Anda di halaman 1dari 23

Pembimbing:

dr. Herman W. Hadiprodjo, SpRad

Oleh:
Sri Devii
406162039

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RS Royal Taruma
Periode 26 November-29 Oktober 2018
DEFINISI
Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
 keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi
tidak lagi dalam posisi anatomis (tulang terlepas dari persendian).
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya
(mangkuk sendi)
 Subluksasi : dislokasi parsial (sebagian) permukaan persendian
kadang dapat muncul dan berganti dengan episode dislokasi total

*
ANATOMI
Secara anatomi sendi bahu  sendi peluru (ball and socket joint) terdiri
atas bonggol sendi dan mangkuk sendi
- Sendi bahu  tulang  scapula (shoulder blade), clavicula (collar
bone),humerus (upper arm bone), dan sternum
- Daerah sendi  sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi
acromioclavicular, sendi scapulothoraca  bekerja sama secara
sinkron
Sendi dan Fungsinya
1. Sendi glenohumeralis
2. Sendi Sternoclaviculare
3. Sendi Acromioclaviculare Osteokinematika
4. Sendi Scapulothoracicus

Otot Penggerak Sendi Bahu


Deltoid, supraspinatus, infraspinatus,
subscapularis, teres minor, teres mayor, latisimus
dorsi, coracobrachialis, pectoralis mayor

Otot Penggerak Pergelangan Bahu


 Seratus anterior, rhomboideus mayor – minor,
levator scapula, pectoralis minor, subclavia,
trapezius,
Biomekanika Sendi Bahu

A. Gerakan dan luas gerak sendi B. Pengukuran ROM (Luas Gerak Sendi) Bahu
bahu  Alatnya disebut Goniometer. Untuk
mengukur LGS dibutuhkan 3 titik atau
- Gerakan scapula  elevasi -
minimal 2 titik. Titik pertama terletak
depresi, abduksi- adduksi,
diatas sendi yang akan diukur, titik kedua
Upward rotation dan downward
terletak pada sendi itu sendiri sedangkan
rotation, Upward tilt dan
titik ketiga berada dibawah sendi yang
reduction of upward tilt.
akan diukur.
- Gerakan humerus  fleksii-
ekstensi, abduksi-adduksi, fleksi
– ekstensi horizontal, rotasi 2 macam sistem pengukuran LGS :
- ISOM ( International standart Orthopaedic
measurement)
- AAOOS (American Academy of Orthopaedic
Surgeon)
* Patofisiologi
- Jatuh  bertumpu pada tangan dan bahu. Humerus terdorong
kedepan  merobek kapsul /menyebabkan tepi glenoid teravulsi,
kadang bagian posterolateral kaput hancur
- Pada dislokasi berulang, labrum dan kapsul sering terlepas dari
lingkar anterior glenoid.
* Etiologi
- Cedera olah raga : ski,senam, volley, sepak bola, basket
- Trauma : kecelakaan
- Terjatuh : lantai licin
- Patologis : Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul
articuler yang merupakan kompenen vital penghubung
tulang

Klasifikasi
Dislokasi Congenital  kesalahan pertumbuhan.
Dislokasi Patologik  penyakit sendi / jaringan sekitar sendi (tumor, infeksi,
osteoporosis )
Dislokasi Traumatik  Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat
oedema (karena mengalami pengerasan).
Berdasarkan tipe kliniknya dislokasi traumatik dibagi :
* Dislokasi Akut  pada shoulder, elbow, dan hip.disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi.
* Dislokasi Kronik
* Dislokasi Berulang  pada shoulder joint dan patello femoral joint,
sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Klasifikasi Dislokasi Bahu (shoulder
dislocation)
A. Dislokasi Anterior
Dislokasi preglenoid, subcoracoid,
subclaviculer
Manifestasi :
* Khas : penderita biasanya
menyangga lengan yang cedera
pada bagian siku dengan
menggunakan tangan sebelahnya.
* Lengan dalam posisi abduksi
ringan
* Kontur terlihat ‘squared off’
* Nyeri yang sangat.
X ray : AP dan axial atau “Y” Scapular view akan membantu
membedakan dislokasi anterior dengan posterior, dan menyingkirkan
fraktur lain.
Terapi :
* Isolated anterior dislocation : Manipulasi dan reduksi (dengan
bermacam-macam teknik) dibawah conscious sedation.
* Dislokasi anterior dengan fraktur tuberositas humerus mayor atau
minor : Manipulasi dan reduksi dibawah conscious sedation.
* Dislokasi anterior dengan fraktur proksimal shaft humeral :
Manipulasi dan reduksi dibawah general anestesi, pertimbangkan
ORIF.
Teknik manipulasi dan reduksi

Teknik Cooper-Milch Teknik Hipocrates

Teknik kocher
Teknik Countertraction

Teknik Spaso Teknik Stimson’s


B. Dislokasi Posterior
 trauma langsung sendi bahu dalam keadaan rotasi interna, serta
terjulur / karena hantaman pada bagian depan bahu, dan dapat juga
terkait dengan kontraksi otot saat kejang atau cedera akibat tersetrum
listrik.
Manifestasi
* Lengan terletak berotasi internal dan adduksi
* Penderita merasakan nyeri, dan terdapat penurunan pergerakan dari
bahu.
* X ray : posisi AP dan “Y” scapular view
Terapi : prinsip sama dengan dislokasi anterior
* Untuk isolated dislokasi posterior, coba Manipulasi dan reduksi
dibawah IV conscious sedation.
* Untuk dislokasi posterior dengan fraktur tuberositas, coba Manipulasi
dan reduksi dibawah conscious sedation.
* Untuk dislokasi posterior dengan fraktur humeral shaft, MRS untuk
Manipulasi dan reduksi di bawah general anestesi, pertimbangkan
ORIF.
C. Dislokasi Inferior
Pada luxatio erecta posisi lengan
atas dalam posisi abduksi, kepala
humerus terletak dibawah
glenoid, terjepit pada kapsul yang
robek .
Karena robekan kapsul sendi
lebih kecil dibanding kepala
humerus, maka sangat susah
kepala humerus ditarik keluar, hal
ini disebut sebagai “efek lubang
kancing” ( Button hole effect ).

Manifestasi klinis :
* Abduksi lengan atas dengan posisi
‘hand over head’
* Hilangnya kontur bulat dari bahu.
X ray : foto AP cukup untuk
mendiagnosa.
 ‘light bulb sign’ karena rotasi
internal bahu
 overlap antara head humerus dan
glenoid labrum

Terapi : prinsipnya sama dengan


dislokasi yang lain:
* Untuk dislokasi dengan atau tanpa
fraktur tuberosita, coba Manipulasi
dan reduksi dibawah IV conscious
sedation.
* Untuk dislokasi dengan fraktur
humeral neck, coba Manipulasi dan
reduksi dibawah General anestesi,
pertimbangkan ORIF
* Diagnosis
anamnesis, PF dan PP
* Pemeriksaan Penunjang
rontgen foto bahu anteroposterior (AP) dan lateral, posisi Axial dan
posisi ”Y” scapular view.
dianjurkan pemeriksaan pandangan oblik agar dapat dipastikan
tidak terdapat dislokasi posterior.
* Komplikasi
 lesi pleksus brakialis dan nervus aksilaris, serta interposisi tendo
bisep kaput longum
* Penatalaksanaan
* Lakukan reposisi segera.
* Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa
anestesi : (dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase
syok), sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi
local; dan obat penenang misalnya valium.
* Dislokasi sendi besar : panggul memerlukan anestesi umum.
* Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
* Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
* Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau
traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
* Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan
indikasi untuk dilakukan operasi :
* Dislokasi yang berkali – kali, terutama bila terdapat nyeri
* Subluksasi berulang atau rasa takut terhadap dislokasi cukup ikut mencegah
keikutsertaan dalam aktifitas sehari – hari atau olahraga.

Operasi terdiri atas tiga jenis :


* Operasi untuk memperbaiki labrum glenoid dan kapsul yang robek (prosedur
Bankart)
* Operasi untuk memendekkan kapsul anterior dan subskapularis dengan
perbaikan tumpang – tindih (operasi Plutti – Platt)
* Operasi untuk memperkuat kapsul anteroinferior dengan mengarahkan tulang
otot lain ke bagian depan sendi itu (misalnya operasi Bristow – Helfet)
Kalau labrum dan kapsul anterior terlepas, dan sendi tidak nyata –
nyata longgar, sebaiknya dilakukan operasi Bankart yang digabungkan
dengan kapsulografi anterior

Prognosis
Prognosis baik selama perbaikan dilakukan dengan segera dan jika
tidak timbul komplikasi.
*

Anda mungkin juga menyukai