Anda di halaman 1dari 36

PENGENDALIAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Pembimbing : dr. July Ivone, MKK, MPdKed

Disusun Oleh :
Titus H. 1415157
Jessica L. 1415161
Lena M. 1415164
Deca M. 1415172
Winanda W. 1415180
Pendahuluan
Ilmu Kesehatan Kesejahteraan
Pengetahuan
dan Teknologi

2019  2.892 Rumah Sakit


Peningkatan Jumlah Rumah Sakit

Masalah Limbah
Permasalahan Pengelolaan
Limbah RS di Indonesia
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas (Permenkes RI No. 1204/
Menkes/SK/X/2004).
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat,cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme patogen bersifat infeksius, bahan kimia
beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).
Kondisi di Indonesia
Profil kesehatan Indonesia tahun
2018  Rumah sakit di Indonesia
yang melakukan pengelolaan
limbah medis sesuai standar 
33,6%
Hanya 15/33 Provinsi yang
melewati batas minimal
Banyaknya Limbah RS
Produksi sampah (Limbah Padat) berupa limbah domestic (organik dan
anorganik) : 76,8 persen
Limbah organik (sisa makanan) : 40%
Limbah anorganik (plastik pembungkus alat) : sisanya
Limbah infeksius (mengandung B3/Bahan Beracun Berbahaya) : 23,2
persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) Rumah
Sakit sebesar 376.089 ton per hari  Bahaya pencemaran lingkungan
dan penularan penyakit.
Pembuangan Limbah RS
Pembuangan limbah paling baik : memilah-milah limbah kedalam
kategori  untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara
pembuangan limbah yang berbeda.
Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit : menghindari resiko
kontaminasi dan trauma
Masalah Pengelolaan Limbah RS
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum
dikelola dengan baik.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah
medis noninfeksius.
Kerap bercampur limbah medis dan nonmedis.
Banyak pula tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah
yang tidak memenuhi syarat  pencemaran, khususnya pada air tanah.
Pengelolaan sampah medis dan non medis rumah sakit sangat
dibutuhkan  kenyamanan dan kebersihan rumah sakit karena
 memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular,
terutama infeksi nosokomial
Pengelolaan limbah
Suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap
pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta
tahap pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.
Jenis-Jenis Limbah
Limbah Benda
Tajam

Limbah
Infeksius

Limbah Limbah
Klinis Jaringan Tubuh

Limbah
LIMBAH Sitotoksik
RUMAH
SAKIT Limbah
Farmasi

Limbah
Radioaktif
Limbah
Limbah Kantor
Non Klinis

Limbah Dapur
LIMBAH KLINIS
Limbah Infeksius Limbah Benda Limbah Kimia
???? Tajam

Limbah Sitotoksik Limbah Jaringan


Limbah Radioaktif
Tubuh
01
• Limbah Benda Tajam/ Alat yang
memiliki sudut tajam sisi tajam
atau bagian yang menonjol yang
dapat memotong atau menusuk
kulit  jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet 02
Pasteur, pisau bedah.

• Benda tajam yang terbuang


mungkin terkontaminasi oleh
darah , cairan tubuh , bahan
mikrobiologi ataupun bahan 03
radioaktif
• Limbah Jaringan Tubuh, meliputi
organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh. Biasanya dihasilkan
saat pembedahan ataupun otopsi

• Limbah Sitotoksik, atau barang yang


mungkin terkontaminnasi dengan
obat sitotoksik selama atau
tindakan terapi sitotoksik.
• Limbah yang terdapat atau
terkontaminasi bahan sitotoksik
harus dibakar dengan
incinerator dengan suhu >
1000oC
Limbah Farmasi  obat-obat kadarluasa, obat-obat yang terbuang karena
tidak memenuhi spesifikasi, obat-obat yang dibuang pasien / masyarakat.

Limbah Kimia  limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
Limbah Patologis Limbah Plastik

• Dianggap • Bahan plastik yang


berisiko tinggi dibuang, seperti
dan sebaiknya di barang-barang
autoclave disposable yang
sebelum keluar terbuat dari plastik
dari unit patologi. ataupun pelapis
peralatan dan
perlengkapan medis
Limbah Radioaktif
1
Bahan yang terkontaminasi
dengan radio-isotope yang
berasal dari penggunaan medis
atau riset radionuclear

2 Berasal dari :
Tindakan kedokteran nuklir,
radioimmunoassay

Limbah ini harus dikategorikan,

3 dipilah berdasarkan ketersediaan


pilihan cara pengolahan,
pengkondisian, penyimpanan dan
pembuangan

Kategori :

4 •


Umur paruh waktu
Aktivitas dan kandungan
radionuklida
Bentuk fisik dan Kimia
Limbah Non- Klinis

Berasal dari, kantor, unit pelayanan (karton, kaleng, botol),


sampah dari ruang pasien, sampah dapur

Limbah Karakteristik Tertentu,


• Mengandung mikroorganisme (patogen)
• Tergantung jenis rumah sakit
• Tingkat pengolahan sebelum dibuang
• Jenis sarana (Laboratorium , Klinik)
PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah padat
Pengelolaan limbah RS dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Yang diutamakan  sterilisasi, yakni berupa:
-pengurangan (reduce) volume
-penggunaan kembali (reuse)
-daur ulang (recycle)
-pengolahan (treatment)
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengelolaan limbah:
1. Pemisahan Limbah
– Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
– Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
– Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda

2. Penyimpanan Limbah
Dapat digunakanakan kantung kertas yang tahan bocor dan dapat diberi label
dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna tertentu
3. Penanganan Limbah
Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian
diikat bagian atasnya dan diberik label yang jelas
Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya
Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang
sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode
warnanya
Limbah bagian bukan klinik  dibawa ke kompaktor, limbah bagian Klinik
 dibawa ke insenerator
Pengangkutan dengan kendaraan khusus
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat
dibuang ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus
dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan
ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga
tidak sampai membusuk.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun
dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming)
tersebut meliputi sebagai berikut :
Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm
Tambahkan lapisan kapur
Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan
samapai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah
Limbah cair
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran
air yang sangat potensial karena mengandung senyawa organik yang cukup tinggi,
senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme patogen
yang dapat menyebabkan penyakit.
Pengolahan limbah cair di Rumah Sakit dapat menggunakan sistem extended
aeration.
-air limbah dialirkan ke dalam influent chamber.
-Bahan padar tidak boleh masuk ke system Oleh karena itu, pada influent chamber
dilakukan pengolahan pendahuluan yaitu melalui proses penyaringan dengan bar
screen.
-Air limbah dialirkan melalui saringan besi untuk menyaring sampah yang berukuran
besar.
-air limbah diolah dalam equalizing tank
-air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow regulator.
-Setelah itu, proses pengolahan secara biologis terjadi di dalam aeration tank dengan
bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah didekomposisikan oleh
mikroorganisme menjadi produk yang lebih sederhana sehingga terjadi pengurangan
bahan organik di dalam air
Kemudian air limbah dialirkan ke dalam clarifier tank agar dapat mengendap.
Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke bak effluent.
Sebelumnya, air limbah diberikan khlorin untuk mengendalikan jumlah populasi
bakteri pada ambang yang tidak membahayakan.
Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di dalam effluent tank yang pada
akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara ke sungai
Tujuan
Mencegah penularan infeksi pada
masyarakat sekitar
Melidungi terjadi penyebaran infeksi
terhadap para petugas kesehatan.
Membuang bahan-bahan berbahaya
(bahaya toksik dan radioaktif)
Melindungi petugas terhadap
kecelakaan kerja
KESIMPULAN
Rumah sakit  dampak positif dan juga dampak negatif bagi masyarakat disekitar.
Dampak negatif  Pencemaran lingkungan dari proses kegiatan dan limbah yang
dibuang tanpa pengelolaan sesuai prosedur yang tepat  kecelakan kerja dan
penularan penyakit.
Untuk mencegah kecelakaan kerja dan penularan penyakit  perlu kebijakan sesuai
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting
yang perlu diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai