Anda di halaman 1dari 57

INVESTASI PADA

INSTRUMEN EKUITAS
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan:
1. Menguasai konsep, karakteristik, dan metode atas investasi
pada instrumen ekuitas.
2. Mampu membedakan perlakuan akuntansi antara metode
ekuitas dan metode biaya/niai wajar
3. Mampu menghitung dan mengalokasikan selisih antara biaya
perolehan investasi dengan bagian investor atas nilai tercatat
aset dan liabilitas teridentifikasi pada metode ekuitas
4. Mampu menganalisis isu lainnya seputar metode ekuitas dan
metode biaya/nilai wajar
5. Mampu membuat penyajian dan pengungkapan atas investasi
pada instrumen ekuitas.
Pool Advista Suntik Modal Rp27 Miliar ke Asuransi QBE Pool
Ade Hapsari Lestarini • Rabu, 04 Feb 2015 11:57 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) menambah penyertaan modal ke PT
Asuransi QBE Pool Indonesia (sebuah entitas dengan prosentase penyertaan sebesar 45 persen).

Penyertaan ini untuk mempertahankan persentase kepemilikan perseroan kepada Asuransi QBE Pool
Indonesia. Demikian disampaikan Direktur POOL, Fony Tanjung, dalam laporannya di keterbukaan
informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (4/2/2015).
Nilai transaksi yang digelontorkan dari aksi korporasi tersebut sebesar Rp27 miliar. Adapun transaksi ini
merujuk pada hasil keputusan RUPSLB untuk mengeluarkan 600 lembar saham dalam portepel yang
selanjutnya akan ditawarkan kepada seluruh pemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikan.

QBE Pool menawarkan perseroan saham baru sebanyak 270 lembar atau setara dengan 45 persen dari
seluruh saham baru QBE Pool yang dikeluarkan. Transaksi ini dilakukan untuk mendukung
perkembangan usaha entitas asosiasi yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan nilai investasi
perseroan.

Adapun kegiatan utama perseroan adalah bergerak di bidang jasa konsultasi dan pengembangan
investasi. Dampak yang ditimbulkan bagi perseroan yakni kepemilikan saham perseroan dan PT Asuransi
QBE Indonesia berubah menjadi 450 saham dengan jumlah disetor Rp45 miliar.

Sementara dampak terhadap kondisi keuangan dan proyeksi keuangan perseroan meningkatnya
investasi dalam saham jangka panjang
Investasi pada
Instrumen Ekuitas

Karakteristik dan Metode Biaya / Isu Lain Seputar


Metode atas Investasi Nilai Wajar Metode Ekuitas Metode Ekuitas
pada Instrumen Ekuitas

Pengakuan dan Pengakuan dan


Karakteristik Pengukuran Pengukuran

Metode Akuntansi Penyajian dan Alokasi Selisih atas


Pengungkapan Biaya Perolehan
Investasi

Penghentian
Pengakuan

Penyajian dan
Pengungkapan
Bentuk akuisisi atas entitas lain :

 Akuisisi atas asset neto


 Akuisisi atas saham  dibahas pada bab ini dan selanjutnya
Karakteristik Investasi pada Instrumen Ekuitas
Definisi Instrumen Ekuitas dan Investasi pada Instrumen Ekuitas
Instrument ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset
suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.

Investasi pada instrument ekuitas mencerminkan kepemilikan atas saham yang


diterbitkan oleh entitas lain.

Pihak yang memperoleh kepemilikan saham disebut investor sedangkan pihak yang
menerbitkan saham disebut investee.
Karakteristik Saham
Menurut UU no.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, saham memberikan hak
kepada pemiliknya untuk :
• Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS
• Menerima pembayaran dividend an sisa kekayaan hasil likuidasi
• Menjalankan hak lainnya berdasarkan UU ini.

Karakteristik yang membedakan investasi pada instrument ekuitas (saham) dan


utang (obligasi)

Instrumen utang (Obligasi)


Hanya sebatas penerimaan bunga dan pengembalian pokok utang.

Instrument ekuitas (saham)


Hak Investor atas investasi pada instrument ekuitas tidak hanya sebatas penerimaan
dividen, juga hak suara yang dimiliki oleh investor memungkinkan investor
mempengaruhi atau mengendalikan keputusan atau kebijakan pada PT, lihat gambar
Mengenai Tingkat Pengaruh dan Kepemilikan Sahamkut:
Investasi Instrumen Ekuitas
0% 20% 50% 100%
Persentase
kepemilikan

Tingkat Tidak ada / Signifikan Kendali


Pengaruh tidak (investasi di
signifikan entitas asosiasi)

Metode Nilai Wajar* Ekuitas Biaya (cost) Konso


Pencatatan (PSAK 50, 55, 60) (PSAK 15) atau Ekuitas lidasi
(PSAK 4, 65 & 22)

*Jika nilai wajar instrumen ekuitas tidak dapat diukur dengan andal, ma ka
digunakan metode biaya (cost)

Akuntansi Keuangan 2 8
Pengaruh Signifikan
Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan
keuangan dan operasional investee, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama
atas kebijakan tersebut.
Biasanya pengaruh signifikan diperoleh jika kepemilikan investor baik secara langsung atau
tidak langsung sebesar 20% hingga 50%, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya .
Pengaruh signifikan umumnya dapat dibuktikan dengan satu atau lebih indikator berikut:
1. Keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau organ setara di investee;
2. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya.
3. Adanya transaksi material antara entitas dengan investee
4. Pertukaran personel manajerial
5. Penyediaan informasi teknik pokok
Dalam menentukan pengaruh signifikan ataupun pengendalian harus mempertimbangkan
hak suara potensial yang berasal dari waran, opsi beli saham, instrumen utang atau
instrumen ekuitas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa yang mempunyai potensi
untuk menambah hak suara investor atau mengurangi hak suara investor lain.
Contoh Hak Suara Potensial
Investor A, B, dan C memiliki saham investee sebesar 18%, 15% dan 12%. Sisanya dimiliki
oleh beberapa investor D sebagai pemegang saham kendali. Jumlah lembar saham investee
yang beredar adalah 1.000.000 lembar. Investor A dan B masing-masing juga memiliki waran
yang diterbitkan investee sebanyak 30.000 dan 20.000 lembar. Setiap lembar saham
memiliki hak untuk membeli 1 lembar saham investee pada harga yang telah ditentukan
selama kurun waktu 3 tahun. Pada tahun ini hak atas waran tersebut sudah dapat
dilaksanakan. Jika hanya mengacu kepada persentase kepemilikan, maka investor A tidak
memiliki pengaruh signifikan. Namun hak suara potensial atas waran harus diperhitungkan
sehingga persentasenya menjadi sbb:

Tabel 2.1 Hak Suara Potensial


Lembaran Saham
% Aktual Potensi Hak Jumlah % Akhir
Suara
Investor A 18,0 180.000 30.000 210.000 20,0%
Investor B 15,0 150.000 20.000 170.000 16,2%
Investor C 12,0 120.000 120.000 11,4%
Investor D 55,0 550.000 550.000 52,4%
Jumlah 100 1000.000 50.000 1.050.000 100%
WARAN
Waran adalah salah satu instrumen derivatif di pasar finansial yang cukup penting. Pemegang
waran memiliki HAK (rights) untuk memesan suatu efek (saham atau obligasi) terlebih dahulu
pada exercise price dibandingkan dengan mereka tidak memilikinya.

Dengan demikian, pemilik waran mempunyai hak membeli efek (sekuritas) sesuai dengan
emiten yang menerbitkannya pada periode dan tanggal tertentu, dengan harga tertentu,
dalam jumlah tertentu. Pemilik waran tidak dibebani kewajiban apapun dalam transaksi
sahamnya. Waran sering disebut anak saham oleh para praktisi pasar modal.

Waran sendiri memiliki masa aktif sejak 1st exercise-nya yang berarti sebelum tanggal
penebusannya, waran tidak dapat ditebus. Namun waran bebas diperjual-belikan di pasar
modal layaknya saham sehingga waran ada yang berlikuiditas cukup baik. Karena dapat
diperdagangkan, maka harga waran pun dapat berfluktuasi naik dan turun, pada umumnya
berkorelasi positif dengan harga saham induknya. Hal ini tentu dapat dipahami karena saham
induk berperan sebagai underlying asset-nya.

Secara teknis kode waran hampir sama dengan kode emiten-nya, yaitu hanya ditambah
huruf “W” di belakang kode sahamnya. Misalnya waran untuk saham Bakrie Telekomunikasi
yang kodenya BTEL, maka warannya BTEL-W dan seterusnya.
Metode Akuntansi atas Investasi pada Instrumen Ekuitas
Ada 2 metode pencatatan akuntansi :
1. Metode Ekuitas  Pengaruh signifikan  PSAK 15
2. Metode biaya/nilai wajar  Tidak ada pengaruh signifikanPSAK 55

Metode Biaya dan Nilai Wajar


Metode Biaya
Pada metode biaya, investasi diakui dan diukur sebesar biaya perolehannya, sehingga jika
tidak terdapat penambahan atau penjualan sebagian atas investasi tersebut, maka nilai
investasi tidak akan berubah dan disajikan juga sebesar biaya perolehan.
Karena acuan pengakuan, pengukuran, dan penyajian adalah biaya perolehan, maka disebut
dengan metode biaya.

Metode Nilai Wajar


Pada metode nilai wajar investasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan. Namun,
selanjutnya diukur pada nilai wajar dan disajikan juga pada nilai wajar tanggal pelaporan.
Karena acuan pengukuran dan penyajian adl nilai wajar, mk disebut dg metode nilai wajar.
Metode Ekuitas
Dalam PSAK 15 (Revisi 2014), jika investor memiliki pengaruh signifikan atas
investasinya pada saham investee, maka dicatat menggunakan metode ekuitas.
Entitas (investee) di mana investor mempunyai pengaruh signifikan disebut entitas
asosiasi. Seperti yang digambarkan pada ilustrasi pembuka, Asuransi QBE Pool
Indonesia adalah entitas asosiasi bagi PT Pool Advistas Indonesia Tbk karena
memiliki pengaruh signifikan dengan kepemilikan 45%.
Pada metode ekuitas, investasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan,
namun selanjutnya diukur dan disajikan sesuai dengan nilai ekuitas entitas asosiasi
secara proporsional.
Karena acuan pengukuran dan penyajian atas nilai tercatat investasi adalah nilai
ekuitas entitas asosiasi, maka disebut dengan metode ekuitas.
Pengakuan dan Pengukuran
Metode biaya,
 investasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan.
 Setelah pengakuan awal, investasi tetap diukur pada biaya perolehan.
 Ketika investee mengumumkan dividen, investor mengakuinya sebagai
pendapatan secara proporsioanal atas kepemilikan sahamnya.
 Nilai investasi hanya berubah jika ditambah, dijual, atau mengalami penurunan
nilai.
Metode nilai wajar,
Perlakuannya hampir sama dengan metode biaya, kecuali setelah pengakuan awal,
investasi diukur pada nilai wajar.
Contoh, Metode Biaya dan Nilai Wajar
Pada tanggal 19 Januari 2015, investor A memiliki investasi sebesar 20% atas saham
beredar investee dengan biaya perolehan Rp 300.000.000. Setelah dilakukan
analisis atas kepemilikan tsb, Investor A tidak memiliki pengaruh signifikan atas
investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1 April
sebesar Rp 100.000.000 dan melaporkan laba bersih sebesar Rp 200.000.000. Pada
akhir tahun 2015, nilai wajar saham investee adalah Rp 110 per lembar. Jumlah
saham beredar investee selama tahun 2015 adalah 15.000.000 lembar.
1. Ketika perolehan awal, investor A mengakui investasi sebesar biaya perolehan dgn jurnal:

