Anda di halaman 1dari 83

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT

INFEKSI

Dr. I Made Wandia, Sp.OG


Virus Hepatitis

 Yang memberikan pengaruh khusus pada kehamilan adalah


infeksi oleh virus hepatitis B, virus hepatitis D dan virus
hepatitis E.
Virus Hepatitis B (VHB)
 Prevalensi VHB pada kehamilan di Indonesia 1 – 5 %.
 Kehamilan tidak akan memperberat infeksi VH.
Causa : Virus DNA hepodna virus
Gejala-gejala : malaise, demam, arthritis, urtikaria,
jaundice dan bisa juga glomerulonefritis
Diagnosis :
 Dengan pemeriksaan serologis ditemukan adanya :
 Virus hepatitis B (dane-particle)
 HBc Ag (hepatitis B core antigen)
 HBs Ag (hepatitis B surface antigen)
 Hbe Ag (hepatitis B e antigen)
 Dengan pemeriksaan serologis baru terlihat hasil :
 6 – 7 minggu setelah terpapar virus
 2 minggu pada infeksi berat

Penularan ke Janin :
 Berasal dari transmisi vertikal waktu melahirkan dan melalui
ASI
 Transplasenta sangat jarang ditemukan
 Dengan imunisasi 3 x penularan selama pemberian ASI dapat
diturunkan (Hiil, dkk : 2004)
 Infeksi akut pada kehamilan dapat menyebabkan hepatitis
fulminan yang dapat menyebabkan mortalitas pada ibu dan
bayi.
 Pada Ibu  dapat menyebabkan abortus dan perdarahan
pasca persalinan.
 Pada Bayi  pada masa bayi tidak terdapat gangguan serius.
Setelah dewasa bila terjadi penularan vertikal VHB  60 –
90%  mengidap kronik VHB  30% kemungkinan
menderita kanker hati atau sirosis + 40 th kemudian.
Faktor predisposisi terjadinya penularan vertikal :
 Titer DNA –VHB tinggi pada ibu.
 Terjadinya infeksi akut pada kehamilan trimester III.
 Persalinan lama.
 Mutasi VHB.

VHB mudah menyebabkan infeksi nosokomial pada tenaga


medik dan para medik, melalui :
 Pertolongan persalinan
 Operasi.
Pencegahan :
Kewaspadaan universal :
 Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan
dari pengidap.
 Vaksinasi HB bagi seluruh tenaga kesehatan.
 Skrining HBsAg pada ibu hamil.
 Imunisasi :
 Peberian vaksinasi HB bagi semua bayi yang lahir.
 Selektif imunisasi pada bayi yang lahir dari ibu dengan
HBsAg positif dengan hepatits B Globulin (HB1G) +
vaksin HB pada hari 0, 1 bulan dan 2 bulan.
Penanganan Kehamilan dan Persalinan

 Pada ibu pengidap VHB :


 Pada infeksi akut dan hepatitis fulminan, usahakan persalinan
pervaginam dengan trauma sekecil mungkin.
 Pada ibu hamil dengan viral load tinggi, dipertimbangkan
pemberian HBIG atau Lamivudin pada 1 – 2 bl sebelum
persalinan.
 Persalinan yang berlangsung lama (jangan lebih dari 16 jam)
atau HBsAg positif lebih baik dengan seksio sesarea.
 Tidak ada kontraindikasi untuk menyusui.
Virus Hepatitis Delta (VHD)

 VHD memerlukan HBsAg untuk replikasi. Ada 2 tipe VHD :


 Super infeksi : awalnya terdapat infeksi VHB, kemudian baru
terinfeksi oleh VHD.
 Koinfeksi : VHB dan VHD menginfeksi bersama – sama
(prognosis lebih jelek).

 Cara penularan : secara seksual dan jarum suntik.


