweight

• Pertama-tama menggunakan MNA ringkas (screening)


• Nilai maksimal 14
• Bila hasil >=12 menunjukkan tidak terdapat risiko, tidak perlu mengisi MNA lengkap
(assessment)
• Bila hasil <=11 menunjukan terdapat risiko malnutrisi. Dilanjutkan dengan MNA lengkap
(assessment) dengan nilai maksimal 16
• Nilai maksimal penilaian nutrisi keseluruhan berjumlah 30
• 24-30  tidak ada risiko malnutrisi
• 17-23,5  berisiko malnutrisi
• <17  malnutrisi

• Kekurangan :
• Sulit dilakukan pada pasien demensia dan pasien yang makannya melalui
perkutan
Nutrition Screening Initiative (NSI)
• Upaya penapisan, identifikasi sedini mungkin agar dapat dilakukan
dukungan gizi
• Tiga tahapan:
• Determine checklist  penapisan diri sendiri  identifikasi tanda-tanda risiko
gangguan status gizi
• Penilaian  Informasi diagnostik spesifik  tenaga medis, perawat atau
petugas RS.
• Dukungan gizi yang sesuai hasil penilaian
Upaya Pencegahan dan Tatalaksana
Masalah Pada Usia Tua (Promotive,
Preventif, Rehabilitative, dan Paliatif)
A. UPAYA MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN
1. Menentukan tempat tinggal yang memuaskan untuk masa tua;
2. Menyesuaikan diri dengan uang pensiun yang diperolehnya/uang
yang dimilikinya;
3. Memantapkan kegiatan rutin rumah tangga secara memuaskan;
4. Memelihara hubungan yang harmonis dengan suami/istri;
5. Mengahadapi kehidupan diri sendiri atau persiapan diri untuk
hidup tanpa pasangan;
6. Memelihara hubungan dengan anak,cucu, & lingk. sekitar;
7. Menjalankan dan mendalami ajaran agama sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya.
B. UPAYA YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM
PEMBINAAN LANSIA
Keluarga yang tinggal dengan • 3. Keluarga berupaya untuk
anggota keluarga Lansia dapat memahami apa yang dirasakan
memberdayakan Lansia tersebut Lansia, mencari penyebab
dengan meakukan hal-hal berikut. masalah dan berbagi pengalaman
• 1. Keluarga membantu dengan keluarga Lansia lain.
menemukan makna hidup pada • 4. Keluarga berusaha memenuhi
usia lanjut. kebutuhan Lansia dengan
• 2. Keluarga menyediakan waktu memberikan perhatian, kasih
untuk mengajak berbicara dari sayang yang tulus dan rasa aman
hati ke hati serta membantu agar
Lansia dapat menyampaikan
keluhannya.
C. UPAYA YANG DILAKUKAN LANSIA DALAM
MENJALANI MASA TUA
1. Menerima usia lanjut dengan lapang dada
• Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan
bahwa dirinya menjadi tua diterima secara positif dengan senang
hati untuk memasuki tingkatan hidup yang baru.

2. Berlatih melepaskan diri dan bijaksana


• Cara ini dilakukan dengan berlatih untuk memiliki sikap “lepas
bebas” dari kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari
segala milikNya, untuk kemudian dapat memperoleh perspektif
baru yaitu : hidup dengan arif, bijaksana, penuh cinta kasih
3. Berupaya menghadapi “kesepian”
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesepian adalah:
a. berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain;
b. mengunjungi teman Lansia yang hidup sendiri;
c. memperhatikan dan menghibur orang yang mengalami kesusahan;
d. bagi Lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini
dapat dilakukan melalui surat-menyurat dengan tulisan pendek
atau melalui telepon, sehingga akan menyebabkan dirinya ikut
terhibur;
e. membuka diri untuk bergaul;
Langkah tahapan rehabilitasi
1. Masalah medis utama diatasi dulu sampai pasien berada dalam keadaan
stabil
2. Cegah komplikasi sekunder
3. Mengembalikan fungsi yang hilang
4. Ciptakan kemampuan beradaptasi bagi pasien agar mampu bersosialisasi
di lingkungannya
5. Ciptakan lingkungan yang bersahabat untuk kemudahan pasien
beraktifitas
6. Adaptasi keluarga
Jatuh dan hampir jatuh terjadi pada 1/3 dari
populasi orang usia lanjut.

Untuk mencegah jatuh :


Ulkus Dekubitus  terjadi pada daerah di
bawah tonjolan tulang

Faktor resiko:
• Imobilisasi
• Inkontinensia
• Defisiensi zat gizi
• Perubahan tingkat
kesadaran
• Perubahan atau
tidak adanya
sensibilitas
• Stress psikologis dan
depresi
Pencegahan
1. Inspeksi kulit
• Kulit dilihat setidaknya sekali sehari terutama pada daerah yang ada tonjolan
tulang
• Hasil inspeksi dicatat
• Perhatikan tanda-tanda awal kerusakan jaringan seperti perubahan warna, blister,
pembengkakan, perubahan suhu, memar ataupun kulit yang kering

2. Perawatan kulit
• Bersihkan saat BAB dan interval yang rutin
• Minimalkan friksi dan gaya yang terjadi pada kulit
• Perawatan kulit disesuaikan dengan individu masing-masing
• Hati-hati dalam perubahan posisi, turning, dan transfer pasien
• Hindari memijat pada tonjolan tulang
Pengurangan tekanan:
Turning, transfer dan positioning

• Ubah posisi pasien beresiko setiap 2 jam


• Hati hati dalam transfer pasien (jangan diseret)
• Pergunakan seprei untuk memindahkan pasien dan dengan memakai 2
orang untuk transfer pasien
• Pergunakan matras untuk memindahkan tekanan pada area yang rentan
dari tubuh
• Ajarkan pada pasien dengan kursi roda untuk memindahkan berat
tubuhnya ataupun mengangkat pantatnya dari kursi roda selama kurang lebih 15
detik setiap 30 menit
Inkontinensia Urin
 kondisi berupa keluarnya urin secara involunter
Dampak  masalah fisik, sosial, higienis, dan ekonomi
Prevalensi pada kalangan usia lanjut 5 – 15%

Sejalan dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan yang akan


berdampak untuk proses berkemih, yaitu:
• Penurunan kapasitas kandung kemih
• Penurunan kemampuan menghentikan aliran urin
• Aliran urin menurun
• Residual volume urin meningkat
• Kontraksi involunter menjadi lebih sering
Daftar Pustaka
• http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lai
n-lain/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf
• http://digilib.unila.ac.id/6613/15/BAB%20II.pdf
• http://eprints.ums.ac.id/16069/3/BAB_II.pdf
• Setiabudi, Toni.dkk.1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari
Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut
Usia. Jakarta : Gramedia.
• Supariasa, ID. (2001). Penilaian status gizi. EGC : Jakarta.
• Kane, Ouslander Abrass. (from Solomon 1988), Essentials of Clinical
Geriatrics.2004. P.13-14.

Anda mungkin juga menyukai