10 Januari 2015

Investasi 300.000.000
Kas 300.000.000
(mencatat perolehan awal investasi)

Jika investor menggunakan metode nilai wajar, maka investasi tersebut harus
diklasifikasikan lebih lanjut dengan Nilai Wajar melalui Laba Rugi (FVTPL) atau tersedia
untuk dijual (available for sale) sesuai ketentuan dalam PSAK 55 (Revisi 2014).

2. Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor A mengakuinya sebagai pendapatan


sebesar 20% x Rp 100.000.000 dengan jurnal:

1 April 2015

Piutang Dividen 20.000.000


Pendapatan Dividen 20.000.000
(mencatat pengakuan pendapatan dividen)

Jika investor A menggunakan metode biaya, maka nilai investasi tetap diukur pada biaya
perolehannya, sehingga sampai akhir tahun 2015 nilai tercatat investasi tidak berubah.

Sementara itu, jika menggunakan nilai wajar investasi akan diukur sebesar nilai wajar pada
tanggal pelaporan.
3. Jika investasi A menyusun laporan keuangan pada akhir tahun 2015, maka
diperlukan penyesuaian atas nilai wajar dengan jurnal berikut ini:

31 Desember 2015

Investasi 3020.000.000
Keuntungan (kerugian) Selisih Nilai Wajar 20.000.000
(mencatat pengakuan pendapatan dividen)

Nilai tersebut adalah selisih antara nilai wajar akhir tahun 2015 yaitu Rp330.000.000 (20% x
15.000.000 lembar x Rp 110) dengan nilai tercatat sebelumnya yaitu Rp 300.000.000.

Proses penyesuaian terhadap nilai wajar juga dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.

Jika investasi diklasifikasikan sebagai Nilai Wajar melalui Laba Rugi (FVTPL), keuntungan
(kerugian) selisih nilai wajar diakui di Laporan Laba Rugi.

jika investasi diklasifikasikan sebagai Tersedia untuk Dijual (available for Sale), keuntungan
(kerugian) selisih nilai wajar diakui sebagai penghasilan komprehensif lain.
Penyajian dan Pengungkapan
Mengacu pada contoh diatas, investasi disajikan sebesar Rp. 300.000.000 dengan
metode biaya atau Rp 330.000.000 dengan metode nilai wajar.
Investasi yang dicatat dengan metode biaya atau nilai wajar termasuk dalam
instrumen keuangan yang diatur dalam PSAK 55 (revisi 2014).
Ketentuan pengungkapan atas instrumen keuangan tersebut diatur dalam PSAK 60
(revisi 2014).
Investor harus mengungkapkan kebijakan akuntansi atas instrument keuangan
berdasarkan klasifikasinya, rincian biaya perolehan, dan nilai wajar atas
investasinya, serta pengungkapan lain yang diperlukan.
Pada slide berikut contoh penyajian dan pengungkapan atas investasi dengan
metode biaya dan nilai wajar.
Pengakuan dan Pengukuran
Berdasarkan PSAK 15 (Revisi 2014), investasi dengan metode ekuitas pada awalnya
diakui sebesar biaya perolehan.
Setelah pengakuan awal, investasi diukur secara proporsional terhadap nilai
ekuitas asosiasi.
Jika nilai ekuitas entitas asosiasi meningkat, maka investor mengakui peningkatan
tersebut terhadap nilai tercatat investasinya secara proporsional atas
kepemilikannya. Demikian sebaliknya, jika nilai ekuitas entitas asosiasi turun.
Perubahan (peningkatan atau penurunan) atas nilai ekuitas entitas asosiasi di
antaranya dapat terjadi akibat:
1. Pengakuan laba atau rugi bersih entitas asosiasi (meningkat atau menurun)
2. Pembagian dividen oleh entitas asosiasi (menurun)
3. Pengakuan penghasilan komprehensif lain oleh entitas asosiasi (meningkat
atau menurun).
Contoh Metode Ekuitas
Pada tanggal 10 Januari 2015, investor A memiliki investasi sebesar 20% atas
saham beredar investee dengan biaya perolehan Rp 300.000.000. Setelah
dilakukan analisis atas kepemilikan tersebut, investor A memiliki pengaruh
signifikan atas investee. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada
tanggal 1 April sebesar Rp 100.000.000, melaporkan laba bersih sebesar Rp
200.000.000, dan mengakui surplus revaluasi atas aset tetap senilai Rp
30.000.000.
1. Ketika perolehan awal, investor A mengakui investasi sebesar biaya perolehan dgn jurnal:

10 Januari 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 300.000.000


Kas 300.000.000
(mencatat pengakuan perolehan awal investasi)

2. Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor A tidak mengakuinya sebagai


pendapatan melainkan mengurangi nilai tercatat investasi sebesar 20% x Rp 100.000.000
dengan jurnal:

1 April 2015

Piutang Dividen 20.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 20.000.000
(mencatat pengakuan pendapatan dividen)

3. Pengakuan bagian laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat
sehingga investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp 40.000.000 (20%
x Rp 200.000.000), dengan jurnal:

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 40.000.000


Bagian Laba Entitas Asosiasi 40.000.000
(mencatat pengakuan bagian laba atas Entitas Asosiasi)
2. Pengakuan surplus revaluasi atas aset tetap oleh investee juga mengakibatkan
peningkatan nilai ekuitas, sehingga investor mengakui peningkatan nilai tercatat investasi
sebesar Rp 6.000.000 (20% x Rp 30.000.000) dengan jurnal:

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 6.000.000


Penghasilan Komprehensif Lain 6.000.000
(mencatat pengakuan bagian penghasilan komprehensif lain Entitas Asosiasi)

Peningkatan nilai tercatat investasi tersebut tidak diakui sebagai pendapatan (bagian laba
atas entitas asosiasi) karena bukan berasal dari laba bersih investee, melainkan penghasilan
komprehensif lain investee, sehingga juga diakui oleh investor sebagai penghasilan
komprehensif lain di ekuitas.

Nilai tercatat investasi pada akhir tahun 2015 menjadi Rp 326.000.000 (300.000.000 -
20.000.000 + 40.000.000 + 6.000.000)
Perolehan pada Periode Interim
Jika perolehan investasi dilakukan pada periode interim, misal tanggal 1 April 2015,
maka bagian atas laba bersih yang dilaporkan investee hanya diakui oleh investor A
untuk periode 1 April 2015 hingga 31 Desember 2015 saja.
Sedangkan pengakuan penerimaan dividen tidak dipengaruhi tanggal perolehan
sepanjang investor A masih memiliki hak atas dividen tersebut. Misalnya, jika
dividen diumumkan tanggal 1 Mei 2015 dan investor A dinyatakan berhak
menerimanya, maka investor A akan mengakui dividen tersebut secara proporsional
atas kepemilikan.
Namun, apabila dividen diumumkan tanggal 1 Maret 2015, maka investor A tidak
mengakui penerimaan dividen tersebut.
Dibawah ini adalah tabel yang membedakan perlakuan akuntansi antara metode
biaya, nilai wajar, dan ekuitas.
Tabel
Perbandingan Jurnal pada Metode Biaya, Nilai Wajar, dan Ekuitas

Transaksi Metode Biaya Metode Nilai Wajar Metode Ekuitas


Perolehan Investasi Investasi Investasi pada Entitas Asosiasi
Kas Kas Kas
Penerimaan Dividen Kas Kas Kas
Pendapatan Dividen Pendapatan Dividen Investasi pada Entitas Asosiasi
Laba bersih Investee Tidak ada Tidak ada Investasi pada Entitas Asosiasi
Bagian Laba Entitas Asosiasi
Rugi bersih investee Tidak ada Tidak ada Bagian Laba Entitas Asosiasi
Investasi pada Entitas Asosiasi
Penghasilan Tidak ada Tidak ada Investasi pada Entitas Asosiasi
komprehensif lain Penghasilan Komprehensif Lain
Rugi Tidak ada Tidak ada Penghasilan Komprehensif Lain
komrehensif lain Investasi pada Entitas Asosiasi
Penyesuaian Nilai Tidak ada Investasi Tidak ada
Wajar - Keuntungan Keuntungan Selisih
Nilai Wajar
Penyesuaian Nilai Tidak ada Kerugian Selisih Nilai Tidak ada
Wajar - Kerugian Wajar
Investasi
Penurunan Nilai
Setiap asset pada umumnya berpotensi mengalami penurunan nilai, termasuk
investasi pada entitas asosiasi.
Investasi pada saham merupakan instrumen keuangan sehingga investor
menerapkan persyaratan dalam PSAK 55 (revisi 2014) untuk menguji apakah
terdapat indikasi tambahan rugi penurunan nilai atas investasi pada entitas
asosiasi.
Karena goodwill yang membentuk bagian dari nilai tercatat investasi pada entitas
asosiasi dan tidak diakui secara terpisah, maka tidak dilakukan pengujian
penurunan nilai secara terpisah dengan menerapkan persyaratan pengujian
penurunan nilai goodwill dalam PSAK 48.
Sebagai gantinya, seluruh nilai tercatat investasi diuji penurunan nilai berdasarkan
PSAK 48 sebagai suatu aset tunggal dengan membandingkan antara jumlah
terpulihkan (mana yang lebih tinggi antara nilai pakai dan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual) dengan jumlah tercatatnya.
Ilustrasi Penurunan Nilai 1
Contoh: Misalkan PT Anggrek melakukan uji penurunan nilai terhadap pabrik yang
dimilikinya. Nilai tercatat dari pabrik sebesar Rp 400 juta, nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual Rp360 juta dan nilai pakainyaRp 410 juta.

Rp 400 juta Rp 410 juta

Tidak ada
penurunan nilai

Rp 360 juta Rp 410 juta

31
Ilustrasi Penurunan Nilai 2
Contoh: Misalkan infromasi PT Mawar yang tersedia sama kecuali nilai
pakai dari peralatan sebesar Rp 350 juta.
Dr. Kerugian Penurunan Nilai Rp 40 juta
Rp40 juta Rugi Penurunan Nilai
Cr. Akulumasi penurunan nilai Rp 40 juta

Illustration 11-15
Rp 400 juta Rp 360 juta

Rp 360 juta Rp 350 juta

32
Periode Laporan Keuangan
Dalam menerapkan metode ekuitas, menggunakan laporan keuangan entitas
asosiasi yang paling akhir yang disajikan pada tanggal yang sama dengan laporan
keuangan investor.
Jika tanggal pelaporan tersebut berbeda, maka dilakukan penyesuaian terhadap
dampak dari setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi di antara tanggal
laporan keuangan entitas asosiasi dengan investor.
Jika penyamaan tanggal tidak mungkin dilakukan, maka laporan keuangan dapat
disusun pada tanggal yang berbeda, tetapi perbedaan antara akhir periode
pelaporan entitas asosiasi dengan investor tidak boleh lebih dari 3 bulan.
Laporan keuangan investor disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama dengan entitas asosiasi untuk transaksi dan peristiwa dalam keadaan yang
serupa.
Saham Preferen
Jika entitas asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki pihak lain
(selain investor) dan diklasifikasikan sebagai ekuitas, maka investor menghitung
bagiannya atas laba entitas asosiasi setelah penyesuaian dividen saham preferen
kumulatif, terlepas apakah dividen telah atau belum diumumkan.
Jika saham preferen tersebut tidak bersifat kumulatif, maka penyesuaian terhadap
dividen preferen dilakukan hanya ketika dividen diumumkan.
Alokasi Selisih atas Biaya Perolehan Investasi
Perlakuan akuntansi atas metode ekuitas dalam praktiknya tidaklah sederhana
seperti contoh sebelumnya.
Biaya perolehan investasi bisa berbeda dengan proporsi atas nilai tercatat ekuitas
atau nilai wajar aset neto.
PSAK 15 (Revisi 2014) menyatakan bahwa pada saat perolehan investasi, setiap
selisih antara biaya perolehan investasi dengan bagian entitas atas nilai wajar asset
dan liabilitas teridentifikasi dari investee dicatat dengan cara sbb:
1. Goodwill yang terkait dengan entitas asosiasi termasuk dalam jumlah tercatat
investasi. Amortisasi goodwill tersebut tidak diperkenankan.
2. Setiap selisih lebih bagian entitas atas nilai wajar neto aset dan liabilitas
teridentifikasi dari investee terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan
sebagai penghasilan dalam menentukan bagian entitas atas laba rugi entitas
asosiasi atau ventura bersama pada periode investasi diperoleh.
Contoh Alokasi Selisih atas Biaya Perolehan Investasi
Pada tanggal 10 Januari 2015, Investor B memiliki investasi dengan kepemilikan 40% atas
saham investee. Biaya perolehan investasi tersebut sebesar Rp 430.000.000 dan ekuitas
investee saat itu terdiri dari saham biasa dan saldo laba yang masing-masing nilainya Rp
800.000.000 dan Rp 200.000.000. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada
tanggal 1 April sebesar Rp 40.000.000, melaporkan laba bersih sebesar Rp 100.000.000. Nilai
tercatat asset dan liabilitas teridentifikasi pada umumnya sama dengan nilai wajarnya,
kecuali untuk asset dan liabilitas pada tabel berikut. Persediaan diperkirakan akan terjual
semua pada tahun 2015. Mesin memiliki sisa manfaat 4 tahun. Utang bank akan jatuh tempo
selama 4 tahun lagi.
Perbandingan Nilai Tercatat dengan Nilai Wajar

Akun Nilai Tercatat Nilai Wajar


Persediaan 50.000.000 55.000.000
Tanah 500.000.000 600.000.000
Mesin – nilai neto 200.000.000 160.000.000
Utang Bank 300.000.000 330.000.000

Langkah pertama adalah menganalisis apakah terdapat selisih antara biaya perolehan dengan
proporsi nilai ekuitas dan nilai wajar asset neto. Caranya adalah dg membuat perhitungan sbb:

Keterangan Jumlah
Biaya perolehan 430.000.000
Nilai Tercatat Ekuitas (40% x 1.000.000.000) 400.000.000
Selisih (Differensial) 30.000.000

Alokasi: Total Selisih Proporsi Selisih Amortisasi


Persediaan 5.000.000 2.000.000 (2.000.000)
Tanah 100.000.000 40.000.000
Mesin (40.000.000) (16.000.000) 4.000.000
Utang Bank (30.000.000) (12.000.000) 3.000.000
Goodwill 16.000.000
Jumlah Alokasi 30.000.000
 Alokasi terhadap asset teridentifikasi akan bernilai posisif jika nilai wajarnya
lebih tinggi dibandingkan nilai tercatat, dan sebaliknya.
 Alokasi terhadap liabilitas teridentifikasi akan bernilai negatif jika nilai wajarnya
lebih tinggi dibandingkan nilai tercatat, dan sebaliknya.
 Setiap alokasi hrs dihitung secara proporsional thd persentase kepemilikan
investor
 Hasil alokasi tersebut diamortisasi sesuai sisa masa manfaat asset atau jatuh
tempo liabilitas, kecuali masa manfaat atau jatuh tempo tidak dapat ditentukan
(misalnya tanah).
 Jika alokasinya bernilai positif, maka amortisasinya bernilai negatif, dan
sebaliknya.
 Amortisasi tersebut diakui oleh investor dan disesuaikan terhadap nilai investasi
dan pendapatan investasi.
Sesuai dengan ketentuan PSAK 15 (Revisi 2014), amortisasi goodwill tidak
diperkenankan.
Langkah selanjutnya dlm membuat jurnal selama tahun 2015, yaitu jurnal perolehan investasi:

10 Januari 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 430.000.000


Kas 430.000.000
(Mencatat pengakuan investasi awal)

Pada saat investee mengumumkan dividen, Investor B mengurangi nilai tercatat investasi
sebesar 40% x Rp 40.000.000 dengan jurnal :

1 April 2015

Piutang Dividen 16.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 16.000.000
(Mencatat pengakuan piutang atas pembagian dividen)

Pengakuan laba bersih oleh investee mengakibatkan nilai ekuitasnya meningkat sehingga
investor juga meningkatkan nilai tercatat investasinya sebesar Rp 40.000.000 (40% x Rp
100.000.000), dengan jurnal:

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 40.000.000


Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 40.000.000
(Mencatat pengakuan bagian laba atas entitas asosiasi)
Persediaan

Amortisasi atas alokasi ke persediaan dilakukan sekaligus karena persediaan diperkirakan


terjual selama tahun 2015.

Alokasi atas persediaan bernilai positif, sehingga amortisasinya bernilai negatif.

Amortisasi negatif berarti dilakukan dengan menurunkan nilai tercatat investasi, dan
sebaliknya.

Berikut jurnal terkait amortisasi sekaligus atas alokasi ke persediaan:

31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 2.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 2.000.000
(Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap persediaan)
Mesin

Amortisasi atas alokasi ke mesin dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp 4.000.000 per tahun.
Alokasi atas mesin bernilai negative, sehingga amortisasinya bernilai positif. Berikut jurnal
terkait amortisasi atas alokasi pada mesin:

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 4.000.000


Bagian Laba atas Investasi Asosiasi 4.000.000
(Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap mesin)

Utang Bank

Amortisasi atas alokasi ke Utang Bank dilakukan selama 4 tahun yaitu Rp 3.000.000 per tahun.
Alokasi atas utang bank bernilai negative, sehingga amortisasinya bernilai positif. Berikut jurnal
terkait amortisasi atas alokasi pada utang bank:

31 Desember 2015

Investasi pada Entitas Asosiasi 3.000.000


Bagian Laba atas Investasi Asosiasi 3.000.000
(Mencatat amortisasi atas alokasi terhadap utang bank)
Jurnal amortisasi atas alokasi di atas dapat juga digabung menjadi satu jurnal agar lebih praktis.

Nilai tercatat investasi pada akhir tahun 2015 menjadi Rp 459.000.000 yaitu:

Saldo awal 430.000.000


Dividen diterima (16.000.000)
Bagian laba entitas asosiasi 40.000.000
Amortisasi atas alokasi persediaan (2.000.000)
Amortisasi atas alokasi mesin 4.000.000
Amortisasi atas alokasi utang bank 3.000.000
Saldo akhir 459.000.000

Nilai tercatat investasi tersebut akan menjadi nilai tercatat awal tahun 2016.

Saldo Bagian Laba atas Entitas Asosiasi yang diakui tahun 2015 adalah Rp 45.000.000 yaitu:

Bagian laba entitas asosiasi 40.000.000


Amortisasi atas alokasi persediaan (2.000.000)
Amortisasi atas alokasi mesin 4.000.000
Amortisasi atas alokasi utang bank 3.000.000
Saldo akhir 45.000.000

Pendapatan tsb diakui di Laporan Laba Rugi dan tidak diakumulasi pd tahun-tahun berikutnya.

Untuk tahun-tahun berikutnya, penyesuaian yang sama tetap dilakukan atas alokasi ke mesin
dan utang bank sampai habis masa manfaat atau jangka waktunya. Sedangkan alokasi ke tanah
akan diakui oleh investor B jika tanah tersebut dijual investee ke pihak lain.
Alokasi Nilai Tercatat Investasi pada Entitas Asosiasi

+ Awal 2015 Akhir 2015 Akhir 2016

Goodwill
16.000.000
Persediaan Goodwill Goodwill
2.000.000 16.000.000 16.000.000
Tanah 430 Tanah 459 Tanah 490
40.000.000 by pero- 40.000.000 40.000.000
Proporsi atas lehan Proporsi atas Proporsi atas
Ekuitas Investee Ekuitas Investee Ekuitas Investee
400.000.000 400-16+40=424 424-16+40=448
0
Mesin Mesin Mesin
(16.000.000) (12.000.000) (8.000.000)
Utang Bank Utang Bank Utang Bank
(12.000.000) (9.000.000) (6.000.000)
_
Penghentian Pengakuan
Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal investasinya
berhenti menjadi investasi pada entitas asosiasi (hilangnya pengaruh signifikan),
yaitu ketika:
1. Investasinya menjadi investasi pada anak perusahaan, maka investor mencatat
investasinya sesuai dengan PSAK 22 dan PSAK 65 (Kepemilikan > 50%)
2. Menjual sebagian investasinya dan sisa kepentingan dalam entitas asosiasi
merupakan aset keuangan, maka investor mengukur sisa kepentingan tersebut
pada nilai wajar sesuai PSAK 55. (kepemilikan < 20%)
Investor mengakui dalam laba rugi selisih apapun antara:
a. Nilai wajar sisa kepentingan apapun dan hasil apapun dari pelepasan
sebagian kepentingan pada entitas asosiasi atau ventura bersama; dan
b. Jumlah tercatat investasi pada tanggal penggunaan metode ekuitas
dihentikan.
Ketika investor menghentikan penggunaan metode ekuitas, maka seluruh jumlah
yang sebelumnya telah diakui oleh investor dalam penghasilan komprehensif lain
(OCI) direklasifikasi dari ekuitas ke laporan laba rugi.
Contoh Penghentian Pengakuan
Pada tanggal 1 Juli 2015, investor C memiliki saldo akhir investasi pada entitas asosiasi sebesar
Rp 600.000.000 dan pada tanggal tersebut investor C menjual sepertiganya seharga Rp
220.000.000. Akibat penjualan tersebut, investor C kehilangan pengaruh signifikan terhadap
entitas asosiasi. Sisa investasi memiliki nilai wajar Rp 440.000.000

Atas penjualan tersebut, investor C mengakui keuntungan di Laporan Laba Rugi sebesar:

Harga jual (1/3 nya) 220.000.000


Nilai wajar sisa investasi 440.000.000
Nilai wajar keseluruhan 660.000.000
Nilai tercatat investasi 600.000.000
Keuntungan 60.000.000

Keuntungan Rp 60.000.000 terdiri dari keuntungan atas bagian yang dijual Rp 20.000.000
(220.000.000 – 200.000.000) dan keuntungan atas penyesuaian nilai wajar sisa investasi Rp
40.000.000 (440.000.000 – 400.000.000)
Penyajian dan Pengungkapan
Pada metode ekuitas, investasi disajikan pada nilai tercatatnya. Sedangkan Bagian
Laba atas Entitas Asosiasi disajikan di Laporan Laba Rugi dalam pos tersendiri.
Berikut adalah contoh penyajian dan pengungkapan atas investasi dengan metode
biaya dan nilai wajar. (slide berikut)
Pengungkapan yang disyaratkan PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas
Lain terkait investasi pada entitas asosiasi adalah untuk setiap entitas asosiasi yang
material bagi entitas pelapor:
1. Nama pengaturan bersama atau entitas asosiasi
2. Sifat hubungan entitas dengan pengaturan bersama atau entitas asosiasi
(sebagai contoh, dengan menggambarkan sifat aktivitas pengaturan bersama
atau entitas asosiasi dan apakah mereka strategis terhadap aktivitas entitas)
3. Lokasi utama kegiatan usaha (dan Negara tempat pendirian, jika dapat
diterapkan dan berbeda dari lokasi utama kegiatan usaha) pengaturan bersama
atau entitas asosiasi.
4. Proporsi bagian kepentingan atau penyertaan modal yang dimiliki oleh entitas
dan, jika berbeda, proporsi hak suara yang dimiliki (jika dapat diterapkan).
Nilai Tercatat Investasi Negatif pada Metode Ekuitas
Jika nilai tercatat investasi menjadi nol atau negatif akibat bagian investor
terhadap rugi entitas asosiasi sama dengan atau melebihi kepentingannya pada
entitas asosiasi, maka investor menghentikan pengakuan bagiannya atas rugi
lebih lanjut.
Setelah kepentingan entitas dikurangkan menjadi nol, tambahan kerugian
dicadangkan.
Jika entitas asosiasi pada periode selanjutnya melaporkan laba, maka investor
mulai mengakui bagiannya atas laba tersebut hanya setelah bagiannya atas laba
tersebut sama dengan bagian atas rugi yang belum diakui (dicadangkan).
Contoh Nilai Tercatat Investasi Negatif
Pada awal tahun 2015, investor D memiliki investasi sebesar 40% atas saham beredar entitas asosiasi
dengan nilai tercatat Rp 200.000.000. Selama tahun 2015, investee membagikan dividen pada tanggal 1
April sebesar Rp 100.0000.000, melaporkan rugi bersih sebesar Rp 450.000.000.

Pada saat entitas asosiasi mengumumkan dividen, investor D mengurangi nilai tercatat investasi
sebesar 40% x Rp 100.000.000 dengan jurnal:

1 April 2015

Piutang Dividen 40.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 40.000.000
(Mencatat pengakuan piutang atas pengumuman dividen)

Pengakuan bagian rugi bersih entitas asosiasi mengakibatkan menurunnya nilai tercatat
investasinya sebesar Rp 180.000.000 (40% x Rp 450.000.000). Namun nilai tercatat investasi
terkini adalah Rp 160.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp 40.000.000) sehingga investor D hanya bisa
mengurangi nilai tercatat investasinya sebesar Rp 160.000.000 sampai menjadi nol dan sisa Rp
20.000.000 dicadangkan. Jurnal yang dicatat investor D adalah:

31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 160.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 160.000.000
(Mencatat pengakuan bagian rugi entitas asosiasi))

Jika terjadi rugi lebih lanjut atas entitas asosiasi pada tahun 2016, investor C tidak mengakui
kerugian tersebut namun masih mencadangkannya. Sebaliknya,

jika pada tahun 2016 entitas asosiasi mengumumkan laba bersih Rp 80.000.000 maka investor
D hanya mengakui kenaikan investasi sebesar Rp 12.000.000 yaitu sebesar bagian laba yang
seharusnya Rp 32.000.000 (40% x Rp 80.000.000) dikurangi cadangan kerugian tahun 2015
(20.000.000)
Transaksi Hulu dan Hilir
Yaitu transaksi yang terjadi antara investor dengan entitas asosiasi. Misalnya jual-
beli aset atau jasa.
 Jika investor bertindak sebagai pihak penjual dan entitas asosiasi sebagai
pembeli maka transaksi tersebut disebut transaksi hulu, dan sebaliknya disebut
sebagai transaksi hilir.
 Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari transaksi hilir dan hulu antara
investor dan entitas asosiasinya diakui dalam laporan keuangan investor
tersebut hanya sebesar bagian investor lain dalam entitas asosiasi.
 Bagian investor atas keuntungan atau kerugian entitas asosiasi yang dihasilkan
dari transaksi tersebut dieliminasi.
Contoh:
Transaksi Hilir  Penjualan aset dari entitas asosiasi kepada investor
Transaksi Hulu  Penjualan aset dari investor kepada entitas asosiasinya.
Contoh Transaksi Hulu dan Hilir

PT Investee adalah entitas asosiasi dari investor dengan kepemilikan 40%. Pada tahun 2015, PT Investee
menjual persediaan kepada investor (transaksi hilir) dengan keuntungan Rp 25.000.000.

Sampai dengan akhir tahun 2015, 20% atas persediaan tersebut belum terjual oleh PT Investor kepada
pihak ketiga. Keuntungan Rp 25.000.000 sudah diperhitungkan dalam laba bersih yang dilaporkan PT
Investee.

Keuntungan belum terealisasi bagi investor adalah sbb:

Total keuntungan 25.000.000


Belum direalisasi 20%
Keuntungan belum terealisasi 5.000.000
Bagian investor (40%) 2.000.000

Keuntungan belum terealisasi adalah Rp 5.000.000, namun karena transaksi hilir di mana PT Investee
hanya dimiliki 40% oleh investor, maka bagian investor atas keuntungan tersebut, yaitu Rp 2.000.000,
harus dieliminasi dengan jurnal:

31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 2.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 2.000.000
(Mencatat keuntungan belum direalisasi atas transaksi hulu)

Jika yang terjadi pada transaksi tersebut adalah transaksi hulu, yaitu penjualan dari investor ke entitas
asosiasi, maka seluruh keuntungan yang belum terealisasi sebesar Rp 5.000.000 adalah bagian (hak)
investor, sehingga seluruh bagian investor tersebut dieliminasi dengan jurnal:

31 Desember 2015

Bagian Laba atas Entitas Asosiasi 5.000.000


Investasi pada Entitas Asosiasi 5.000.000
(Mencatat keuntungan belum direalisasi atas transaksi hilir)
Berdasarkan pemaparan bab ini, dapat disimpulkan bahwa jurnal
investasi yang dicatat oleh investor atas entitas asosiasi dapat
meliputi:
1. Investasi awal saat perolehan
2. Pengumuman dividen oleh entitas asosiasi
3. Pengumuman laba bersih oleh entitas asosiasi
4. Amortisasi atas selisih nilai wajar neto asset dan liabilitas
teridentifikasi dari investee terhadap biaya perolehan investasi.
5. Transaksi hulu dan hilir
6. Penurunan nilai
1. Metode pencatatan akuntansi atas investasi pada saham terdiri dari metode
biaya, metode nilai wajar, dan metode ekuitas.
2. Metode biaya atau nilai wajar digunakan jika investor tidak memiliki pengaruh
terhadap investee. Sedangkan metode ekuitas digunakan jika investor memiliki
pengaruh signifikan atas investee.
3. Pengaruh signifikan umumnya diperoleh jika kepemilikan investor atas saham
investee antara 20% hingga 50%, kecuali terdapat bukti sebaliknya. Persentase
kepemilikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberadaan pengaruh
signifikan.
4. Pada metode biaya, nilai tercatat investasi diakui, diukur, dan disajikan sebesar
biaya perolehan. Sedangkan pada metode nilai wajar, nilai tercatat investasi
diakui pada biaya perolehan, namun diukur dan disajikan pada nilai wajar.
5. Pada metode ekuitas, nilai tercatat investasi diakui, diukur dan disajikan
sebesar proporsi kepemilikan investor atas nilai ekuitas investee.
6. Selisih antara biaya perolehan investasi dengan bagian investor atas nilai tercatat
neto asset dan liabilitas teridentifikasi pada metode ekuitas harus dialokasikan
kepada asset dan liabilitas teridentifikasi dan goodwill (jika ada).
7. Dalam menerapkan metode ekuitas, digunakan tanggal laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang sama antara investor dan entitas asosiasi.
8. Indikasi adanya penurunan nilai atas investasi pada entitas asosiasi mengacu
pada PSAK 55, namun ketentuan pengujian penurunan nilainya mengacu pada
PSAK 48.
9. Nilai tercatat investasi pada entitas asosiasi tidak boleh negatif akibat pengakuan
bagian rugi entitas asosiasi. Setelah kepentingan entitas dikurangkan menjadi
nol, tambahan kerugian dicadangkan. Jika entitas asosiasi pada periode
melaporkan laba, maka investor mulai mengakui bagiannya atas laba tersebut
setelah memulihkan cadangan kerugian sebelumnya.
10.Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari transaksi hilir dan hulu antara
investor dan entitas asosiasinya diakui dalam laporan keuangan entitas tersebut
hanya sebesar bagian investor lain dalam entitas asosiasi.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai