Anda di halaman 1dari 85

KEBIJAKAN DAN

STRATEGI
PENGAWASAN
(PP 12/2017)
Disampaikan Oleh :
DR. ELFIN ELYAS, M.SI
INSPEKTUR III
SUBSTANSI PP NO. 12 TH 2017
(PENGGANTI PP 79/2005)
BAB Pasal Substansi Uraian Hal Penting
BAB II 3-9 Pembinaan Fasilitasi pemberdayaan; b. penguatan kapasitas; dan c.
bimbingan teknis
Konsultasi untuk mendapatkan petunjuk,
pertimbangan, yang belum diatur secara
tegas da
Diklat pengembangan kompetensi
Litbang meningkatkan kualitas kebijakan
Bab III 10 Pengawasan Umum Mendagri dan GWPP thd 10 aspek
Teknis Menteri teknis dan K/L thd urusan
Thd GWPP Mendagri dan menteri teknis
Bab IV 11 - 29 Tata cara Binwas Koordinasi aspek perencanaan, penganggaran,
pengorganisasian, pelaksanaan,
pelaporan, dan evaluasi secara nasional
olh Mendagri
Perencanaan Kebijakan binwas 5 tahunan  RPJMN
Kebijakan binwas tahunan  akhir April
Wajib mencantumkan program dlm RPJMD
Wajib menganggarkan dlm APBD
SUBSTANSI RPP BINWAS
(PENGGANTI P 79/2005)
BAB Pasal Substansi Uraian Hal Penting
Pelaksanaan Oleh APIP Kementerian
Oleh Kepala Daerah yang dibantu Inpektorat
Oleh DPRD
Oleh Masyarakat
Pelaporan Bersifat rahasia kecuali untuk penegakan hukum

Tindak Lanjut Koordinasi APIP dengan APH, yi: pemberian


informasi; verifikasi; pengumpulan data
keterangan dan pemaparan hasil
Pidana diserahkan ke APH apabila Adminsitasi
oleh APIP
Evaluasi EPPD
Bab V 29 Penghargaan Penghargaan Peringkat kinerja tertinggi
dan Fasilitasi Fasilitasi Jika hasil EPPD kinerja rendah, dilakukan utk
Khusus Khusus perbaikan dan penyempurnaan
Apabila sudah difaslitasi tidak menunjukan
kinerja dilakukan pengambilalihan kewenangan
3
SUBSTANSI PP NO. 12 TH 2017
(PENGGANTI P 79/2005)

BAB I Pasal Substansi Uraian Hal Penting


Bab VI 36 - 48 Sanksi Adm Umum Subyek hukum : KDH/WKDH; DPRD dan daerah

Tata Cara 19 jenis tindakan


Informasi dari : DPRD; pimpinan lembaga
neagra; BPK; hasil binwas; dumas
Pengenaan secara langsung atau melalui
pemeriksaan APIP
Bab VII 49 Pendanaan Sumber Sesuai kewenangannya (APBN atau APBD)

Bab VIII 50 Peralihan Sepanjang GWPP belum dibentuk dilakukan


oleh perangkat daerah
Bab IX 51 -52 Penutup Semua PP teknis wajib mendasar pada PP
Binwas

4
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMDA

PEMERINTAH
Pembinaan   Pengawasan

KMDN   K/L TEKNIS

 Bin & Was Bin & Was


Umum Teknis 

GWPP   GUB KDH

PROVINSI

KAB/KOTA OPD PROVINSI


02
01
MENTERI
TEKNIS
03 01  Binwas Umum dan teknis ttt
Penjatuhan sanksi administrasi

MENDAGRI KDH 02  Binwas Teknis daerah Prov


BINWAS
PEMDA 03  Pengendalian Pemda
Binwas Perangkat Daerah.

04  Peraturan
 Pelaksanaan Perda/Perkada
perundang-undangan
MASYARAKAT DPRD Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan LKPD

06 04
oleh BPK.

05
GWPP
 Pengawasan Umum & teknis Kab/ Kota
serta sanksi

05 06
 Sbg bentuk partisipasi dalam
pemerintahan
 Pengawasan pelayanan publik
Bab I Ketentuan Umum

Pembinaan Pengawasan Aparat Pengawas


Penyelenggaraan Penyelenggaraan Internal Pemerintah
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah (APIP)
• adalah usaha, • adalah usaha, • Inspektorat jenderal
tindakan, dan tindakan, dan kementerian,
kegiatan kegiatan • Unit pengawasan
• ditujukan untuk • ditujukan untuk lembaga
mewujudkan menjamin pemerintah
tercapainya tujuan penyelenggaraan nonkementerian,
penyelenggaraan Pemerintahan • Inspektorat provinsi,
Pemerintahan Daerah berjalan • Inspektorat
Daerah secara efisien dan kabupaten/kota.
• dalam kerangka efektif
NKRI • sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan
7
Bab II Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Lingkup Pelaku Jenis Keterangan


Pembinaan Pembinaan
Provinsi Mendagri Pembinaan Mendagri sebagai
Umum Koordinator Binwas

Provinsi Menteri Pembinaan


Teknis/Kepala Teknis
LPNK
Kab/Kota Gubernur Pembinaan Dibantu oleh
Sebagai Wakil Umum dan Perangkat Gubernur
Pemerintah Teknis sebagai Wakil
Pusat (GWPP) Pemerintah Pusat

8
adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan ditujukan untuk
--- BIN UMUM --- BIN mewujudkan tercapainya
tujuan penyelenggaraan
TEKNIS Pemerintahan Daerah

1. Pembagian urusan
pemerintahan; terhadap teknis penyelenggaraan FASILITASI, KONSULTASI,
2. Kelembagaan daerah; urusan pemerintahan yang PENDIDIKAN &
diserahkan ke daerah Provinsi
3. Kepegawaian pada perangkat
dan daerah Kabupaten/Kota
PELATIHAN SERTA
daerah; PENELITIAN &
4. Keuangan daerah; PENGEMBANGAN
5. Perencanaan pembangunan
daerah;
6. Pelayanan publik di daerah;
7. Kerja sama daerah; terhadap teknis pelaksanaan
8. Kebijakan daerah; substansi urusan pemerintahan REVIU, MONITORING,
9. Kepala daerah dan DPRD; yang diserahkan ke daerah EVALUASI,
dan Provinsi dan daerah PEMERIKSAAN, DAN
10. Bentuk pembinaan dan Kabupaten/Kota BENTUK PENGAWASAN
pengawasan lain LAINNYA

adalah usaha, tindakan,


dan kegiatan ditujukan
--- WAS --- WAS untuk menjamin
penyelenggaraan
UMUM TEKNIS Pemerintahan Daerah
berjalan secara efisien dan
efektif
Pembinaan Umum dan Teknis Oleh GWPP

BELUM DILAKUKAN

› Menteri dan menteri teknis/ kepala LPNK melakukan


Pembinaan Penyelengga-raan Pemerintahan Daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-
masing dengan berkoordinasi kepada gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat.

TIDAK DILAKUKAN

› Menteri dan menteri teknis/kepala LPNK melakukan


Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangan masing-
masing.
Bentuk Pembinaan - Fasilitasi -

TAHAPAN
• Perencanaan,
• Penganggaran,
• Pengorganisasian,
• Pelaksanaan,
• Pelaporan,
• Evaluasi, dan LINGKUP
• Pertanggungjawaban • Pemberdayaan
pemerintahan daerah;
• Penguatan kapasitas
pemerintahan daerah; dan
• Bimbingan teknis kepada
pemerintahan Daerah

BENTUK

Penyediaan sarana dan


prasarana pemerintahan
dan/atau pendampingan
Bentuk Pembinaan - Konsultasi -

TUJUAN
Mendapatkan petunjuk,
pertimbang-an, dan/atau
pendapat terhadap permasalah-
an mendesak dan/ atau
menyangkut kepentingan
masyarakat luas yang belum
diatur secara tegas dalam
ketentuan per-UU-an

Bentuk Hasil Pihak yg konsultasi Pemberi Konsultasi


Langsung Berita acara Pemda Prov Mendagri/ Menteri/
Hasil konsultasi Kepala LPNK

Gubernur sebagai
Tidak langsung Surat jawaban Pemda Kab/Kota wakil pemerintah
pusat
Bentuk Pembinaan - Diklat -

TUJUAN
Pengembangan
kompetensi
penyelenggara
Pemerintahan
Daerah

Jenis Penyelenggara Dapat Melalui


A. Diklat teknis dan fungsional substantif Kemendagri untuk Jenis Diklat A, B, C, E Kerja sama antarkemen-
pemdagri; dg penetapan standarisasi dan terian/LPNK,
B. Diklat kepemimpinan pemdagri ; sertifikasi.
C. Diklat kepamongprajaan; Antar-Pemerin-tah Daerah,
D. Diklat teknis dan fungsional substantif Kementerian Teknis/LPNK untuk Jenis
kementerian/LPNK Diklat D dan E dikoordinasikan dengan dan/atau dengan perguruan
E. Diklat lain sesuai dengan ketentuan Mendagri unt standarisasi dan tinggi serta lembaga diklat
peraturan perundang-undangan. sertifikasinya. lainnya
Bentuk Pembinaan - Litbang -

TUJUAN
Meningkatkan
kualitas kebijakan
dan program
penyeleng-garaan
Pemerintahan
Daerah
“Hasil litbang dijadikan dasar perumusan kebijakan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah”

Jenis Standarisasi Program Litbang Dapat Melalui

A. Penelitian; Oleh Mendagri untuk Litbang Kerja sama antarkemen-


B. Pengembangan; Pembinaan Umum terian/LPNK,
C. Pengkajian,
D. Penerapan, Antar-Pemerin-tah Daerah,
E. Perekayasaan, dan Oleh Menteri/ Kepala LPNK untuk
F. Pengoperasian. Litbang Pembinaan Teknis dan/atau dengan perguruan
tinggi serta lembaga litbang
PENGAWASAN GWPP
 pembagian Urusan Pemerintahan
 kelembagaan Daerah
 kepegawaian pada Perangkat Daerah Was Umum
 keuangan Daerah
 pembangunan Daerah
 pelayanan publik di Daerah
 kerja sama Daerah
 kebijakan Daerah
 kepala daerah dan DPRD
 bentuk pengawasan lain
 Pengawasan terhadap teknis pelaksanaan
substansi urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah otonom
Was Teknis  Pengawasan atas penerapan SPM/NSKP di
daerah sesuai dengan bidang urusan
pemerintahan masing-masing K/L

 Penjatuhan sanksi kepada Bupati/Walikota


dan Wakil Bupati/Walikota serta DPRD
Penjantuhan Sanksi Adm
Kabupaten/Kota atas :
- 19 jenis tindakan kecuali tindakan
meninggalkan tugas dan wilayah kerja 7hari
- Seluruh sanksi kecuali pemberhentian
sementara dan pemberhentian
15
Pengawasan Teknis

Capaian standar pelayanan minimal


atas pelayanan dasar;

Ketaatan terhadap ketentuan


peraturan perundang-undangan
termasuk ketaatan pelaksanaan NSPK
yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan konkuren;

Dampak pelaksanaan urusan


pemerintahan konkuren yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah;

akuntabilitas pengelolaan APBN dalam


pelaksanaan urusan pemerintahan
konkuren di daerah
Dalam Hal GWPP:
Belum mampu melakukan pengawasan
umum dan teknis
Menteri dan menteri teknis/kepala LPNK
berdasarkan permintaan bantuan dari GWPP
melakukan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kab/kota sesuai dengan
kewenangan masing-masing.

Tidak Melaksanakan
Was Umum dan Teknis
Menteri dan menteri teknis/kepala LPNK
berdasarkan telaahan hasil pembinaan dan
pengawasan melakukan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kab/kota
sesuai dengan kewenangan masing-masing
Bab IV. Tata Cara Binwas

Mendagri Aspek yang Koordinasi


mengoordinasikan dikoordinasikan: melitbatkan
Binwas Perencanaan, seluruh K/L dan
Penyelenggaraan Penganggaran, Pemda
Pemerintahan Daerah Pengorganisasian,
secara nasional Pelaksanaan,
Pelaporan, dan
Evaluasi
Bab IV. Tata Cara Binwas

Perencanaan Binwas
Bentuk Isi Yang Menetapkan Keterangan
dan Acuannya
Perencanaan 1. Prioritas Binwas Mendagri mengacu Dapat dilakukan
Binwas 5 pada RPJMN perubahan
Tahunan 2. Sasaran dan Target berdasarkan
Binwas kebutuhan sesuai
dengan ketentuan
Perencanaan 1. Fokus Binwas yang Mendagri paling peraturan
Binwas disusun berbasis lambat akhir april, perundang-
Tahunan prioritas dan risiko; berdasarkan undangan.
masukan K/L dan
2. Sasaran binwas ; dan KDh. Program binwas
wajib dicantumkan
3. Jadwal pelaksanaan dlm dokumen
binwas perencanaan dan
anggaran setiap K/L
dan Pemda
Bab IV. Tata Cara Binwas

Pelaksanaan Binwas

Bentuk Pelaksana Dasar Hukum


Pembinaan Umum Unit kerja lingkup Kemendagri
Tata cara binwas umum
Pengawasan APIP Kemendagri diatur dalam Permendagri
Umum

Pembinaan Teknis Unit Kerja Lingkup K/L


Tata cara binwas teknis diatur
dalam Peraturan Menteri
Pengawasan Teknis APIP K/L Teknis/Kepala LPNK
Bab IV. Tata Cara Binwas

Pengawasan oleh APIP

Kompetensi Prinsip Tahapan Pengawasan


1. Profesional
Berdasarkan 2. Independen; 1. Penyusunan Dokumen Perencanaan
kompetensi yang 3. Objektif; dan Penganggaran Daerah;
dimiliki terkait 4. Tidak Tumpang 2. Pelaksanaan Pembinaan
dengan Tindih Antar-APIP; Penyelenggaraan Pemerintahan
pelaksanaan dan Daerah;
pengawasan 5. Berorientasi Pada 3. Pelaksanaan Program Strategis
urusan Perbaikan dan Nasional di Daerah;
pemerintahan Peringatan Dini 4. Berakhirnya Masa Jabatan Kepala
yang menjadi Daerah Untuk Mengevaluasi Capaian
kewenangan Rencana Pembangunan Jangka
daerah Menengah Daerah; dan
5. Pengawasan Dalam Rangka Tujuan
Tertentu Sesuai Dengan Ketentuan
21
PERBEDAAN PERAN APIP DALAM UU 32/2004 DAN UU 23/2014

SUBSTANSI UU 34/2004 UU 23/2014

Pengawasan umum Tidak diatur secara jelas, Diatur dgn jelas terdiri dari 10 Aspek Umum:
dijabarkan di Permendagri 23/2007 Pembagian Urusan, kelembagaan, Kepegawaian,
meliputi kebijakan, kelembagaan, keuangan daerah, pembangunan daerah,
keuangan, kepegawaian dan aset pelayanan publik di daerah, kerjasama daerah,
kebijakan daerah, KDH dan DPRD serta bentuk
was lain
Tidak diatur secara jelas, Pengawasan terhadap teknis substansi urusan
Pengawasan teknis pemerintahan dan penerapan teknis Standar
dijabarkan dalam PP 79/2005
Pelayanan Minimum (SPM) dan Norma
Standar Prosedur dan Kriteria

Tidak diatur secara jelas, Murni sebagai binwas perangkat daerah


Peran Inspektorat Daerah dijabarkan di PP 79/2005

Pengawasan umum dan Tidak diatur secara jelas, Perangkat Gubernur sebagai wakil pemerintah
teknis ke kab/kota dijabarkan di PP 79/2005 oleh
APIP Provinsi
Koordinasi APIP dan APH Tidak diatur Sebelum melakukan penanganan pengaduan
masyarakat, APIP dan APH saling
berkoordinasi
Sanksi Tidak diatur APIP melakukan proses pengenaan sanksi
administrasi
Bab IV. Tata Cara Binwas

Binwas oleh Kepala Daerah

Obyek Pelaku Bentuk Lingkup Keterangan

Perangkat Gubernur dibantu 1. Audit, 1. perencanaan, Binwas oleh


Daerah Prov Inspektorat Prov 2. Reviu, 2. Penganggaran Inspektorat Prov
3. Monitoring, 3. Pengorgani- dapat dibantu
4. Evaluasi, sasian Itjen
5. Pemantauan 4. pelaksanaan, Kemendagri dan
6. Bimtek 5. pelaporan, Inspektorat K/L
Perangkat Bupati/Walikota 7. Binwas 6. evaluasi,
Daerah kab/ dibantu lainnya 7. pertanggung-
kota Inspektorat jawaban
Kab/Kota penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah.
Bab IV. Tata Cara Binwas

Binwas KDh terhadap Perangkat Daerah


Lingkup Prinsip

1. Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Yang 1. Pemeriksaan dan Penilaian Atas Manfaat


Menjadi Kewenangan Daerah; dan Keberhasilan Kebijakan Serta
2. Pelaksanaan TP Yang Bersumber Dari Pelaksanaan Program Dan Kegiatan;
APBD ; 2. Pemeriksaan Secara Berkala atau
3. Ketaatan Terhadap Ketentuan Per-uu-an Sewaktu-waktu maupun Pemeriksaan
Termasuk Ketaatan Pelaksanaan NSPK Terpadu;
dalam Tahap Perencanaan, 3. Reviu Terhadap Dokumen atau Laporan
Penganggaran, Pengorganisasian, Secara Berkala atau Sewaktu-waktu dari
Pelaksanaan, Pelaporan, Evaluasi, dan Perangkat Daerah;
Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan 4. Pengusutan Atas Kebenaran Laporan
Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Mengenai Adanya Indikasi Terjadinya
Kewenangan Daerah; Penyimpangan, KKN;
4. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan 5. Monev Terhadap Program dan Kegiatan
Daerah Yang Bersumber Dari APBD Perangkat Daerah.
Bab IV. Tata Cara Binwas

Binwas Bupati/Walikota Terhadap Desa


Subyek Tinjut dan Obyek Binwas
Pengawas Pemantauan Itkab/Kota thd Desa
Tinjut hasil Binwas Akuntabilitas pengelolaan keuangan
Bupati/Walikota Desa oleh Perangkat desa, meliputi:
dibantu camat Daerah 1. LPj pengelolaan keuangan desa;
dan Inspektorat 2. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan
Kab/Kota Pemantauan hasil keuangan desa; dan
Binwas Desa oleh 3. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan
Inspektoprat Kab/Kota ketentuan

Inspektorat Kab/Kota harus berkoordinasi


dengan camat, menyamopaikan hasil ke
KDh
Bab IV. Tata Cara Binwas

Pengawasan Oleh DPRD


Sifat Lingkup Hak DPRD Pembahasan
dan klarifikasi
Kebijakan 1. Pelaksanaan Dalam pengawasan atas pelaksanaan Hanya
Perda dan TLHP BPK, DPRD mempunyai hak: dilakukan
Perkada 1.Mendapatkan LHP BPK; terhadap LHP
2. Pelaksanaan 2.Melakukan pembahasan terhadap BPK yang tidak
Per-UU-an lain LHP BPK ; mendapatkan
terkait daerah 3.Meminta klarifikasi atas temuan LHP opini WTP.
3. Pelaksanaan BPK;
TLHP BPK 4.Meminta kepada BPK untuk Ketentuan lebih
melakukan pemeriksaan lanjutan lanjut diatur
dalam Tatib
DPRD.
Bab IV. Tata Cara Binwas

Pengawasan Oleh Masyarakat


Pengadu Obyek Yang Diadukan Syarat Pengaduan
1. Perorangan, Laporan atau pengaduan Diajukan secara tertulis yang
2. Perwakilan Kelompok atas dugaan memuat paling sedikit:
Pengguna Pelayanan, penyimpangan yang 1. Nama dan Alamat Pihak Yang
3. Perwakilan Kelompok dilakukan oleh: Melaporkan;
Pemerhati, 1. KDh 2. Nama, Jabatan, dan Alamat
4. Perwakilan Badan 2. Wakil KDh Lengkap Pihak Yang Dilaporkan;
Hukum Yang 3. Anggota DPRD 3. Perbuatan Yang Diduga
Mempunyai 4. ASN di instansi daerah Melanggar Ketentuan Per-UU-
Kepedulian Terhadap Perangkat desa an;
Penyelenggaraan 4. Keterangan Yang Memuat Fakta,
Pemerintahan kepada APIP dan/atau Data, atau Petunjuk Terjadinya
Daerah. aparat penegak hukum. pelanggaran.
Bab IV. Tata Cara Binwas

Pelaporan Hasil Binwas


APIP menuangkan hasil LHP APIP bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kepada
pengawasan dalam LHP. publik, dan tidak boleh diberikan kepada publik
Disampaikan kepada pimpinan kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan
instansi.

Pelapor Terlapor
Bupati/Walikota GWPP
Gubernur sebagai KDh dan Mendagri
GWPP
Menteri/Kepala LPNK Presiden melalui Mendagri
Mendagri Presiden dengan disertai Ikhtisar.
Bab IV. Tata Cara Binwas

TINJUT DUMAS

APIP DAN APH KOORDINASI STATUS

 Pemberian Info  Administratif


 APIP dan APH
 Verifikasi  Pidana
Koordinasi Tinjut
 Puldaket  Berita Acara : Rahasia
Dumas
 Paparan
 Dumas harus
 Bentuk koordinasi lain
penuhi syarat
Tinjut Hasil
 KDh, Wakil KDh dan Ka. Satker wajib Binwas
tinjut hasil binwas

 Wakil KDh sebagai koordinator tinjut binwas


dibantu inspektorat daerah

 TP dan atau TGR diproses sesuai Per-UU-an

 Diluar TP dan atau TGR wajib diselesaikan paling


lama 60 hari kerja setelah LHP diterima

 Selama proses tinjut hasil binwas, tidak dapat


dipidana, kecuali ditentukan lain oleh per-UU-an
 APIP memantau dan memutakhirkan
paling sedikit 2 x/th.
Penghargaan Oleh Presiden

• Susun Indeks
Daerah • Memberikan
• Susun Peringkat penghargaan ke
• Unjuk kerja
Kinerja daerah dg peringkat
• Terpilih kinerja tertinggi
Penyelenggaraan
Pemda nasional.

Mendagri Presiden
Fasilitasi Khusus

Menteri, K/L
• Membina kab/kota • Dilakukan fasilitasi
yang berkinerja • Membina prov khusus
pelaks urusan yang berkinerja
konkuren rendah. pelaks urusan
konkuren rendah.
Tidak Ada
Gubernur
Perbaikan Kinerja ?
Fasilitasi Khusus

Bentuk Masih Gagal? Evaluasi

Keterlibatan langsung  Ambil alih urusan  Masih gagal ? tetap


dalam perumusan dan oleh Menteri, K/L diambil alih.
pengarahan  Pelaks urusan yg  Sudah bagus ?
pelaksanaan kebijakan; diambil alih dg Serahkan kembali
Advokasi dan biaya APBD
pengkajian
Analisis kemungkinan
dampak
Pilihan tindakan
pengurangan risiko
Alokasi ASN
Bentuk fasilitasi khusus
lainnya
SANKSI ADMINISTRATIF

SUBJEK JENIS
SANKSI

OBYEK
PENGAWASAN APIP
TERHADAP LARANGAN UU 23/2014
PENYALAHGUNAAN 01
 Subyek yang dikenakan sanksi KDH, WKDH dan
DPRD
WEWENANG YANG  Terdapat 19 Jenis tindakan materil yang
dikenakan sanksi seperti Jenis pelanggaran antara
DILAKUKAN OLEH PEJABAT lain keterlambatan pengesahan APBD, pejabat

PEMERINTAHAN pemerintahan yang pergi keluar negeri tanpa izin,


dll
 Subyek yang mengenakan sanksi : Presiden
kepada Gubernur dan Mendagri kepada
Bupati/Walikota. Khusus untuk Pemberhentian
Sementara dan Pemberhentian serta teguran KDH
yang keluar negeri tanpa izin oleh Presiden
kepada Gubernur dan Mendagri kepada
bupati/walikota
 APIP Kemdagri dan melakukan pemeriksaan
sebelum penjatuhan sanksi sesuai
kewenangannya

UU 30/2014
 Subyek dikenakan sanksi seluruh pejabat
pemerintahan khususnya ASN
 Terdapat 3 jenis sanksi yaitu ringan, sedang
02 dan berat
 Penjatuhan sanksi oleh masing-masing
Menteri dan Kepala Daerah
 Inspektorat Daerah melakukan pemeriksaan
sebelum penjatuhan sanksi yang menjadi
wewenang KDH
Prinsip Pengenaan Sanksi

Prinsip 1 Prinsip 2 Prinsip 3


Sanksi kepada pejabat pemerintahan Apabila terdapat pejabat APIP berada dalam posisi untuk
esensinya agar penggunaan pemerintahan yang melanggar meyakinkan dan menguji
kekuasaan negara terhadap warga sumpah, janji, larangan dan tindakan pejabat tersebut, derajat
negara atau masyarakat haruslah kewajiban serta bertindak tidak kesalahan yang dilakukan dan
sesuai dengan asas-asas umum berdasarkan asas-asas umum jenis sanksi yang akan dikenakan
pemerintahan yang baik pemerintahan yang baik, harus kepada penyelenggara
ddikenakan sanksi pemerintahan daerah
JENIS SANKSI DALAM UU 23 TAHUN 2014

Subyek Jenis Sanksi


dikenakan Tidak Pemb
No LARANGAN Teg Pem Tun Pasal
sanksi Teg Dibayarkan erhent DA Am
uran Bin berh da
uran hak keu ian U/D bil
tertu sus entia eval
WKL DPR Daera II 3 6 seme BH Alih
KDH lis n uasi
KDH D h bulan bulan ntara
Tidak menjalankan
1 Program strategis X X X X X1 X1 68
nasional
Tidak menyampaikan
2 LPPD dan ringkasan X X X X 73
LPPD
Tidak menyampaikan
3 X X X X 73
LKPJ kpd DPRD
Menjadi pengurus
4 X X X1 77
perusahaan
Perjalanan Luar Negeri
5 X X X1 77
tanpa izin MDN
Meninggalkan tugas
dan wilayah kerja 7
6 X X X1 X1 X1 77
hari atau berturut-turut
dlm 1 bulan
37
Subyek Jenis Sanksi
dikenakan Tdk Dibayarkan Pember
Tegur Tegu Tund
No LARANGAN sanksi an Bins hak keuangan hentian Pemb DAU Ambi a Pasal
tertuli ran
II us sement erhent
ian
/DB l Alih evalu
H
KDH WKL DPRD Daerah s 3 6 ara asi
KDH bulan bulan
Tidak menyampaikan
7 Perda setelah X X 249
ditetapkan
Masih
memberlakukan Perda X X X 252
yg dibatalkan
8
Masih
memberlakukan Perda X X 252
yg dibatalkan
Masih
9 memberlakukan Pajak X X 252
Retribusi
Tidak
10 menyebarluaskan X X X X 254
perda
Tidak menyampaikan
11 X X X 266
RPJPD/RPJMD
Tidak menetapkan
12 X X 266
Perkada RKPD
38
Subyek Jenis Sanksi
dikenakan Tdk
Tegur Dibayarkan Pemb
No LARANGAN sanksi Tegu hak keuangan erhent Pemb Tunda Pasal
an Bins DAU/ Ambil
ran ian erhent evalu
tertuli us 3 6 semen ian DBH Alih
KDH
WKL
DPRD Daerah II asi
KDH s bulan bulan tara

Melakukan pungutan
13 X X 287
diluar UU
Tidak mengajukan
14 X X 311
Perda APBD
Tidak menyetujui
15 X X X 312
bersama RAPBD
Tidak
mengumumkan
16 X X X X 348
informasi pelayanan
publik
Tidak memberikan
17 X X X X 350
pelayanan peizinan
Tidak melaksanakan
18 X X 351
rekomOmbudsman
Tidak
mengumumkan
19 X X X X 394
informasi bangda
dan keuda

39
Jenis Sanksi
Mengikuti
Program
Tidak
Pembinaan
Teguran Dibayarkan Hak
Pengambilalihan Khusus
Tertulis Keuangan
Kewenangan Pendalaman
Selama 6 Perizinan Bidang Pemberhentian
Bulan Pemerintahan

Tidak Penundaan Penundaan Atau Pemberhentian


Dibayarkan Hak Evaluasi Pemotongan Sementara
Keuangan Rancangan Dana Alokasi Selama 3 Bulan
Selama 3 Peraturan Umum dan/atau
Bulan Daerah Dana Bagi Hasil
Tahapan Sanksi Administratif
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang
melakukan pelanggaran administratif dijatuhi sanksi
administratif secara bertahap berupa:

01 Teguran
Tertulis.

02 Teguran Tertulis
Kedua

03 Pemberhentian Sementara
Selama 3 (Tiga) Bulan;
dan/atau

04
Pemberhentian
Bab VII. Pendanaan

BINWAS PUSAT

APBN

BINWAS DAERAH

APBD
Permendagri Tindak Lanjut
 Perencanaan dan penganggaran Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
PP 12/2017
Daerah yang bersumber dari APBD;
 Tata cara pembinaan dan pengawasan umum
(termasuk PAMJAB)
 Tata cara fasilitasi khusus dan tata cara
pengambilalihan pelaksanaan urusan pemerintahan
tertentu yang menjadi kewenangan daerah provinsi
dan kabupaten/kota.
 Pelaksanaan program pembinaan khusus
pendalaman bidang pemerintahan.
 Tata cara pengambilalihan kewenangan perizinan

Peraturan Teknis
 Tata cara pembinaan dan
pengawasan teknis
 Standarisasi dan sertifikasi
program diklat
 Nota Kesepahaman APIP dan
APH dalam Penanganan
Pengaduan Masyarakat
ISU AKTUAL
ISU1 ISU 3 ISU 5
Koordinasi Kemendagri dan Kesiapan Perangkat Gubernur Monitoring Daerah yang
Kementerian Teknis: Sebagai Wakil Pemerintah Pusat mencantumkan Program Binwas
 Penyusunan Tatacara Binwas Teknis Dalam Binwas Umum Dan Teknis Ke Penyelenggaraan Pemda dalam
 Jakbinwas 5 tahunan dan tahunan Kabupaten/Kota RPJMD dan APBD 2018

ISU 2 ISU 4
Kesiapan Perangkat (termasuk Implikasi Putusan MK terkait
kompetensi) Dalam Penjatuhan Pencabutan wewenang Pembatalan
Sanksi Administratif Kepada KHD, Perda terhadap penerapan sanksi
WKDH DAN DPRD administrasi
INVENTARISASI MASALAH

Bentuk organisasi perangkat GWPP


Apabila ex officio perangkat daerah Provinsi, perlu perhitungan
ulang beban kerja dan tipologi, karena desain OPD saat ini
bersifat ke internal tidak ke kabupaten/kota, seperti Inspektorat
Gorontalo = tipe C

Besaran Organisasi
Dalam UU 23/2014 kompetensi pengawasan GWPP adalah
APIP, shg perlu dilakukan perhitungan kebutuhan APIP untuk
melakukan pengawasan ke kabupaten/kota. Hal ini sejalan
dengan inpssing nasional sesuai Permenpan 26 tahun 2016

Perencanaan dan Penganggaran


Dalam UU 23/2014 disebutkan bahwa pembiayaan GWPP
bersumber dari APBN, sehingga perlu dirumuskan Standar
Biaya Masukan Lainnya (SBML), sehingga indeks harga dapat
disesuaikan dengan karektersitis daerah dan keluaran (tidak
berlaku umum)

Akuntabilitas Keuangan
Karena bersumber dari APBN, perlu didorong peningkatan
kompetensi pengelolaan dan pertanggungjawaban APBN
APA PERAN APIP DALAM PENGAWASAN ?

Lingkup Pengawasan Umum: Esensi Pengawasan Teknis

1. Pembagian urusan pemerintahan;


2. Kelembagaan daerah;
1. Capaian SPM
3. Kepegawaian pada perangkat daerah;
2. Ketaatan terhadap NSPK
4. Keuangan daerah;
3. Dampak Pelaksanaan
5. Pembangunan daerah;
Urusan Konkuren
6. Pelayanan publik di daerah;
4. Akubntabilitas
7. Kerja sama daerah;
pengelolaan APBN di
8. Kebijakan daerah;
daerah
9. Kepala daerah dan DPRD; dan
10. Bentuk pengawasan lain

DILAKSANAKAN OLEH APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH


APA PERAN APIP DALAM PENGAWASAN ?

WAS KDH KE PERANGKAT DAERAH:


WAS APIP ATAS AKUNTABILITAS KEUDES
WAS KDH KE PERANGKAT DAERAH
1. PELAKSANAAN URUSAN YG MENJADI 1. Laporan Pertanggungjawaban Keudes
KEWENANGANNYA 2. Efesiensi dan efektivitas pengelolaan keudes
2. PELAKSANAAN TP YANG BERSUMBER 3. Pelaksanaan Tugas Lain sesuai PerUU
DARI APBD
3. KETAATAN TERHADAP PERUU, NSPK
YG DITETAPKAN PEMERINTAH BAIK
DALAM TAHAP PERENCANAAN
SAMPAI EVALUASI PELAKS URUSAN
4. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

DILAKSANAKAN OLEH APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH


Mengapa Harus
Diawasi ?
INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA
SKOR DAN PERINGKAT IPK INDONESIA TAHUN 2018

Sumber: Transparency International Indonesia: 2018


RENDAHNYA RENDAHNYA BURUKNYA LEMAHNYA BURUKNYA TINGGINYA TINGGINYA
KEPERCAYAAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERGERAKAN INFRASTRUKTUR MASALAH SOSIAL/ KRIMINALITAS/
PUBLIK DAERAH EKONOMI RILL DAN PELAYANAN PENGANG GURAN KEJAHATAN
INTERNASIONAL PUBLIK
POSTUR APBN
PENDAPATAN
1786,4 T (PAJAK).
PENDAPATAN BELANJA 378,3 T (PNBP).
2165,1 T 2461,1 T
BEANJA
1634 T (PUSAT)
826,8 T (TRANSFER KE DAERAH)

APBD PROV/KAB/KOTA T.A 2019


PENDAPATAN PAJAK
PENDAPATAN: BELANJA:
1786,4 T
PROV: 331, 43 T PROV: 349,65 T
KAB/KOTA: 763,54 T KAB/KOTA: 804,20 T

BELANJA
HIBAH PNBP
400 M 378,3 T

1634 T (PUSAT)

826,8 T (TRANSFER
KE DAERAH)
POTRET PERILAKU KORUPSI DI INDONESIA

Kasus Korupsi Seluruh Indonesia s.d Tahun 2018

SWASTA BIROKRAT DPRD KDH


JUMLAH KORUPTOR 26 % 44% 19% 3%
Sebagian besar (82%) kasus korupsi merupakan kasus dengan nilai biaya korupsi di atas 100 juta. Kasus korupsi
terbanyak (40%) merupakan kasus korupsi dengan biaya korupsi sedang, antara 100 juta hingga 1 milyar.

Sebagian besar (44%) terpidana kasus korupsi berasal dari PNS. Terpidana terbanyak kedua adalah dari swasta (26%)
Sebagian kecil terpidana berasal dari lembaga independen (2%) dan kepala daerah (3%).
RESIKO YANG MEMPENGARUHI INRTEGRITAS

565 Pasangan Calon:


57 Gubernur/Wakil Gubernur 171 Daerah:
371 Bupati/Wakil Bupati 17 Provinsi, 115 Kabupaten, 39 Kota
137 Walikota/Wakil Walikota
1. BIAYA POLITIK TINGGI
5 Calon KDH OTT KPK 2. POLITIK RENT SEEKER
2 Calon KDH/WKDH
439 diusung Parpol Tersangka 3. IJON ANGGARAN
126 Independen 4. HEDONISME (GAYA HIDUP)
AREA RAWAN KORUPSI

PERENCANAAN DAN APBD/


ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PERIZINAN
POTRET HASIL PENGAWASAN UMUM PEMDA
INSPEKTORAT JENDERAL 2017 - 2018

Perencanaan & Pembagian Urusan


Penganggaran Pemerintahan
1. Telah diserahkan dokumen sarana dan prasarana, belum seluruhnya dilakukan
1. Tidak transparan; verifikasi.
2. Tidak selaras antara dokumen perencanaan dan dokumen anggaran; 2. telah diverifikasi, belum seluruhnya dicatat dalam neraca provinsi
3. Tahap penyusunan tidak semuanya dilalu dengan baik;
4. Besaran anggaran belum sesuai standar biaya;
5. Proses pembahasan dengan DPRD tidak sesuai dengan ketentuan;
6. Pokok pokok pikiran DPRD tidak sejalan dengan RKPD;
7. Pemecahan paket pada penetapan dokumen anggaran; dan Hibah dan Bansos
8. Tidak akuratnya RKPD-RPJMD, Renja RKPD-RKPD, KuA PPAS-
RKPD dan RKA SKPD 1. Penerima hibah tidak diuraikan terinci dalam RKA PPKD dan lampiran
APBD III/IV
2. Penerima hibah tidak melalui tim verifikasi
3. Tidak mendapatkan pertimbangan TAPD
Pajak dan Retribusi 4. Penerima hibah berulang
5. Tidak didukung oleh NPHD Pengadaan Barang & Jasa
1. Penurunan nilai potensi pendapatan daerah; 6. Tanpa usulan proposal
7. Tidak membuat laporan pertanggung jawaban 1. Perencanaan:
2. Pencatatan realisasi penerimaan tidak transparan;
 HPS tidak akurat
3. Bagi hasil pajak daerah yang tidak terdistribusi dengan baik;
 Tidak sesuai dengan kebutuhan rill
4. Manipulasi data wajib pajak.
 Spesifikasi diarahkan pada rekanan tertentu
 Mark up
Perizinan 2. Pemilihan:
Perjalanan Dinas  Sistem evaluasi tidak akurat
1. Belum adanya peta tunggal;  Benturan kepentingan
1. Melebihi Standar Biaya; 2. Tumpang tindih ijin/wewenang; 3. Pelaksanaan:
2. Fiktif; 3. Ijin tidak sesuai ketentuan;  Fiktif
3. Tidak didukung bukti;  Tanpa jaminan pelaksanaan
4. Peruntukan yang tidak tepat; 4.Proses izin yang Panjang;  Aset tidak dapat dimanfaatkan
5. Pemborosan; dan 5. Perusahaan tidak memiliki NPWP;
6. Hasil perjalanan dinas yang tidak bermanfaat. 6. 4000 izin tidak Cear and Clean; dan
7. Pengusahan tidak membayar jaminan
finansial.
STRATEGI PENGAWASAN

KEBIJAKAN PENGAWAS
AN
Identifikasi permasalahan dan solusi
Bab IV. Tata Cara Binwas

Perencanaan Binwas
Bentuk Isi Yang Menetapkan Keterangan
dan Acuannya
Perencanaan 1. Prioritas Binwas Mendagri mengacu Dapat dilakukan
Binwas 5 pada RPJMN perubahan
Tahunan 2. Sasaran dan Target berdasarkan
Binwas kebutuhan sesuai
dengan ketentuan
Perencanaan 1. Fokus Binwas yang Mendagri paling peraturan
Binwas disusun berbasis lambat akhir april, perundang-
Tahunan prioritas dan risiko; berdasarkan undangan.
masukan K/L dan
2. Sasaran binwas ; dan KDh. Program binwas
wajib dicantumkan
3. Jadwal pelaksanaan dlm dokumen
binwas perencanaan dan
anggaran setiap K/L
dan Pemda
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERMENDAGRI NO 35
TAHUN 2018
Pasal 1 Pasal 5 Pasal 7
Pasal 3
Defenisi Operasional Pendanaan Penutup
Tema “APIP Bekerj
APBN
Pasal 2 a Mencegah Korup Pasal 6
APBD
Ruang Lingkup si” Peralihan GWPP bel
Pasal 4 um terbentuk oleh
Lampiran perangkat daerah

33 Kegiatan Pengawasan Sasaran Pengawasan Fokus Pengawasan Binwas KDH kepad


1.Kapasitas APIP (3) 1.Pengawasan Umum (6) A. WAS UMUM a Perangkat Daera
1.Perencanaan & Anggaran(5)
2.Asistensi (5) 2.Teknis (2) h (6)
2.Pajak & Retribusi (4)
3.Reviu (8) 3.Hibah & Bansos (3)
4.Monev (15) 4.PBJ (3)
5.Pemeriksaan (2) 5.Perizinan (3)
6.Perjalanan Dinas (3)
B. Teknis
32 urusan concurrent + Urusan PU
M
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA


1. Peningkatan Kapasitas APIP
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA


2. Asistensi/Pendampingan
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEGIATAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMDA

3. Reviu
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA


4. Monitoring dan Evaluasi
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA


5. Pemeriksaan
FOKUS PENGAWASAN UMUM D. PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Perencanaan pengadaan barang dan ja
A. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAE sa;
RAH 2. Implementasi e-procurment dan e-katalo
1. Implementasi e-planning dan e-budgeting;
g;
2. ketaatan perencanaan kebijakan Rencana Kerja Peme
3. Unit Layanan Pengadaan (ULP).
rintah Daerah (konsistensi dan ketepatan waktu);
3. capaian target Rencana Kerja Pemerintah Daerah; E. PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SEKTOR
4. Transparansi (Sistem Informasi keuangan dan pemba MINERBA, PERKEBUNAN , KEHUTANAN
ngunan Daerah); dan 1. Inventarisasi izin yang dikeluarkan;
5. Ketepatan waktu tahapan dan penetapan peraturan da 2. Pemenuhan persyaratan pemberian izin (ke
erah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daer sesuaian dengan tata ruang, analisis damp
ah. ak lingkungan, analisis dampak lalu lintas, k
eputusan izin lingkungan, dan SOP); dan
B. PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH 3. Kewajiban pemegang izin (jaminan finansial
: pelaksanaan, reklamasi, pasca tambang d
1. Penetapan target pendapatan dari pajak dan retribusi; an penutupan tambang).
2. Bagi hasil pajak daerah;
3. Capaian target, pemberian insentif kepada instansi pemungut; F. PERJALANAN DINAS
dan
4. Sumbangan pihak ketiga 1. Tertib administrasi dan pertanggungjawaban perj
alanan dinas ke luar negeri kepala daerah, wakil
C. HIBAH DAN BANSOS kepala daerah dan anggota DPRD;
1. Penerapan sistem aplikasi e-budgeting dan sistem aplikasi e-repor 2. Rasio anggaran perjalanan dinas terhadap APBD
ting; ; dan
2. Verifikasi dan penetapan penerima hibah dan bantuan sosial; 3. Analisis kewajaran standar biaya satuan perjalan
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan hibah dan bant an dinas
uan sosial; dan
4. Pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial.
INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”

Sasaran Fokus Peran API Indikator 2019


P
Perencanaan Implementasi e-planning Monitoring e-planning & e-budge
& Anggaran & e-budgeting ting efektif
Konsistensi dan ketepata Reviu RPJMD – RKPD – K
n waktu Monitoring UA PPAS – RKA - AP
BD konsisten
Capaian target Monitoring Konsisten target dan
Audit realisasi
Transparansi Monitoring Terpublikasi SIKPD
Ketepatan waktu penetap Monitoring APBD tepat waktu
an APBD Reviu
INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”
Sasaran Fokus Peran API Indikator 2019
P
Hibah & Banso Verifikasi penetapan pen Reviu Tidak ada penerima fi
s erima ktif dan tidak tepat sa
saran
HIBAH & BAN SOP Evaluasi SOP Handal
SOS Pertanggungjawaban Audit Tidak ada realisasi fik
tif
PBJ Perencanaan pengadaan Reviu BMD sesuai kebutuh
an bukan keinginan

e-proc dan e-katalog Evaluasi Terdapat katalog loka


PENGADAAN BARAN l
G & JASA Kelembagaan ULP Evaluasi ULP mandiri dan jafu
ng pengadaan
PENGAWASAN TEKNIS KESEHATAN

UU NO 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

69
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

Pasal 12 ayat (1) huruf b.


UU NO 23 TAHUN 2014 (Merupakan Urusan Wajib Pelayanan Dasar)
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Lampiran Huruf B UU 23/2014

Terdiri dari 4 (empat) Sub Urusan

3
UPAYA SEDIAAN FARMASI, ALAT

1 KESEHATAN KESEHATAN, DAN


MAKANAN MINUMAN

4
SUMBER DAYA MANUSIA PEMBERDAYAAN

2 (SDM) KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG


KESEHATAN
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN
SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA

Perlindungan a. Pengelolaan upaya kesehatan perorangan a. Pengelolaan UKP rujukan tingkat a. Pengelolaan UKP Daerah
Perempuan (UKP) rujukan nasional/lintas Daerah Daerah provinsi/lintas Daerah kabupaten/kota dan rujukan
provinsi. kabupaten/kota. tingkat Daerah kabupaten/kota.
b. Pengelolaan upaya kesehatan masyarakat b. Pengelolaan UKM Daerah provinsi dan b. Pengelolaan UKM Daerah
(UKM) nasional dan rujukan nasional/lintas rujukan tingkat Daerah kabupaten/kota dan rujukan
Daerah provinsi. provinsi/lintas Daerah tingkat Daerah kabupaten/kota.
c. Penyelenggaraan registrasi, akreditasi, dan kabupaten/kota. c. Penerbitan izin rumah sakit kelas
standardisasi fasilitas pelayanan kesehatan c. Penerbitan izin rumah sakit kelas B C dan D dan fasilitas pelayanan
publik dan swasta. dan fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan tingkat Daerah
d. Penerbitan izin rumah sakit kelas A dan tingkat Daerah provinsi. kabupaten/kota
fasilitas pelayanan kesehatan penanaman
modal asing (PMA) serta fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat nasional

Sumber Daya Manusia a. Penetapan standardisasi dan registrasi Perencanaan dan pengembangan SDM a. Penerbitan izin praktik dan izin
(SDM) Kesehatan tenaga kesehatan Indonesia, tenaga kesehatan untuk UKM dan UKP Daerah kerja tenaga kesehatan.
kesehatan warga negara asing (TK-WNA), provinsi. b. Perencanaan dan pengembangan
serta penerbitan rekomendasi pengesahan SDM kesehatan untuk UKM dan
rencana penggunaan tenaga kerja asing UKP Daerah kabupaten/kota.
(RPTKA) dan izin mempekerjakan tenaga
asing (IMTA)
b. Penetapan penempatan dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis bagi Daerah yang tidak
mampu dan tidak diminati.
c. Penetapan standar kompetensi teknis dan
sertifikasi pelaksana Urusan Pemerintahan
bidang kesehatan
d. Penetapan standar pengembangan
kapasitas SDM kesehatan.
e. Perencanaan dan pengembangan SDM
kesehatan untuk UKM dan UKP Nasional
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN
SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA

Sediaan Farmasi, Alat a. Penyediaan obat, vaksin, alat kesehatan, a. Penerbitan pengakuan pedagang a. Penerbitan izin apotek, toko obat,
Kesehatan, dan Makanan dan suplemen kesehatan program nasional. besar farmasi (PBF) cabang dan toko alat kesehatan dan optikal. b.
Minuman b. Pengawasan ketersediaan pemerataan, dan cabang penyalur alat kesehatan (PAK) Penerbitan izin usaha mikro obat
keterjangkauan obat dan alat kesehatan. b. Penerbitan izin usaha kecil obat tradisional (UMOT). c. Penerbitan
c. Pembinaan dan pengawasan industri, tradisional (UKOT). sertifikat produksi alat kesehatan
sarana produksi dan sarana distribusi kelas 1 (satu) tertentu dan PKRT
sediaan farmasi, obat tradisional, alat kelas 1 (satu) tertentu perusahaan
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga. d. Penerbitan izin
rumah tangga (PKRT), bahan obat, bahan produksi makanan dan minuman
baku alam yang terkait dengan kesehatan. pada industri rumah tangga. e.
d. Pengawasan pre-market obat, obat Pengawasan post-market produk
tradisional, kosmetika, alat kesehatan, makanan-
PKRT, dan makanan minuman.
e. Pengawasan post-market obat, obat
tradisional, kosmetika, alat kesehatan,
PKRT, dan makanan minuman.

Sumber Daya Manusia a. Penetapan standardisasi dan registrasi Perencanaan dan pengembangan SDM a. Penerbitan izin praktik dan izin
(SDM) Kesehatan tenaga kesehatan Indonesia, tenaga kesehatan untuk UKM dan UKP Daerah kerja tenaga kesehatan.
kesehatan warga negara asing (TK-WNA), provinsi. b. Perencanaan dan pengembangan
serta penerbitan rekomendasi pengesahan SDM kesehatan untuk UKM dan
rencana penggunaan tenaga kerja asing UKP Daerah kabupaten/kota.
(RPTKA) dan izin mempekerjakan tenaga
asing (IMTA)
b. Penetapan penempatan dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis bagi Daerah yang tidak
mampu dan tidak diminati.
c. Penetapan standar kompetensi teknis dan
sertifikasi pelaksana Urusan Pemerintahan
bidang kesehatan
d. Penetapan standar pengembangan
kapasitas SDM kesehatan.
e. Perencanaan dan pengembangan SDM
kesehatan untuk UKM dan UKP Nasional
PRIORITAS PENGAWASAN TEKNIS URUSAN KESEHATAN
TAHUN 2019
Permendagri Nomor 35 Tahun 2018
tentang Kebijakan Pengawasan Penyelenggaraan
Was Teknis Thd Daerah Pemerintahan Daerah Tahun 2019: Was Teknis Thd Daerah
Provinsi Kabupaten/Kota
Lampiran B. Nomor 2 huruf
Lampiran B. Nomor 1 huruf b. b.

1. Program Eliminasi TBC; 1. peningkatan kesehatan ibu dan


2. Program Peningkatan Mutu dan Urusan
anak; dan
Cakupan Imunisasi;
3. Program Penurunan Stunting; 2. peningkatan penduduk yang
4. Program Pencegahan Fraud JKN; menjadi peserta BPJS kesehatan
5. Program Pengawasan Nusantara dan penduduk yang menjadi
Sehat; Kesehatan peserta penerima bantuan iuran
6. Program Ketersediaan Obat (PBI) melalui Jaminan Kesehatan
Esensial; dan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia
7. Dana Alokasi khusus Bidang Sehat (KIS).
Kesehatan
PENGAWASAN DAK FISIK
DAK Menurut UU 33/2004 dan UU No.23/2014

UU 23/2014 pasal 1 (angka 48)


Pasal UU 33/2004 pasal 1 (angka 23)
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya dise
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebu Kriteria Penetapan DA but DAK, adalah dana yang bersumber
t DAK, adalah dana yang bersumber dari K: dari pendapatan APBN yang dialokasika
pendapatan APBN yang dialokasikan kep 1.Daerah tertentu n kepada Daerah tertentu dengan tujua
ada Daerah tertentu dengan tujuan untu 2.Membantu mendanai n untuk membantu mendanai kegiatan
k membantu mendanai kegiatan khusu kegiatan khusus khusus yang merupakan Urusan Peme
s yang merupakan urusan Daerah dan s 3.Urusan Daerah rintahan yang menjadi kewenangan D
esuai dengan prioritas nasional. 4.Prioritas Nasional aerah.

Penggunaan Transfer Ke Daerah (Dana Perimbangan)

Penggunaan yang bersifat Umum: Penggunaan yang Sudah Ditentukan (Earmark):


a.DBH PBB; a)DBH CHT;
b.DBH PPh Pasal 21, Pasal 25, dan Pasal 29; b)DBH Kehutan Dana Reboisasi (DBH-DR);
c.DBH SDA Minyak Bumi; c)DBH SDA Tambahan Minyak Bumi dan Gas Bumi untuk Otsus di Pr
d.DBH SDA Gas Bumi; ovinsi Aceh;
e.DBH SDA Pengusaaan Panas Bumi; d)DBH SDA Tambahan Minyak Bumi dan Gas Bumi untuk Otsus di Pr
f.DBH SDA Mineral dan Batubara; ovinsi Papua Barat;
g.DBH SDA Perikanan;
h.DBH SDA Kehutanan Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan
e)Dana Transfer Khusus/DAK (Fisik dan Nonfisik);
f)Dana Otsus;
(IIUPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH);
g)Dana Tambahan Infrastruktur untuk Otsus Papua dan Papua Barat;
i.DAU; dan
h)Dana Keistimewaan DIY.
j.DID

Rujukan sesuai Pasal 118 dan 124 ayat (2) PMK No.50/PMK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer Daerah dan Dana Desa.

75
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TA 2018-2019 DALAM RAPBN TA
2019
Miliar Rupiah
1. Anggaran Transfer ke Daerah d
alam RAPBN Tahun 2019 direnca
nakan sebesar Rp759.347,5 M at
au meningkat Rp55.725,2 M (7,9
persen) dibandingkan Tahun 201
8
2. Peningkatan disebabkan:
a. Peningkatan pagu DBH dan DAU
akibat kenaikan Pendapatan Neg
ara;
b. Peningkatan pagu DAK Fisik terk
ait pelaksanaan percepatan pemb
angunan bidang pendidikan; dan
c. Peningkatan pagu DAK Nonfisik t
erkait penambahan jenis DAK No
nfisik baru dan pengalokasian BO
S afirmasi berbasis kinerja.

• Dana Transfer Khusus diarahkan untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi kewenangan daerah, sesuai dengan priorit
as daerah dan nasional;
• Dana Transfer Khusus terdiri dari DAK Fisik dan DAK Nonfisik
• Dalam RAPBN Tahun 2019, anggaran Dana Transfer Khusus direncanakan sebesar 208.391,9 Miliar atau meningkat sebe
sar Rp31.695,9 miliar (17,9 persen) apabila dibandingkan dengan outlook tahun 2019.
76
Pokok-pokok kebijakan DAK Fisik Pada TA 2019

1 Pengalokasian DAK Fisik dilaksanakan berdasarka 2 Percepatan penyediaan infrastruktur di daerah yang terkait deng
n usulan daerah dengan memperhatikan: prioritas an pelayanan dasar untuk pemenuhan Standar Pelayanan Mini
nasional, kemampuan keuangan negara, dan/ata mal (SPM), penambahan subbidang Gelanggang Olahraga d
u tata kelola keuangan negara yang baik; an Perpustakaan Daerah di bawah bidang pendidikan serta p
engembangan industri, perdagangan, pariwisata, dan sektor
perekonomian lainnya;

3 Penguatan proses sinkronisasi dengan menginte Pengalokasian memperhatikan kinerja pelaksanaan tahun-tah
4
grasikan aplikasi perencanaan DAK Fisik dalam a un sebelumnya;
plikasi KRISNA (Kolaborasi Perencanaan dan Infor
masi Kinerja Anggaran); dan

5 Mempertajam sinkronisasi antara kegiatan yang did 6 Penyempurnaan proses penyaluran yang dilakukan melalui:
anai DAK Fisik dengan belanja K/L, untuk menghin
dari duplikasi pendanaan untuk kegiatan yang sa a. Penyaluran per bidang, dengan pembatasan waktu peny
ma dan tumpang tindih antarjenis pendanaan; ampaian laporan per tahap;

b. Penyaluran berbasis kinerja pelaksanaan (laporan peny


erapan dan capaian output); dan

c. Penyaluran melalui KPPN setempat sehingga lebih mem


udahkan bagi pemerintah daerah.

77
Kebijakan DAK Fisik TA 2019

10 Bidang 6 Bidang 9 Bidang


DAK Reguler DAK Afirmasi DAK Penugasan
Bertujuan untuk membantu mendanai kegi Bertujuan untuk membantu percepat
pembangunan infrastruktur dan pelay
Bertujuan untuk mendukung pencapaian priorit
atan penyedian pelayanan dasar sesuai UU
anan dasar pada lokasi prioritas yang as nasional tahun 2019 yang menjadi kewenan
No.23/2014 dengan target pemenuhan SPM
termasuk kategori daerah perbatasan, gan daerah dengan lingkup kegiatan spesifik d
dan ketersediaan sarana dan prasarana kepulauan, tertinggal, dan transmigra an lokasi prioritas tertentu
si (Area/Spatial Based).

Pendidikan Perumahan P Kelautan P


ermukiman erikanan Pendidikan Jalan Irigasi
(Vokasi)
Pendidikan Perumahan Per Kesehatan
mukiman

Kesehatan KB Sanitasi Pariwisata


Pasar Lingkungan Sanitasi
Transportasi Air Minum Hidup Kehu
Sanitasi
tanan

Air Minum Pertania Air Minum


n Pariwisata
Kesehatan

Jalan IKM
78
PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
TAHAPAN PROGRAM KERJA REVIU
REVIU DAK FISIK TAHUN ANGGARAN SE
BELUMNYA
REVIU DAK FISIK TAHAP I
REVIU DAK FISIK TAHAP II
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai