Anda di halaman 1dari 97

Pemicu 8

blok penginderaan
IMPETIGO
Impetigo Krustosa

• Etiologi Streptococcus B hemolyticus


• Gejala klinis
• Eritema & vesikel yg cepat pecah krusta berwarna kuning spt madu
• Jk dilepaskan erosi di bawahnya
• Menyebar ke perifer & sembuh di bag tengah
• Tdk disertai gejala umum
• Predileksi sekitar lubang hidung & mulut
• Hanya terdapat pd anak
• Tatalaksana: krusta sedikit dilepaskan & diberi salap antibiotic.
Krusta banyak (+) antibiotic sistemik
Impetigo Bulosa

• Etiologi Staphylococcus aureus


• Gejala klinis
• Eritema, bula, & bula hipopion
• Kadang vesikel/bula telah pecah tampak koleret & dasarnya masih eritematosa
• Predileksi aksila, dada, punggung
• Sering bersama-sama miliaria
• Terdapat pd anak-anak dan dewasa
• Tatalaksana: hanya beberapa vesikel/bula dipecahkan & diberi salap antibiotic
atau cairan antiseptic. Vesikel/bula banyak (+) antibiotic sistemik. Cari factor
predisposisi banyak keringat: ventilasi diperbaiki
Impetigo Ulseratif (Ektima)

• Etiologi Streptococcus B hemolyticus


• Kelainan kulit biasanya pasien datang sudah dgn krusta kuning
tebal. Jk krusta diangkat ulkus yg dangkal
• Predileksi tungkai bawah
• Tatalaksana: krusta sedikit dilepaskan & diberi salap antibiotic.
Banyak (+) antibiotic sistemik
Impetigo Neonatorum

• Varian impetigo bulosa yg terdapat pd neonates


• Kelainan kulit impetigo bulosa, lokasi menyeluruh, dpt disertai
demam
• DD sifilis kongenital
• Tatalaksana antibiotic sistemik, bedak salisil 2%
• Treatment
FOLIKULITIS
Folikulitis

• Radang folikel rambut


• Etiologi Staphylococcus aureus
• Klasifikasi
• Folikulitis superfisialis
• Di dlm epidermis
• Predileksi tungkai bawah
• Kelainan kulit papul atau pustule yg eritematosa, di tengahnya terdapat rambut, biasanya multiple
• Folikulitis profunda
• Sampai ke subkutan
• Gambaran klinis sama, teraba infiltrate di subkutan
• Contoh: sikosis barbe (di bibir atas, dagu, bilateral)
• Tatalaksana cari factor predisposisi. Antibiotik sistemik/topikal
FURUNKEL/KARBUNKEL
Furunkel/Karbunkel

• Furunkel radang folikel rambut & sekitarnya. Jika lebih dari


satu furunkulosis
• Karbunkel kumpulan furunkel
• Etiologi Staphylococcus aureus
• Gejala klinis nyeri, nodus eritematosa berbentuk kerucut, di
tengah terdapat pustul melunak abses yg berisi pus &
jaringan nekrotik pecah membentuk fistel
• Tempat predileksi tempat yg banyak friksi (mis: aksila &
bokong)
• Tatalaksana sedikit: antibiotic topical. Banyak: (+) antibiotic
sistemik. Jika berulang-ulang mendapat furunkulosis atau
karbunkel, cari factor predisposisi DM
ERITRASMA
Erythrasma

•  common superficial bacterial infection of the skin characterized by well-defined but


irregular reddish brown patches, occurring in the intertriginous areas, or by fissuring and
white maceration in the toe clefts

• Etiology
• Corynebacterium minutissimum
• short, gram-positive rod with subterminal granules

• Epidemiology
• more common in tropical than in temperate climates
• more common in men, and may occur in asymptomatic form in the genitocrural area
Clinical manifestations

• completely asymptomatic form • Cutaneous lesion


• common site of involvement is the web
spaces of the feet 
• genitocrural form • hyperkeratotic white macerated plaque
(between the fourth and fifth toes)
• considerable pruritus
• genitocrural, axillary, and inframammary
• generalized form regions 
• scaly lamellated plaques on the trunk, • well-demarcated, reddish-brown
inguinal area, and web spaces of the • superficial, finely scaly
feet • finely wrinkled patches

• relatively uniform appearance as compared


with tinea corporis or cruris,  central
clearing
• Examination
• Wood lamp examination  coral-red fluorescence caused by coproporphyrin III
• Culture of the specific Corynebacterium in abundance from the lesion corroborates the
diagnosis
•  horny layer of the skin show rod-like, gram-positive organisms in large numbers

• Diagnosis
• location and superficial character of the process + coral-red fluorescence with Wood lamp

• DD
• Tinea cruris; tinea versicolor; Inverse pattern psoriasis
• Course & prognosis
• may remain asymptomatic for years or may undergo periodic exacerbations

• Treatment
• web spaces of the feet  benzoyl peroxide wash and 5% gel
• Clindamycin (2% solution) or azole creams
• Widespread
• erythromycin is effective
• 1 g single dose of clarithromycin
• secondary prophylaxis  antibacterial benzoyl peroxide bar when showering
MH TIPE MB
LEPRA (HANSEN’S DISEASE)

• Definisi : penyakit granulomatosa kronik, menyerang kulit dan sistem


saraf tepi
• Epidemiologi :
• Terbanyak : usia muda dan produktif
• Pria > wanita
• Etiologi :
• Mycobacterium leprae (bakteri gram (+), basil tahan asam, alkohol)

Medical Mini Notes-Dermatovenereology edition.


KRITERIA DIAGNOSIS LEPRA

Satu atau lebih:


• Hipopigmentasi atau bercak kemerahan dengan kehilangan sensasi
• Penebalan saraf perifer disertai gangguan fungsinya
• BTA (+) pada apus kulit/biopsi

Medical Mini Notes-Dermatovenereology edition.


MANIFESTASI KLINIS LEPRA

• Lesi kulit: makula hipopigmentasi, plak, garis pinggir menonjol


• Neuropati: hipoestesia, sensory loss, penebalan saraf
• Mata: lagoftalmus, kornea kering, kurang berkedip
KLASIFIKASI LEPRA (WHO)

Tanda utama Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)


Bercak kusta Jumlah 1 – 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf disertai gangguan 1 saraf > 1 saraf
fungsi saraf
Apusan BTA (-) BTA (+)

Medical Mini Notes-Dermatovenereology edition.


KLASIFIKASI LEPRA (RIDLEY JOPLING)

• TT : Tuberkuloid Polar (bentuk stabil)


• TI : Tuberkuloid Indefinite
• BT : Borderline Tuberculoid
• BB : Mid Borderline
• BL : Borderline Lepromatous
• LI : Lepromatosa Indefinite
• LL : Lepromatosa Polar (bentuk stabil)
PB : TT, BT, I
MB : LL, BL, BB

Medical Mini Notes-Dermatovenereology edition.


Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of
clinical dermatology. 6th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2009.
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of
clinical dermatology. 6th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2009.
TATALAKSANA LEPRA MULTIBASILAR (MB)

• Minum di depan petugas :


• Rifampisin 600 mg/bulan
• DDS 100 mg/bulan
• Clofazimine 300 mg/bulan
• Minum di rumah :
• DDS 100 mg/hari
• Clofazimine 50 mg/hari
• Jangka waktu : 12 – 18 bulan

Medical Mini Notes-Dermatovenereology edition.


CUTANEOUS LARVA MIGRANS
Cutaneous Larva Migrans (Creeping Eruption)

• Erupsi di kulit berbentuk penjalaran serpiginosa, sbg reaksi


hipersensitivitas kulit thd invasi larva cacing tambang atau nematodes
(roundworms)
• Larva cacing berasal dr cacing yg hidup di usus kucing atau anjing
• Mampu menginvasi kulit di kaki, tangan, bokong atau abdomen
• Sering tjd pd anak-anak, petani atau tentara, dpt juga tjd pd para
wisatawan
• Terdapat di daerah tropis atau subtropics yg hangat & lembab
• Tdk terdapat perbedaan ras, usia maupun jenis kelamin
Etiopatogenesis

• Etiologi
• Ancylostoma braziliense
• Ancylostoma caninum
• Beberapa kasus Echinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia
maxiales, Lucilia Caesar, larva dari bbrp jenis lalat (Castrophilus)
Gejala Klinis

• Rasa gatal & panas (saat larva masuk ke kulit), biasanya lbh hebat pd
malam hari
• Mula-mula timbul papul diikuti bentuk yg khas lesi berbentuk
linier atau berkelok-kelok, menimbul, diameter 2-3 mm, berwarna
kemerahan
• Papul merah menjalar menyerupai benang berkelok-kelok, polisiklik,
serpiginosa, menimbul membentuk terowongan (burrow),
mencapai panjang bbrp cm
• DD scabies, dermatofitosis, insects bite, herpes zoster std
permulaan
Tatalaksana

• Tiabendazol (mintezol) 25-50 mg/kgBB/hari 2dd1 selama 2-5 hari (ES:


mual, pusing, muntah)
• Tiabendazol topical solusio 500mg/5ml scr oklusi selama 24-48 jam
• Ivermiction PO 200µg/kg dosis tunggal, diulang setelah 1-2 mgg
• Albendazol 400mg dosis tunggal, 3 hari berturut-turut
SKABIES
SKABIES
Etiologi Sarcoptes scabiei

Siklus hidup:
Setelah kopulasi diatas kulit  tungau jantan mati dan tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum sambil meletakkan telurnya
 telur dapat menetas biasanya dalam 3-10 hari  larva (dapat tinggal dalam
terowongan atau keluar)  2-3 hari menjadi nimfa
Patofisiologi Masa inkubasi: 4-6 minggu
- Aktivitas S. scabiei di kulit  gatal dan menimbulkan respon imunitas selular
dan humoral dan mampu meningkatkan IgE di serum atau kulit
- Sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau  gatal
Cara penularan - Kontak langsung (kontak dengan kulit)
- Kontak tak langsung (melalui benda)
tanda & gejala - Pruritus nokturna
- Menyerang sekelompok manusia (keluarga, asrama, dll)
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm,
pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel
- Dapat ditemukan 1 atau lebih stadium hidup tungau atau telur dan kotoran
(skibala)
Tempat predileksi Tempat dengan stratum korneum yang tipis:
- sela-sela jari tangan
- Pergelangan tangan bagan volar
- Siku bagian luar
- Lipat ketiak bagian depan
- Areola mame
- Umbilikus
- Bokong
- Genitalia eksterna
- Perut bagian belakang
- Bayi: telapak tangan, wajah dan kepala
Pemeriksaan penunjang Menemukan tungau:
- Cari terowongan  pada vesikel atau papul di ujung dicongkel dengan jarum
dan diletakkan diatas kaca objek  lihat dengan mikroskop
- Menyikat dengan sikat  taruh di atas kertas putih  lihat dengan kaca
pembesar
- Biopsi irisan  lihat dengan mikroskop
- Biopsi eksisional  diperiksa dengan pewarnaan HE
Tatalaksana obat topikal:
- Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% salep atau krim
- Emulsi benzil-benzoas (20-25%)
- Gamma benzena heksa klorida (gameksan) 1% krim atau losio
- Krotamiton 10% krim atau losio
- Permetrin 5% dalam krim
Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology 7th edition
Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology 7th edition
INSECT BITE
Hipersensitivitas terhadap gigitan
serangga
• Hipersensitivitas (alergi) kulit trhdp serangga: bites, stings, kontak dgn tubuh
serangga
• Papular urtikaria(bayi & anak 2-10 thn), perempuan>>
• Gambaran klinis: papul dikelilingi urtikaria& tengah ada bekas gigitan serangga,
sangat gatal
• Musim semi & panas (negara 4 musim)
• Musim panas (dineg 2 musim: indonesia)
• DD: varisela, ekskoriasi neurotik, pitiriasis likenoides
Tatalaksana

• KS topikal sedang-kuat, analgesik, antihistamin


• Topikal: me gatal (kamfer/mentol) & me alergi

• Preventif:
- Pakaian yg menutupi badan & ekskremitas
- Insect repellent
- Anak: dietil toluamida efek toksik
- Shampoo binatang peliharaan

• Prognosis: meninggalkan bercak kehitaman


Insect bite

ABC dermatology 6th ed pg 128-9


HERPES ZOSTER
Herpes Zoster

• Merupakan manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela


zoster di dlm neuron ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf
kranialis atau ganglion saraf autonomic yg menyebar ke jaringan saraf
& kulit dgn segmen yg sama
• Risiko penyakit meningkat dgn adanya
• Keganasan
• Transplantasi sumsum tulang/ginjal
• Infeksi HIV
Etiopatogenesis
Gejala Klinis

• Gejala prodromal sensasi abnormal/nyeri otot local, nyeri tulang,


pegal, paresthesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar (ringan-
berat) 1-10 hari
• Gejala konstitusi nyeri kepala, malaise & demam
• Kemudian timbul erupsi kulit, gatal, nyeri terlokalisata macula
kemerahan papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-5 hari
• Isi vesikel mjd keruh pecah krusta (7-10 hari)
• Erupsi kulit mengalami involusi setelah 2-4 mgg
Gejala Klinis

• Dpt tjd komplikasi kelainan pd mata, infeksi sekunder, neuropati


motoric, meningitis, ensefalitis, myelitis, neuralgia pasca herpes
(NPH)
• Penderita imunokompromais rekuren, kronik persisten, lesi kulit
lbh berat (bula hemoragik, nekrotik & sgt nyeri), tersebar diseminata,
dpt disertai keterlibatan organ dalam
• Menyerang nervus fasialis & nervus auditorius sindrom Ramsay-
Hunt
• Menyerang cabang pertama nervus trigeminus herpes zoster
oftalmikus
• Mengenai anak cabang nasosiliaris tanda Hutchsinson
Diagnosis

• Deteksi antigen atau nucleic acid


varicella zoster virus, isolasi virus
dr hapus lesi
• Pemeriksaan antibody IgM
spesifik
• Pemeriksaan PCR
• Pemeriksaan kultur virus
• Pemeriksaan direct
immunofluorecent antigen-
staining
Tatalaksana

• Sistemik
• Kortikosteroid
• AINS (asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak)
• Analgetik non opioid (parasetamol, tramadol, asam mefenamat)
• Opioid (kodein, morfin, oksikodon)
• Antidepresan & antikonvulsan
• Topikal
• Kompres terbuka dgn solusio Burowi (alumunium asetat 5%, 4-6x/hari selama 30-60’) &
solusio Calamin
• AINS bubuk aspirin dlm kloform atau etil eter, krim indometasin & diklofenak, asam asetil
salisilat topical
• Anestetik local
• Pencegahan booster vaksin varisela strain
VARISELA
Varisela

• Infeksi akut primer oleh virus varisela zoster (VZV) yang menyerang
kulit & mukosa
• Anggota famili herpes virus, virion berbentuk bulat, berdiameter 150-
200 nm, DNA terletak di antara nukleokapsid, dikelilingi oleh selaput
membrane luar dgn sedikitnya terdapat tiga tonjolan glikoprotein
mayor
• Glikoprotein target imunitas imunitas humoral & seluler
• Tersebar kosmoplit, pd anak-anak (90%), dewasa (2%)
• Transmisi scr aerogen
Etiopatogenesis

• VZV masuk ke dlm tubuh mukosa saluran napas atas & orofaring
multiplikasi di tempat masuk (port d’entry) pembuluh darah &
limfe viremia primer
• Tubuh mencoba mengeliminasi virus melalui system pertahanan
tubuh non-spesifik & imunitas spesifik thd VZV
• Pertahanan tubuh gagal mengeliminasi viremia sekunder erupsi
kulit & mukosa ujung saraf sensorik mjd laten di ganglion
dorsalis posterior
• Bila tjd reaktivasi VZV manifestasi herpes zoster
Gejala Klinis

• Masa inkubasi 14-21 hari


• Gejala prodromal demam, malese, nyeri kepala
• Disusul erupsi kulit papul eritematosa vesikel bentuk mirip tetesan
embun (tear drops) mjd keruh menyerupai pustul krusta
• Selama proses di atas berlangsung, timbul vesikel-vesikel baru shg akan
tampak gambaran polimorfi
• Penyebaran daerah badan, menyebar scr sentrifugal ke wajah &
ekstremitas, dpt menyerang selaput lender mata, mulut, saluran napas bag
atas
• Infeksi sekunder pembesaran KGB
• Disertai rasa gatal
• Infeksi pd kehamilan trisemester pertama kelainan kongenital. Menjelang
kelahiran varisela kongenital pd neonatus
Pemeriksaan Penunjang

• Sediaan darah tepi penurunan


leukosit
• Peningkatan enzim hepatic
• Percobaan Tzanck sediaan
hapus diwarnai dgn Giemsa
• Pemeriksaan PCR
• Pemeriksaan serologic
fluorescent-antibody to
membrane antigen of VVZ
• Tes aglutinasi lateks
Tatalaksana

• Antipiretik & analgetik


• Antihistamin
• Terapi local vesikel tdk pecah terlalu dini (bedak yg ditambah dgn zat anti gatal
mis mentol, kamfora)
• Infeksi sekunder antibiotic oral/salap
• Pencegahan & meringankan Varicella Zoster Immunoglobuline (V.I.Z.I.G) IM
dlm 4 hari setelah pajanan
• Vaksinasi ulangan diberikan setelah 4-6 tahun
• 12 bln – 12 thn  subkutan 0,5 ml
• > 12 thn  subkutan 0,5 ml setelah 4-8 mgg diulangi dosis yg sama
HERPES SIMPLEKS
Herpes Simpleks

• Infeksi akut yg ditandai oleh adanya vesikel yg berkelompok di atas


kulit yg sembab dan eritematosa pd daerah dekat mukokutan.
• Etiologi Virus Herpes Simpleks tipe I & II
• Penyakit tersebar kosmopolit, menyerang pria & wanita.
Gejala Klinis

• Infeksi primer
• Berlangsung ± 3 mgg
• Gejala sistemik: demam, malese, anoreksia, pembengkakan KGB regional
• Vesikel berkelompok di atas kulit yg sembab & eritematosa, berisi cairan
jernih seropurulen, dpt mjd krusta, kadang2 mengalami ulserasi yg
dangkal, tdk teraba indurasi
• Predileksi
• VHS tipe I: daerah pinggang ke atas, t.u daerah mulut & hidung. Inokulasi dpt tjd scr
kebetulan, mis: kontak kulit pd perawat, dokter gigi atau pada org yg sering menggigit
jari (herpetic whit-low)
• VHS tipe II: daerah pinggang ke bawah, t.u daerah genital, dpt menyebabkan herpes
meningitis & infeksi neonatus
Gejala Klinis

• Fase laten
• Tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dpt ditemukan dlm keadaan tdk
aktif pd ganglion dorsalis
• Infeksi rekurens
• Pd ganglion dorsalis dlm keadaan tdk aktif, dgn mekanisme pacu menjadi
aktif & mencapai kulit menimbulkan gejala klinis
• Berlangsung ± 7 – 10 hari
• Gejala prodromal lokal sblm timbul vesikel rasa panas, gatal & nyeri
• Dpt timbul pd tempat yg sama (loco) atau tempat lain/disekitarnya (non loco)
Tatalaksana

• Lesi dini salap/krim yg • Preparat adenine arabonsid


mengandung preparat idoksuridin (vitarabin)
(stoxil, viruguent, viruguent-P) • Mencegah rekurensi preparat
• Timbul ulserasi kompres ludipon H (VHS tipe I), lupidon G (VHS
• Preparat asiklovir topical (zovirax) tipe II)
• Asiklovir oral 5x200 mg • Levamisol & isoprinosin
imunostimulator
• Asiklovir parenteral penyakit yg lbh
berat atau timbul komplikasi pd alat
dalam
MOLUSKUM KONTAGIOSIUM
Moluskum Kontagiosum

• Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DNA genus Molluscipox


• Menyerang anak, kadang-kadang orang dewasa (IMS) & pasien
imunikompromais
• Transmisi kontak kulit langsung, otoinokulasi, melalui benda yg
terkontaminasi (mis: handuk, baju, kolam renang)
• Virus mempunyai 4 subtype subtype 1 yg dpt menyerang individu
imunokompeten
• Masa inkubasi 2 -8 mgg
Gejala Klinis

• Kelainan kulit papul berbentuk bulat, mirip kubah, ukuran miliar-


lenticular, berwarna putih & mengkilat spt lilin
• Membesar di tengahnya terdapat lekukan (delle)
• Jika dipijat keluar massa warna putih mirip butiran nasi
• Ukuran 1-5 mm, bertangkai. Ukuran besar 10-15 mm (giant
molluscum)
• Biasanya tanpa inflamasi
Laboratorium dan Histopatologik

• Pemeriksaan PCR deteksi virus


• Pemeriksaan histopatologik daerah epidermis ditemukan badan
moluskum (intracytoplasmic inclusion body) yg mengandung partikel
virus Henderson-Paterson bodies
• Pulasan Gram, Wright, atau Giemsa
Tatalaksana

• Prinsip mengeluarkan massa yg • Pengolesan dgn fenol jenuh & dicuci


mengandung badan moluskum setelah 4 jam. Dpt timbul rasa
ekstraktor komedo, jarum suntik atau nyeri/pedih atau panas setelah
kuret, elektrokauterisasi, bedah beku beberapa menit. Penyembuhan
dgn CO2 & N2 hipo/hiperpigmentasi pascainflamasi
• Sebelum tindakan anestetik local • Terapi lain gol keratolitik topical
(krim yg mengandung (mis: tretinoin, bichlorocetic acid,
lidokain/prilokain) trichloroacetic acid & asam salisilat
• Pada anak topical kantaridin 0,7- • Pada dewasa pasangan juga harus
0,9%, obat kombinasi kantaridin- diberi pengobatan
salisilat, krim imiquimod 1-5% • Lesi luas & banyak, mis pasien
HIV/AIDS cidofovir
Pencegahan Prognosis
Pasien diminta menjaga Menghilangkan semua lesi yg
kebersihan diri, tdk saling ada tdk/jarang residif
meminjam alat mandi, mencegah
kontak fisik sesama teman,
selama sakit dilarang berenang
Dermatofitosis
Tinea Kapitis Tinea Barbe Tinea Fasialis Tinea Korporis
Etiologi Dermatofita (Microsporum, Dermatofita (Microsporum, Etiologi: Dermatofita Etiologi: Dermatofita
Trichophyton, Epidermophyton) Trichophyton, (Microsporum, (Microsporum,
Epidermophyton) Trichophyton, Trichophyton,
Epidermophyton) Epidermophyton)
Gambaran Lesi bersisik kemerah-merahan dpt Gatal pd daerah berambut Lesi asimetris, plak eritem Lesi bulat yg berbatas
klinis disertai alopesia dgn gambaran wajah, disertai rambut- berbatas tegas, batas tegas & dpt disertai dgn
klinis yg berat. Dpt berupa lesi grey rambut tsb mjd putus. Dpt meninggi, skuama nampak skuama serta papulo-
patch, black dot atau kerion berupa lesi superfisialis & tp minimal vesikel di tepi
inflamasi

Predileksi Kepala Kumis & janggut Daerah wajah Badan


Pemeriksaan KOH 10% utk rambut, menemukan KOH 20% utk kulit/kuku, KOH 20% utk kulit/kuku, KOH 20% utk kulit/kuku,
penunjang elemen jamur (hifa sejati & spora), menemukan elemen jamur menemukan elemen jamur menemukan elemen jamur
lampu Wood warna hijau (hifa sejati & spora) (hifa sejati & spora) (hifa sejati & spora)

Diagnosis Psoriasis, dermatitis seboroik atau Sikosis barbe Psoriasis vulgaris, pitirasis Psoriasis vulgaris, pitirasis
banding alopesia rosea & dermatitis rosea & dermatitis
seboroik seboroik
Tatalaksana Griseofulvin 0,5-1 gr (dws) 10-25 Topikal: ketokonazol, Topikal: ketokonazol, Topikal: ketokonazol,
mg/kgBB (anak) mikonazol mikonazol mikonazol
Sistemik Sistemik Sistemik
• Ketokonazol 200 mg/hari • Ketokonazol 200 • Ketokonazol 200
selama 7-10 hari mg/hari selama 7-10 mg/hari selama 7-10
• Itrakonazol 2x100 mg hari hari
selama 3 hari • Itrakonazol 2x100 mg • Itrakonazol 2x100 mg
selama 3 hari selama 3 hari
Tinea Manus Tinea Unguium Tinea Kruris Tinea Pedis
Etiologi Dermatofita (Microsporum, Dermatofita (Microsporum, Dermatofita (Microsporum, Dermatofita (Microsporum,
Trichophyton, Trichophyton, Epidermophyton) Trichophyton, Epidermophyton) Trichophyton, Epidermophyton)
Epidermophyton)

Gambaran klinis Tampak hyperkeratosis & Bentuk kuku yg rapuh. Dpt Lesi berbatas tegas, polimorfik • Interdigitalis fisura yg
penebalan lipat tangan dijumpai 3 bentuk, yaitu & central healing & jk dilingkari sisik halus & tipis
subungual ditalis, lekonikia berlangsung lama dpt disertai • Moccasin foot kulit menebal &
trikofita & sublungal gambaran bercak hitam & sisik bersisik. Tepi eritema, papul,
proksimalis vesikel
• Subakut vesikel-bula (isi cairan
jernih)

Predileksi Tangan Kuku kaki & kuku tangan Lipat paha, daerah perineum & Kaki, tu sela-sela jari & telapak kaki
sekitar anus
Pemeriksaan KOH 20% utk kulit/kuku, KOH 20% utk kulit/kuku, KOH 20% utk kulit/kuku, KOH 20% utk kulit/kuku, menemukan
penunjang menemukan elemen jamur menemukan elemen jamur menemukan elemen jamur (hifa elemen jamur (hifa sejati & spora)
(hifa sejati & spora) (hifa sejati & spora) sejati & spora)
Diagnosis Dermatitis kontak iritan & Onikomikosis & paronikia Kandidiasis Dermatitis kontak iritan & alergi
banding alergi
Tatalaksana Topikal: ketokonazol, Dosis denyut selama 3 bulan. Topikal: ketokonazol, mikonazol Topikal: ketokonazol, mikonazol
mikonazol Itrakonazol 2x200 mg selama 1 Sistemik Sistemik
Sistemik mgg dgn interval 1 bulan • Ketokonazol 200 mg/hari • Ketokonazol 200 mg/hari selama
• Ketokonazol 200 mg/hari selama 7-10 hari 7-10 hari
selama 7-10 hari • Itrakonazol 2x100 mg • Itrakonazol 2x100 mg selama 3
• Itrakonazol 2x100 mg selama 3 hari hari
selama 3 hari
Dermatofitosis

• Dermatofitosis: penyakit pada jaringan yang


mempunyai zat tanduk (keratin). Pada stratum
korneum kulit, rambut dan kuku.
• Etiologi: jamur golongan dermatofita yang
mempunyai sifat mencerna keratin (keratolitik)
• Fungi imperfecti: memiliki 3 genus
• Microsporum (17 spesies)
• Tricophyton (21 spesies)
• Epidemophyton (2 spesies)
• Berdasarkan asal jamur (tempat hidupnya), jamur dibagi
menjadi 3:
• Geofilik: berasal dari tanah (e.g M. gypseum)
• Zoofilik: berasal dari binatang (e.g M. canis)  jamur
menyebabkan peradanganyang lebih berat dengan indurasi
lesi yang lebih dalam daripada disebabka jamur antropofilik
• Antropofilik: berasal dari manusia (e.g M. rubrum)Pada
anak-anak sebelum pubertas, lebih sering terjadi tinea
kapitis
• Pada orang dewasa lebi sering terjadi tinea pedis
• DD: dermatitis seboroik, kandidosis, sifilis std II, psoriasis,
eritrasma, impetigo
Klasifikasi

• Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan rambut


kepala
• Tinea korporis: dermatofitosis pada kulit tubuh ang
tidak berambut
• Tinea barbe: dermatofitosis pada dagu dan jenggot
• Tinea kruris: dermatofitosis pada genitokrural, anus,
bokong sampai perut bagian bawah
• Tinea pedis et manum: dermatofitosis pada kaki dan
tangan
• Tinea ungium: dermatofitosis pada pada kuku jari
Gambaran klinis

• Tinea pedis (athlete’s foot, ringworm of foot, kutu air):


• Fissuran yang dilingkari sisik halus
• Predileksi tempat: sela-sela jari (t.u interdigitalis)
• Dapat disertai infeksi sekunder
• Moccasin foot: mengenai seluruh telapak kaki dan punggung kaki 
tampak kulit menebal, berisik dan eritem di tepi
• Tinea manum: hiperkeratosis dan penebalan lipatan
• Tinea kapitis (ringworm of scalp):
• lesi berisik, kemerahan (gray patch ringworm dan black dot
ringworm)
• Alopesia
• Kerion (reaksi peradangan yang berat berupa pembengkakan
menyerupai sarang lebah dan ada sebukan sel radang yang berat)
Grey patch ringworm

Black dot ringworm

Kerion
Gambaran klinis

• Tinea glabrosa:
• Rasa gatal
• Lesi berbatas jelas yang polimorf
• Bagian tepi lesi lebih aktif (tanda-tanda peradangan akut) dan tengah
lebih tenang  disebut eksema marginatum
• Tinea ungium (dermatophytic onychomycosis, ringworm of
the nail):
• Bentuk subngual distalis: kuku yang rapuh tampak pada distal dan
dapat menjalar ke proksimal
• Leukonikia trikofita: keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok
dan menyerupai kapur
• Bentuk subngul proksimal: kuku proksimal tampak rusak namun
distal utuh
Gambaran klinis

• Tinea kruris (eksema margintum, dhobie itch, jockey itch,


ringworm of the groin)
• Lesi merah kehitaman dan berbatas jelas
• Lesi lebih nyata ditengah
• Sering ditemukan di indonesia
• Dapat merupakan penyakit seumur hidup
• Tinea corporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, sherende
fletche, kurap, herpes sircine tricophyta)
• lesi buat atau lonjong, eritem, batas tegas, skuama dan kadang
dengan vesikel & papul di tepi. Tengahnya lebih tenang
• Erosi dan krusta dapat terlihat pada garukan
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan langsung
• Spesimen:
• Kulit: keroan papul, pustul, krusta, skuama, atap vesikel
• Kuku: kerokan tepi kuku, permukaan dasar, debris
dibawah kuku, bag distal
• Rambut: rambut dicabut dan kerokan kulit pada lesi
• Bahan:
• Alkohol 70%, larutan NaCl 0.09%
• Larutan KOH 10-20%, KOH DSMO, KOH tinta parker biru
hitam
• Hasil: hifa panjang, antrospora, spora endotrik (pada
rambut)
Pemeriksaan biakan: untuk menentukan jamur
penyebab
• Media: agar sabourraud, agar mycobiotic
• Bahan: Alkohol 70%, larutan NaCl 0.09%, larutan lactophenol
cotton blue
• Hasil:
• Koloni kapang: makrokopis tampak permukaan kasar dan berwarna
sesuai spesies, mikrokopis tampak hifa makronodia atau mikronodia
• Koloni ragi: makroskopis tampak permukaan licin dan bau, mikroskopis
tampak spora, blastospora dan sel ragi
• Koloni seperti ragi: makroskopis tampak permukaan licin, mikroskopis
tampak spora, pseudohifa dan sel ragi
Tatalaksana

• Tinea capitis: griseofulvin tab 500 mg diberikan


selama 10 hari, gol triazol, alilamin
• Tinea ungium: amorolfine and ciclopirox olamine
8% nail lacquer solutions, sodium pyrithione,
bifonazole/urea, imidazoles and allylamines
• Obat oral: Ketokonazol (topikal atau tab),
intrakonazol 100-200 mg/hari selama 3 hari,
terbinafin
• Obat topikal: asam salisilat 2%, sulfur 4%, vioform
3%, undesilenat 2-5%, dll
KANDIDIOSIS MUKOKUTAN
Kandidosis

• Penyakit jamur yang disebabkan oleh


Candida spp misalnya Candida albicans
• Bersifat komensal & berubah mjd
pathogen pd kondisi daya tahan tubuh Klasifikasi
pejamu thd infeksi menurun • Kandidosis oral
• Spesies non-albicans C. dubliniensis, C. • Kandidosis oral (oral thrush)
glabrata, C. guillermondii, C. Kr usei, C. • Perléche (keilitis angular atau kandidal
lusitaniae, C. parapsilosis, C. keilosis)
pseudotropicalis, C. tropicalis • Kandidosis kutis & selaput lender genital
• Lokalisata
• Daerah intertriginosa
• Daerah perianal & skrotal
Faktor predisposisi • Vulvovaginitis
• Perubahan fisiologik: usia, kehamilan & haid • Balanitis atau balanopostitis
• Faktor mekanik: trauma, oklusi local, kelembaban, • Paronikia candida & Onikomikosis candida
maserasi, kegemukan • Kandidosis kongenital
• Faktor nutrisi: avitaminosis, def zat besi, malnutrisi • Kandidosis mukokutan konik
• Penyakit sistemik: penyakit endokrin, Down • Reaksi Id
syndrome, acrodermatitis enteropatika, uremia,
keganasan, imunodefisiensi
• Iatrogenik: penggunaan kateter, radiasi sinar X,
obat-obatan
GEJALA KLINIS
Kandidosis Oral
• Thrush pseudomembran putih coklat muda kelabu menutup lidah, palatum molee, bibir bagiandlm &
permukaan rongga mulut
• Perleche lesi berupa fisur pd sudut mulut; mengalami maserasi, erosi, basah & dasarnya eritomatosa

Kandidosis kutis & selaput lendir genital


• Lokalisata
• Kandidosis intertriginosa lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genitokrural, intergluteal, lipat
payudara, interdigital & umblikus serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak yg berbatas tegas,
bersisik, basah & eritematosa
• Kandidosis perianal lesi berupa maserasi spt infeksi dermatfit tipe basah
• Vulvovaginitis gatal di daerah vulva, rasa panas, nyeri sesudah miksi & dispareunia. Hiperemia labia
minora, introitus vagina, bercak-bercak putih kekuningan. Berat edema pd labia minora, ulkus-ulkus
dangkal pd labia minora & sekitar introitus vagina. Fluor albus gumpalan-gumpalan sbg kepala susu
berwarna putih kekuningan
• Balanitis/balanopostitis lesi berupa erosi, pustula dgn dinding titpis, terdapat pd glans penis & sulkus
koronarius glandis
• Diaper-rash (Candidal diaper dermatitis) lesi berawal dr area perianal perineum & lipat inguinal,
eritema cerah
• Kandidosis kutis granulomatosa lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan & melekat erat pd dasarnya, dpt timbul spt tanduk sepanjang 2cm, di muka, kepala, kuku,
badan, tungkai, laring.
GEJALA KLINIS
Paronikia kandida & onikomikosis lesi berupa kemerahan, pembengkakan yg tdk
bernanah & nyeri di area paronikia disertai retraksi kutikula ke arah lipat kuku proksimal.
Kelainan berupa onikoliosis lekukan trasnversal & berwarna kecoklatan
Kandidosis kongenital lesi khas berupa vesikel/pustul dgn dasar eritematosa pd wajah,
dada yg meluas generalisata
Kandidosis mukotan kronik (KMK) infeksi kandida superfisial pd kulit, kuku & orofaring.
Resisten thd pengobatan
Reaksi Id kandidid reaksi alergi thd jamur. Berupa vesikel eritematosa bergerombol.
Terdapat pd lateral jari & telapak tangan
Kandidosis sistemik demam tanpa manifestasi kelainan organ hinggal sekumpulan gekala
& tanda termasuk sepsis berat
Kandidosis diseminata lesi berupa papul eritem dgn pustus hemoragis di bag tengah
badan dan ekstremitas

Pemeriksaan langsung Pemeriksaan biakan


• Kerokan kulit atau usapan mukokutan • Bahan yg akan diperiksa, ditanam dlm
diperiksa dgn lar KOH 10% agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dpt
• Pewarnaan Gram sel ragi, blastospora, dibubuhi dgn kloramfenikol (utk
hifa semu mencegah pertumbuhan bakteri)
• Simpan dlm suhu kamar/ lemari 37˚C
• Koloni tumbuh 2-5 hr koloni mukoid
putih
Tatalaksana
• Menghindari atau menghilangkan faktor pencetus & predisposisi
• Pengobatan topikal
• Selaput lendir
• Larutan ungu gentian ½ - 1% utk selaput lendir, 1 – 2% utk kulit, 2x/hr
selama 3hr
• Nistatin: berupa krim, suspensi (utk kelainan kulit & mukokutan)
• Kandidosis vaginalis kotrimazol 500mg per vaginam, ketokonazol
1x200mg, itrakonazol 2x200mg, flukonazol 150mg
• Kelainan kulit
• Mikonazol 1% (krim atau bedak)
• Klotrimazol 1% (berupa bedak, larutan, krim)
• Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
• Siklpiroksolamin 1% (larutan, krim)
• Sistemik
• Flukonazol 100-400mg/hr
• Itrakomazol 200mg/hr
PTRIASIS VERSIKOLOR
Faktor predisposisi
Pitiriasis Versikolor • Suhu
• Kelembaban lingkungan yg
tinggi Patogenesis
• Infeksi kulit superfisial • Malassezia spp. yg semula berbentuk
kronik • Tegangan CO2 tinggi
permukaan kulit akibat oklusi ragi saprofit akan berubah bentuk
• Sering disebut panu/panau, mjd miselia kelainan kulit PV
tinea versikolor • Faktor genetic
• Hiperhidrosis • Malassezia spp. memproduksi asam
• Kondisi imunosupresif dikarboksilat (asam azeleat) yg
• Malnutrisi mengganggu pembentukan pigmen
melanin & memproduksi metabolit
(pityriacitrin) yg mempunyai
Etiologi kemampuan absorbs sinar UV lesi
• Disebabkan oleh Malassezia spp., Pemeriksaan penunjang hipopigmentasi
ragi bersifat lipofilik yg merupakan • Lampu Wood fluoresensi • Lesi hiperpigmentasi ukuran
flora normal pd kulit kuning keemasan melanosome yg lebih besar dr
• Bersifat dismorfik, bentuk ragi dpt • Pemeriksaan KOH kerokan normal, lapisan keratin yg lebih tebal
berubah mjd hifa kulit hifa pendek, sel ragi
• Sifat lipofilik ragi banyak bulat, kadang oval
berkolonisasi pd area yg kaya
sekresi kelenjar sebasea
• Spesies pd kulit manusia M.
furfur, M. sympodialis, M. globosa,
Gambaran klinis
M. restricta, M. slooffiae, M. obtusa
• Lesi tu terdapat pd badan bag atas, leher, perut, ekstremitas sisi
proksimal. Dpt ditemukan pd wajah & scalp, juga di aksila, lipat
paha, genitalia
• Lesi berupa macula berbatas tegas, hipo/hiperpigmentasi, kdg
eritematosa, berbagai ukuran & skuama halus (pitiriasiformis)
Tatalaksana
• Selenium sulfide bentuk sampo 1,8% atau bentuk losio 2,5% dioleskan tiap hari
selama 15-30 menit kemudian dibilas
• Ketokonazol 2% bentuk sampo
• Solusio natrium hiposulfit 2%
• Solusio propilen glikol 50%
• Lesi terbatas krim derivate azol (mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol)
• Krim tolsiklat, tolnafat, siklopiroksolamin, haloprogin
• Obat sistemik lesi luas, kambuhan, gagal dgn terapi topical (ketokonazol 200
mg/hari selama 5-10 hari, itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari

Diagnosis Banding
• Pitiriasis alba
• Pitiriasis rosea
• Morbus Hansen
tipe tuberkuloid
• Eritrasma
• Vitiligo
• Dermatitis
seboroik
• Tinea

Anda mungkin juga menyukai