Virus Hepatitis E (VHE)
 Cara penularan : fekal oral.
 Terjadi infeksi akut yang tinggi pada kehamilan jika terjadi
wabah dan kemungkinan bisa terjadi hepatitis fulminan
dengan resiko kematian yang tinggi.
Toksoplasmosis :
 Penyebab : protozoa toksoplasma gondii.
 Cara penularan :
 Makanan yang mengandung kista parasit.
 Tranfusi darah
 Transplantasi organ
 Tangan yang terkontaminasi.
Gejala Klinis :
 Pada orang dewasa tidak khas a.l : pembesaran kelenjar getah benig di
leher dengan rasa nyeri.
 Pneumonia, miokarditis.
 Penyakit yang berat terjadi pada penderita dengan defisiensi
imunologik seperti AIDS, keganasan, janin usia kehamilan < 6 bulan.
 Ibu hamil yang mengalami infeksi primer akan terjadi parasitemia.
 Masuknya darah ibu yang mengandung parasit ke dalam plasenta
terjadi plasentitis.
 Wanita hamil dengan toxoplasmosis akut atau menahun dapat
menularkan penyakitnya pada janinnya.
 Toxoplasmosis ibu dapat menyebabkan : abortus, kematian janin,
pertumbuhan janin terhambat, partus prematurus, cacat bawaan
seperti : hydrosephalus, an ensefalus, perkapuran di otak,
karioretinitis, hidrop.
 Diagnosis :
 Pemeriksaan laboratorium serologis : kenaikan titer IgG yang
bermakna, IgM yang positif.

 Penatalaksanaan :
 Pada ibu hamil lebih banyak bertujuan untuk menurunkan resiko
infeksi terhadap janin.
 Diberikan : spiramisin 3 gr sehari selama 3 minggu, diulangi
dengan interval 2 minggu, hingga kehamilan aterm.
 ASI dapat diberikan.
 Pencegahan :
 Jangan makan daging mentah.
 Tinja, kencing dibersihkan atau diberi zat anti septik.
 Mencegah kontaminasi makanan terhadap lalat atau kecoa.
 Mencuci tangan sebelum makan.
 Bila berkebun, sebaiknya memakai sarung tangan.
GONORE
 Causa : Neisseria Gonorrhoeae merupakan kuman
diplokokus Gram negatif bersifat tahan asam.
 Gejala klinik :
 Pada GO akut adalah : perasaan nyeri saat kencing, sering
kencing, gatal pada vulva, sekret yang purulen dari urethra,
para urethra, bartholin dan sekresi mukopurulen dari
serviks. Penyebaran dapat ke uterus dan adexa  salpingo
– ooforitis.
 Pada GO menahun, kuman dapat bersarang pada serviks
uteri tanpa gejala apapun dan dapat menularkan kepada
partnernya.
 Diagnosis :
 Laboratorium dengan menemukan N gonorrhoeae secara
mikroskopis atau biakan.

 Infeksi GO selama kehamilan diasosiasikan sebagai pelvic


inflamatory desease (PID) sering ditemukan pada trimester I.
 Pada tahap lanjut dapat terjadi ruptur membran yang
prematur, kelahiran prematur, korioamnionitis konyungtivitis
gonokokal (opthalmia neonatorum) dan meningitis.
 Pengobatan :
 Penisillin G Prokain 4, 8 juta IU i.m. pada bokong kiri dan
kanan, didahului oleh 1 gram probenesid oral.
 Ampisillin 3,5 gr oral + 1 gr probenesid oral.
 Spektinomisin 2 gram i.m.
SIFILIS
 Penyakit infeksi sistemik, penyebabnya : Treponema Pallidum.
 Dapat mengenai seluruh tubuh

Cara penularan
 Kontak seksual.
 Secara vertikal pada masa kehamilan.

Infeksi terbagi atas beberapa fase :


 Sifilis primer
 Sifilis sekunder
 Sifilis laten dini dan lanjut
 Sifilis tersier (neuro sifilis)
Lesi primer :
 Tukak pada genital ekterna (dlm 3 minggu setelah kontak)
 Lesi awal berupa papul berindurasi yang tidak nyeri 
permukaan mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang
meninggi, teraba keras dan berbatas tegas.
 Jumlah ulserasi bisa tunggal atau multipel.
Lesi sekunder :
 Malese, demam, nyeri kepala, limfa adenopati generalisata.
 Ruam generalisata dengan lesi palmar plantar, mukosa oral dan
genital dan alopesia.
 Lesi kulit dapat berupa makula, papula, papuloskuamosa.
 T pallidum banyak ditemukan pada lesi selaput lendir atau lesi
yang basah, seperti kondilomata-lata.
Sifilis latent :
 Tanpa gejala klinik, hanya pemeriksaan serologik yang reaktif.
 Dapat berlangsung bertahun-tahun bahkan seumur hidup.

Sifilis tersier :
 Terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati.
 Dapat terjadi beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah
fase latent dimulai.
 Menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat, sistem
kardiovaskuler, mata, kulit dan organ lain
 Pada sistem kardiovaskuler dapat timbul aneurisma aorta dan
endokarditis.
Sifilis pada kehamilan :
 Gejala klinik tidak banyak berbeda dengan saat tidak hamil.
 Transmisi treponema dari ibu ke janin setelah plasenta
berbentuk utuh (+ 16 minggu).
 Bila lesi primer / sekunder ditemukan setelah 16 minggu
kemungkinan timbul sifilis kongenital.
 Efek sifilis pada kehamilan tergantung dari lamanya infeksi
terjadi dan pada pengobatan.
 Dapat menyebabkan abortus, partus prematur, kematian janin
atau sifilis kongenital.
Diagnosis :
 Menemukan T pallidum dalam spesimen.
 Tes non treponemal (VDRL) (tes serologis) untuk sifilis kongenital
diperlukan pemeriksaan IgM pada bayi.

Pengobatan :
 Penisilin benzatin 2,4 juta iu untuk sifilis primer, sekunder dan
latent dini.
 Sifilis lanjut diberikan 3 dosis.
 Eritromisin 4x500 mg /hari selama 30 hari.
 Untuk bayi yang lahir dari ibu yang zero positif diberikan benzatin
penisilin 50.000 iu/kg.bb dosis tunggal i.m.

Untuk evaluasi hasil pengobatan :


dengan test serologis 1 bl, 3 bl, 6 bl, 1 th setelah pengobatan selesai
KEHAMILAN PRE TERM

Dr. I Made Wandia, Sp. OG


WH0 (1979) membagi umur kehamilan kedalam 3 kelompok :
1. Pre-term : kurang dari 37 minggu
2. Term : mulai dari 37 minggu
3. Post-term : 42 minggu atau lebih

Mengetahui umur kehamilan dengan mengetahui :


1. Hari pertama haid terakhir
2. Bunyi jantung pertama dapat didengar (18-22 mgg)
3. Fetal Quickening (16-18 mgg)
4. Tinggi fundus
5. Fetal Ultrasound
PERSALINAN PRE TERM
 Definisi :
ACOG (1995)  persalinan uk 20-37 minggu
WHO  persalinan uk ≤ 37 minggu
POGI (2005)  persalinan uk 22-37 minggu

 Etiologi :
1. Aktifasi hormonal
2. Inflamasi
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus dan serviks.
• Faktor Risiko :
– Faktor Janin dan Plasenta
o Perdarahan trimester awal
o Perdarahan ante partum
o Ketuban pecah dini
o Pertumbuhan janin terhambat
o Cacat bawaan janin
o Kehamilan ganda
o Polihidramnion
– Faktor Ibu
o Penyakit berat pada ibu
o Diabetes Millitus
o Pre eklampsia / hipertensi
o Infeksi saluran kemih / genital / intra uteri
o Penyakit infeksi dengan demam
o Stress psikologik
o Kelainan bentuk uterus / serviks
o Riwayat persalinan preterm / abortus berulang
o Inkompetensi serviks
o Pemakaian obat narkotik
o Trauma
o Perokok berat
o Kelainan immunologi / kelainan resus
o Sosial-ekonomi yang rendah
• Diagnosis :
– Usia kehamilan 22 – 37 minggu
– His @ 7 – 8 menit / 2 – 3 kali dalam 10 menit
– Nyeri punggung bawah
– Perdarahan bercak
– Ø 2 cm dan pnipisan 50 – 80%
– Penurunan sampai spina isiadika
– Selaput ketuban sering sudah pecah
 Pencegahan :
 Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda ( <17 tahun).
 Hindari jarak kehamilan terlalu dekat.
 Pelayanan antenatal yang baik.
 Tidak merokok atau mengkonsumsi narkotik.
 Hindari bekerja berat, perlu cukup istirahat.
 Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm.
 Kenali dan obati infeksi genetal / saluran kemih.
 Deteksi faktor resiko terhadap persalinan preterm.
• Pengelolaan :
Tergantung dari beberapa Faktor :

– Keadaan selaput ketuban (sulit bila sudah pecah)


– Pembukaan serviks (sulit bila Ø 4 cm)
– Dapat dipertimbangkan persalinan berlangsung bila TBJ > 2000
gram / uk > 34 minggu
– Penyebab / komplikasi persalinan preterm
– Kemampuan neonatal intensive care facilities
• Langkah pencegahan morbiditas dan mortalitas :
– Menghambat proses persalinan dengan tolcolisis
– Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
– Pencegahan terhadap infeksi dengan antibiotika

Tolcolisis antara lain :


– Kalsium Antagonis :
• Nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang
– ß mimetik :
• Terbutalin, ritrodin, isoksuprin, salbutamol
– Sulfas magnesikus
– Anti prostaglandin
Kortikosteroid :
Menurunkan RDS dengan pematangan surfaktan paru janin
Diberikan bila umur kehamilan (uk) < 35 minggu
Preparat :
 Betametason 2 x 12 mg i.m. Jarak pemberian 24 jam
 Dexametason 4 x 6 mg i.m. Jarak pemberian 12 jam
Antibiotika :
Eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari
Ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari
• Usia Gestasi :
Uk ≥ 34 minggu dapat ditingkat dasar / primer
Uk < 34 minggu di RS dengan fasilitas Neonatal yang memadai

• Keadaan selaput ketuban :


Bila KPD dan uk < 28 minggu, konseling keluarga dengan baik

• Cara Persalinan :
Pervaginam
– Presentasi kepala
– Letak sungsang uk > 34 minggu
Seksio Sesarea
– Presentasi kepala / sungsang dengan indikasi obstetrik
– Letak sungsang uk 30 – 34 minggu

Dilakukan episiotomi yang lebih luas


Kontraindikasi tindakan Vakum Ekstraksi
• Perawatan Neonatus :
Hindari hipotermia (suhu dibawah 36,5°C), dengan :
- Inkubator
- Metode kanguru
KEHAMILAN POST TERM

Dr. I Made Wandia, Sp. OG


KEHAMILAN POST TERM
 Nama Lain :
o kehamilan lewat waktu
o kehamilan serotinus
o kehamilan lewat bulan
o postdate / posdatisme
o pasca maturitas
 Definisi : kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih
 Etiologi : belum jelas
 Beberapa Teori :
o pengaruh progesteron
o teori oksitosin
o teori kortisol / ACTH janin
o saraf uterus
o herediter
 Diagnosis :
 Riwayat haid
 Riwayat pemeriksaan antenatal
 Tinggi fundus uteri
 Pemeriksaan Ultrasonografi / USG
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan laboratorium
• Riwayat Haid :
– Harus yakin dengan HPHT nya
– Siklus 28 hari dan teratur
– Tidak minum pil anti hamil 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan rumus Naegele (tanggal + 7
bulan -3/+9, tahun +1)

• Riwayat Antenatal:
– Test kehamilan
– Gerak janin
– Denyut jantung janin
• Pemeriksaan U S G :
– Keadaan air ketuban
– Keadaan plasenta

• Pemeriksaan Radiologi :
– Gambaran epifisis / pusat penulangan

• Pemeriksaan Laboratorium :
– Kadar Lesitin / spingomielin
– Aktivitas tromboplastin cairan amnion
– Sitologi cairan amnion, cairan vagina
• Permasalahan :
– Perubahan pada plasenta
– Pengaruh pada janin
– Pengaruh pada ibu
– Aspek Medikolegal
 Perubahan pada Plasenta :
 Penimbunan kalsium
 Selaput vaskulosinsisial menjadi lebih tebal dan jumlahnya berkurang
 Degenerasi jaringan plasenta
 Perubahan biokimia
 Perubahan pada Janin :
 Berat Janin
 Menurun (Vorkerr)
 Naik (Zwerdluig)
 Sindroma post maturitas
 Stadium I : kulit kehilangan vernik kaseosa
kering, rapuh, mudah mengelupas.
 Stadium II : gejala diatas, pewarnaan
mekonium.
 Stadium III : kekuningan pada kuku, kulit dan
tali pusat
 Gawat Janin
• Pengaruh pada Ibu :
– Morbiditas / Mortalitas oleh karena :
• Makrosomia
• Partus lama
– Aspek Emosi
• Cemas (belum lahir juga ? )

• Pengelolaan :
Aktif : persalinan anjuran pada usia 41 – 42
minggu untuk memperkecil risiko
pada janin.
Pasif : menunggu / ekspektatif : dilakukan
pengawasan sampai ada indikasi.
Sebelum mengambil langkah :
» Tentukan kepastian diagnosis
» Identifikasi kesejahteraan janin
» Periksa kematangan serviks
• Pengelolaan :
Aktif : persalinan anjuran pada usia 41 – 42
minggu untuk memperkecil risiko
pada janin.
Pasif : menunggu / ekspektatif : dilakukan
pengawasan sampai ada indikasi.
Sebelum mengambil langkah :
» Tentukan kepastian diagnosis
» Identifikasi kesejahteraan janin
» Periksa kematangan serviks
• Serviks sudah matang :
dilakukan induksi persalinan
• Serviks belum matang :
pantau keadaan janin dengan pemeriksaan NST dan USG,
dan kematangan serviks setiap kunjungan.
 Pengelolaan selama persalinan :
 Pemantauan yang baik terhadap ibu dan janin.
 Hindari penggunaan obat penenang dan analgetika.
 Awasi jalannya persalinan.
 Persiapan oksigen.
 Cegah terjadinya aspirasi, mekoneum, hipotermia, hipoglikemia.
 Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu.
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
• BB janin kurang dari 10% dari BB yang harus dicapai pada
usia kehamilan tertentu
• Setelah 2 minggu pertumbuhan tidak ada
Dampak:
▫ Jangka pendek:
 Resiko kematian janin 6-10 kali lebih tinggi
▫ Jangka panjang:
 Hipertensi
 Aterosklerosis
 Stroke
 Diabetes
• Penyebab:
▫ Hipertensi dalam kehamilan
▫ Gemeli
▫ Anomali janin
▫ Sindrom antipospolipid
▫ SLE
▫ Infeksi Rubela, sifilis, CMV
▫ Penyakit jantung
▫ Asma
▫ Merokok
▫ narkoba
▫ Kekurangan gizi
 Pembagian
1. PJT asimetrik
 Ok: kelainan sirkulasi uteroplasenta
2. PJT simetrik
 Ok:
o genetik (faktor janin)
o Lingkungan uterus kronik (diabetes, hipertensi)
 Diagnosis:
 Klinik:
 dikenal setelah 28 minggu
 Tinggi fundus uteri lebih rendah 3cm dari sebelumnya
 USG: biometri dan tafsiran berat janin tidak sesuai dengan usia
gestasi
 Doppler: arus darah abnormal pada a. umbilikalis, a. uterina,
dan a. spinalis
 Managemen PJT
 Terminasi pada usia gestasi optimal 33-34 minggu setelah
dilakukan pematangan paru
 Pervaginam (kesejahteraan janin baik)
 Seksio Sesarea (kesejahteraan janin buruk)
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
 Kadar Hb < 11 g% pada trimester I dan III
 Kadar Hb < 10,5 g% pada trimester II

 Freq:
 Indonesia 63,5%
 Amerika 6%
 WHO
 Sebagian besar oleh karena defisiensi besi
 40% kematian Ibu di negara berkembang
 Gejala Klinis:
◦ Lemah, pucat, tensi masih dalam batas normal
◦ Malnutrisi
 Diagnosis
◦ Kadar Hb
◦ Pemeriksaan darah tepi
◦ Hipokromik mikrositer
◦ DL
 MCV <80 fL
 MCHC < 31%
◦ 2 dari 3 parameter
a) besi serum < 50mg/dl
b) TIBC > 350 mg/dl
c) Saturasi transferin < 15%
◦ Feritin Serum < 20 μg/dl
◦ Pengecatan sumsum tulang: butir-butir hemosiderin (-)
◦ Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg /hari selama 4 minggu
kadar HB meningkat 2g/ dl
 Terapi:
◦ Profilaksis: kombinasi 60mg besi dalam 50μg asam folat / hari
◦ Terapeutik:
 Oral:
 Ferosulfat
 Ferogluconat
 Na-fenobisitrat dosis: 60mg/hari (peningkatan Hb 1g per dl)
 Parenteral:
 Ferum dextran 1000mg (20ml) IV atau 2 x 10 ml/im pada gluteus
↑ Hb lebih cepat 2g%
 Efek samping alergi (test dengan 0,5cc/im)
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
 Mual muntah pada kehamilan muda (s/d UK 20 minggu)
 Segala yang dimakan/ diminum dimuntahkan
 Mengganggu aktivitas pekerjaan sehari-hari
 Penyebab:
 Secara pasti?
 Berhubungan dengan endokrin, biokimiawi, psikologis
KLASIFIKASI
 Tingkat I
 Muntah terus-menerus
 Intoleransi terhadap makanan atau minuman
 BB menurun, nadi naik 100x/ menit
 Tekanan darah turun
 Mata cekung, lidah kering
 Turgor berkurang
 Tingkat II
 Muntah lebih hebat
 Tekanan darah Sistolik <80mmHg, nadi 100-140x/menit
 Subfebril
 Apatis, kadang ikterik
 Aceton dalam urin
 Tingkat III
 Gangguan kesadaran
 Ikterik
 Materi dalam urin
 Diagnosis
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 Labolatorium
 Resiko
 Maternal
 Defisiensi tiamin (B1)
 Fetal
 Gangguan pertumbuhan janin
 Terapi
 MRS
 Stop intake oral 24-48 jam
 Pemberian cairan glukosa 5-10% : RL 2:1 tetesan 40
tetes/menit
 Obat-obatan:
 Vitamin B1, B2, B6 50-100 mg/hari
 Vitamin B12 200μg / h
 Fenobarbital
 Antiemetik
 Antasid
 Diet
 Disesuaikan dengan derajat penyakit
 Rehidrasi dan suplemen
 NaCl 0,9%
 Vitamin
 Antiemesis
 Antihistamin
 Corticosteroid + antagonis 5 hidroksiplamin
(ondansentron)
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
 KLASIFIKASI
1. Hipertensi kronik
2. Preeklampsia-eklampsia
3. Hipertensi kronik dengan Superimposed preeklampsia
4. Hipertensi gestasional
HIPERTENSI KRONIK
 Timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
 Setelah UK 20 minggu dan menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan
PREEKLAMPSIA RINGAN
 Definisi
 Sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ sehingga
terjadi vasospasme pembuluh darah dan aktifasi endotel
 Diagnosis
 Hipertensi sistolik/ diastolik ≥ 140/90 mmHg
 Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau 1+ dipstik
 edema
 Managemen
I. Rawat Jalan
 Banyak istirahat berbaring/ tidur miring
 Diet
 Cukup protein
 Rendah karbohidrat
 Lemak, garam secukupnya
 Roboransia pranatal
II. Rawat Inap
 Bila tidak ada perbaikan selama 2 minggu
 Adanya salah satu gejala PE berat
 Terhadap kehamilannya:
 Prematur – konservatif
 Aterm - induksi persalinan
PREEKLAMPSIA BERAT
 Definisi:
 PE dengan sistolik ≥ 160 mmHg
 Diastolik ≥ 110 mmHg
 Proteinuria ≥ 5 g/ 24 jam
 Diagnosis: ditemukan 1 / lebih gejala dibawah
1. TD sistolik ≥ 160 mmHg. Diastolik ≥110 mmHg
2. Proteinuria > 5 g / 24 jam atau 4+
3. Oligouria ( produksi urin < 500 cc / jam)
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma
5. Gangguan visus dan serebral
6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru dan sianosis
8. Hemolisis mikro angiopatik
9. Trombositopenia berat < 100.000 sel / mm3
10. Gangguan fungsi hepar
11. Pertumbuhan janin intra uterine terlambat
12. Sindrom HE
 Pembagian PE Berat
1. PEB tanpa impending eklampsia
2. PEB dengan impending eklampsia:
 Nyeri kepala hebat
 Gangguan visus
 Muntah-muntah
 Nyeri epigastrium
 Kenaikan progresif tekanan darah
 Managemen
1. Pencegahan kejang
2. Pengobatan hipertensi
3. Pengelolaan cairan
4. Suportif terhadap penyulit
5. Saat yang tepat untuk terminasi kehamilan
 Pemberian cairan
 Ringer dextrose 5% / garam faali <125 cc / jam
 Dextrose 5% : ringer laktat 60-125 cc / jam
 Pasang Foley catheter
 Obat anti kejang
 MgSO4
a) Initial dose 4 g MgSO4 IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
b) Maintenance dose:
 6 g dalam larutan ringer / 6 jam atau,
 4 g IM tiap 4-6 jam
 Saat- saat pemberian MgSO4
1. Harus tersedia antidotum MgSO4 (kalsium glukonas 10% =
1 g (10% dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit
2. Reflek patella +
3. Frekuensi pernafasan > 16 kali/ menit
 Pemberian diuretikum bila:]
 Edema paru
 Payah jantung kongestif
 Edema anasarka
 Pemberian anti hipertensi
 Bila sistolik ≥ 180 mmHg, diastolik ≥ 110 mmHg (Nifedipin 10-20
mg / anal diulang setelah 30 menit max 120 mg / 24 jam
 Terhadap kehamilan:
 Konservatif
umur kehamilan prematur
 Aktif
 UK Aterm
 Adanya tanda-tanda impending eklampsia
 Konservatif gagal
EKLAMPSIA
 Klinis: gejala preeklampsia + kejang
 Managemen:
 Sama dengan PE berat
 Terhadap kehamilan: semua di terminasi
 Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
 Hipertensi kronik dengan disertai tanda- tanda PE

 Hipertensi Gestasional
- Hipertensi timbul pada kehamilan
- Tanpa proteinuri
- Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan
KORIOAMNIONITIS
 Definisi: korion, amnion, cairan ketuban terkena infeksi
bakteri
 Komplikasi paling sering bagi ibu dan janin
 Dapat berlanjut  sepsis
Penyebab
 Bakteri berasal dari traktus urogenitalis ibu (vagina, anus,
rektum  uterus)
 Diagnosis:
 Anamnesa
 Ketuban pecah
 Klinis:
 Demam, nadi cepat, berkeringat
 Cairan berbau dari vagina
 Perabaan uterus lembek
 Penanganan: antibiotika spektrum luas
 Kehamilan: Terminasi upayakan pervaginam
 Pasca persalinan + uterotonika (antibiotika: kombinasi)
a) Ampisilin 3 x 1000mg
b) Gentamisin 5mg/kgBB/hari
c) Metronidazol 3 x 500mg

Anda mungkin juga menyukai